Anda di halaman 1dari 23

I.

LAPORAN KASUS

No Register

: 201400011046.001

MRS

: 18 November 2014

No RM

: 388868

Pukul

: 12.15 WIB

1.1. ANAMNESA
A. Identitas
Nama

: Ny. WAR

Umur

: 35 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

Agama

: Islam

Kebangsaan

: Indonesia / Jawa

Alamat

: Jl. Ikan Bawal Gg. Kadar IV

Ibu rumah tangga

Kecamatan Telukbetung Selatan


B. Keluhan
Utama

: Perdarahan setelah melahirkan

Tambahan

: -

C. Riwayat penyakit sekarang


Lima jam sebelum masuk rumah sakit, Os melahirkan anak kembar di
bidan. Bayi 1 jenis kelamin laki-laki, BB 2300 gram, sedangkan bayi 2
jenis kelamin laki-laki, BB 2200 gram, diikuti dengan lahirnya tembuni
lengkap. Tetapi setelah itu perdarahan tidak mau berhenti dengan
perdarahan sebanyak 2 kali ganti kain, berupa darah segar. Os
kemudian dirujuk ke RSAM.

D. Riwayat haid
Haid pertama umur

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lamanya

: 5-7 hari

Banyaknya

: normal

Warna

: merah

Bau

: (-)

Dismenorea

: (+)

E. Riwayat perkawinan
Pernikahan pertama dan sudah berlangsung selama 9 tahun
F. Riwayat obstetri
No

Tgl/Bln/Th
Persalinan

Tempat
pertolonga
n

2005

Bidan

2012

Bidan

18/11/2014

Bidan

Usia
kehamilan
Cukup
bulan
Cukup
bulan
Cukup
bulan

JK

Berat
badan
(gram)

Ket

Bidan

1800

Sehat

Spontan

Bidan

3400

Sehat

Spontan
Spontan

Bidan

L
L

2300
2200

Sehat
Sehat

Jenis
Persalinan

Penolon
g

Spontan

G. Riwayat peyakit
a. Penyakit dahulu
Tidak Ada
b. Penyakit dalam keluarga
Tidak ada
H. Riwayat operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
I.

Riwayat keluarga berencana/kontrasepsi


Menggunakan KB suntik 3 bulan tetapi tidak teratur

J.

Riwayat antenatal
a. Selama hamil diperiksa oleh:
Bidan, USG oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan saat usia
6 bulan
b. Keluhan dan kelainan:
Tidak ada

1.2. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Present
Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Respiratory Rate

: 24 x/menit

Suhu

: 36,7oC

Keadaan gizi

: Cukup

Tinggi badan

: 158 cm

Berat badan

: 57 kg

B. Status Generalis
Kulit

: linea nigra (+)

Muka

: Pucat (-)

Mata

: Konjungtiva anemis, sklera ikterik (-),


penurunan visus (-)

Hidung

Deviasi septum (-), chonca hiperemis (-)

Leher

: JVP normal (5+2 cmHg), massa (-)

Jantung

: Ictus cordis tidak teraba, bunyi jantung I dan II


normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Bising usus (+), cembung, tidak ada tanda


cairan bebas

Punggung

: Dalam batas normal

Rectum/anus

: Tidak dinilai

C.

Ekstremitas

: Edema pretibia -/-, varises tidak ada

Reflex

: Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Sensitibilitas

: Dalam batas normal

Hati

: Sulit dinilai

Limfa

: Sulit dinilai

Ginjal

: Tidak ada nyeri ketok ginjal

Kandung kemih

: Nyeri tekan suprapubik (-), nyeri berkemih (-)

Kel. Limfe

: Tidak ada pembesaran

Kepala

: Normocephal

Telinga

: Cairan keluar (-), nyeri tekan tragus (-)

Mulut/gigi

: Tidak dinilai

Dada

: Pergerakan nafas simetris

Paru

: Vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)

Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan luar
Inspeksi

Abdomen

: Simetris, rata, striae (+)

Vulva

: Perdarahan aktif (+)

TFU

: 2 cm bawah pusat

Kontraksi

: Baik

b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo

Portio tak livide, OUE

terbuka, fluor (-), fluxus (+) darah aktif ,


tampak luka laserasi pada portio arah jam
6 ukuran 4x2 cm
Vaginal toucher

Portio kenyal,

OUE terbuka, Cavum uteri normal, teraba


laserasi pada portio arah jam 6 ukuran
4x2x1 cm

1.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

Hb
LED
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
GDS

:
:
:
:
:
:
:

5,4 gr/dