CR HPP Obgyn
CR HPP Obgyn
LAPORAN KASUS
No Register
: 201400011046.001
MRS
: 18 November 2014
No RM
: 388868
Pukul
: 12.15 WIB
1.1. ANAMNESA
A. Identitas
Nama
: Ny. WAR
Umur
: 35 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia / Jawa
Alamat
Tambahan
: -
D. Riwayat haid
Haid pertama umur
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 5-7 hari
Banyaknya
: normal
Warna
: merah
Bau
: (-)
Dismenorea
: (+)
E. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama dan sudah berlangsung selama 9 tahun
F. Riwayat obstetri
No
Tgl/Bln/Th
Persalinan
Tempat
pertolonga
n
2005
Bidan
2012
Bidan
18/11/2014
Bidan
Usia
kehamilan
Cukup
bulan
Cukup
bulan
Cukup
bulan
JK
Berat
badan
(gram)
Ket
Bidan
1800
Sehat
Spontan
Bidan
3400
Sehat
Spontan
Spontan
Bidan
L
L
2300
2200
Sehat
Sehat
Jenis
Persalinan
Penolon
g
Spontan
G. Riwayat peyakit
a. Penyakit dahulu
Tidak Ada
b. Penyakit dalam keluarga
Tidak ada
H. Riwayat operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
I.
J.
Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa oleh:
Bidan, USG oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan saat usia
6 bulan
b. Keluhan dan kelainan:
Tidak ada
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Respiratory Rate
: 24 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Keadaan gizi
: Cukup
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 57 kg
B. Status Generalis
Kulit
Muka
: Pucat (-)
Mata
Hidung
Leher
Jantung
Abdomen
Punggung
Rectum/anus
: Tidak dinilai
C.
Ekstremitas
Reflex
Sensitibilitas
Hati
: Sulit dinilai
Limfa
: Sulit dinilai
Ginjal
Kandung kemih
Kel. Limfe
Kepala
: Normocephal
Telinga
Mulut/gigi
: Tidak dinilai
Dada
Paru
Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi
Abdomen
Vulva
TFU
: 2 cm bawah pusat
Kontraksi
: Baik
b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo
Portio kenyal,
Hb
LED
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
GDS
:
:
:
:
:
:
:
5,4 gr/dl
45 mm/jam
20.900/ul
267.000/ul
3
11
314 mg/dl
1.4. RESUME
Os datang dirujuk ke RSAM oleh bidan karena perdarahan yang tidak
kunjung berhenti seteah melahirkan anak kembar. Tembuni lahir lengkap.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/60, N: 90 x/m, RR: 24
x/m, T: 36,7oC. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan laserasi pada portio
arah jam 6 ukuran 4x2x1 cm. Hb: 5,4 gr/dl.
1.5. DIAGNOSIS
P3A0 postpartum spontan dengan HPP dini e.c. laserasi jalan lahir
1.6. PENATALAKSANAAN
1. Observasi TVI, perdarahan
2. O2 5L/menit
3. IVFD RL + oksitosin 20 IU gtt xx/menit
4. Inj. Ampicilin 1 gram/ 8 jam IV
5. Kateter menetap catat input/output
6. Hecting laserasi
7. Transfusi PRC hingga Hb 10 gr/dl
1.7. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
1.8. FOLLOW UP
HARI/
TANGGAL
Selasa, 18
Nov 2014
Pkl 12.30
WIB
CATATAN
S/
INSTRUKSI
-
Observasi TVI,
perdarahan
O2 5L/menit
IVFD RL+
RPP:
oksitosin 20 IU
gtt xx/menit
gram/ 8 jam IV
-
Inj. Ampicilin 1
Cek Lab DR,
CM
Kateter menetap
catat
input/output
R/ Hecting
laserasi
O/ Status present
TD
Nadi
RR
T
R/ Transfusi
PRC hingga Hb
10 gr/dl
: 100/60 mmHg
: 90 x/menit
: 24 x/menit
: 36.7 oC
Status ginekologi
PL
FUT 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Perdarahan aktif (+)
Inspekulo
- Portio tak livide
OUE terbuka
Fluor (-), fluxus (+) darah aktif
Tampak luka laserasi pada portio arah jam
6 uk. 4x2 cm
VT
- Portio kenyal
- OUE terbuka
- Cavum uteri normal post partum
- Ap ka/ki lemas
- Teraba laserasi pada porsio arah jam 6 uk.
4x2x1 cm
Laboratorium
Hb
LED
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
GDS
Selasa, 18
Nov 2014
Pkl. 15.00
WIB
:
:
:
:
:
:
:
5,4 gr/dl
45 mm/jam
20.900/ul
267.000/ul
3
11
314 mg/dl
Th/ Teruskan
-
Transfusi PRC
II kolf
Inj. Ampicilin 1
gram/ 8 jam IV
Rabu, 19
Nov 2014
Pkl 07.30
WIB
Th/ teruskan
- Transfusi PRC
II kolf, cek Hb
Ulang
-
Inj. Ampicilin 1
gram/ 8 jam IV
1.
lokasinya,
onsetnya,
kualitas
dan
kuantitas.
2.
3.
10
karena dapat dilihat dari hasil lab, komponen darah lainnya masih
dalam batas normal sehingga yang harus dikoreksi hanya eritrosit.
11
12
1.
Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi
pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh
darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya
perdarahan yang cepat dan parah dan juga shock hypovolemik. Dari
semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70 % disebabkan oleh
atonia uteri.3
13
Tissue ( Jaringan )
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir.5
Jenis-jenis retensio plasenta :
a. Plasenta Adhesive :
Implantasi
menyebabkan
plasenta
kegagalan
14
b. Plasenta Akreta
memasuki
sebagian
lapisan
miometrium.
c. Plasenta Inkreta
Implantasi
Implantasi
:
plasenta
di
dalam
Ruptur Uterus
Faktor resiko terjadinya ruptur uterus antara lain pembedahan uterus
sebelumnya, persalinan terhambat, pemakaian oksitosin berlebihan,
posisi janin abnormal, multiparitas grande dan manipulasi uterus
dalam persalinan (persalinan dengan forcep, ekstraksi sungsang dan
insersi kateter tekanan intrauterin). Pengobatan dengan laparotomi
dengan jahitan atau histerektomi.6
Inversio Uterus
Setelah kelahiran bayi, ada proses persalinan yang kadang-kadang
plasenta tidak seluruhnya terkelupas dan ketika muncul, ia menarik
fundus atau bagian puncak rahim ikut bersamanya, akibatnya rahim
akan membalik seperti kaos kaki yang terbalik. Gejala terbaliknya
rahim adalah perdarahan yang berlebihan dan kadang-kadang terdapat
tanda-tanda syok pada ibu. Ketika menekan perut kebawah, dokter
tidak dapat merasakan adanya rahim dan pada pembalikan rahim yang
lengkap sebagian dari rahim akan dapat terlihat di vagina.6
Wanita yang berisiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun resiko
ini tetap masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya telah
sering melahirkan atau mengalami proses awal persalinan (labor) yang
terlalu lama lebih dari 24 jam, mereka yang plasentanya tertanam
melewati bagian puncak rahim (fundus) atau tertanam pada tempat
yang tidak normal dan mereka yang mendapatkan magnesium sulfat
selama proses awal persalinan. Rahim juga dapat membalik ketika ia
terlalu lemas atau bila fundus tidak diam di tempatnya ketika plasenta
dikeluarkan pada tahap kelahiran ketiga.6
Faktor resiko mencakup atonia uterus, traksi tali pusat secara
berlebihan, pengangkatan plasenta secara manual, plasentasi abnormal,
kelainan uterus dan plasentasi pada fundus. Gejalanya mencakup nyeri
perut akut dan syok (30%). Uterus mungkin terlihat menonjol melalui
vulva. Penanganannya dengan penggantian manual atau hidrostatik
segera.6
Beberapa tanda terjadinya inversio uterus antara lain : uterus tak
teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, pucat dan
limbung. Kemungkinan terjadinya syok neurogenik dapat terjadi bila
tidak ditangani dengan baik.6
Inversi uterus dapat dibagi6 :
17
4. Koagulapati
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini
bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan.
Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan
post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain,
terutama trauma.6
18
19
3.3. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis7
Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui
vagina terus menerus
Pemeriksaan obstetri
Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
Pemeriksaan ginekologi:
Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
pada pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan
lahir dan retensi sisa plasenta
Pemeriksaan Penunjang7
a.
Pemeriksaan laboratorium
b.
Pemeriksaan radiologi
pemeriksaan
laboratorium
atau
radiologis
dapat
3.4. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum ada 3 yakni pencegahan,
penghentian perdarahan dan mengatasi syok. Pendekatan resiko, meskipun
menimbulkan kontroversi tetap masih mendapatkan tempat untuk
diperhatikan. Setiap ibu hamil dengan faktor resiko tinggi terjadinya
perdarahan postpartum sebaiknya dirujuk ke tempat fasilitas kesehatan yang
mempunyai unit tranfusi dan perawatan intensif.8 Pada penanganan
perdarahan postpartum, pilihan terapi yang cepat dan tepat akan
menentukan tingkat keberhasilan. Prinsip dasar dari penanganan perdarahan
postpartum adalah haemostasis atau menghentikan perdarahan dengan
21
1.
plasenta
lahir. Oksitosin
10
unit
disuntikan
secara
Medikamentosa
Menurut ACOG tahun 2006, berikut obat yang digunakan sebagai
penatalaksanaan dari Perdarahan Postpartum11:
Tabel 4. Obat-obatan uterotonika11
22
23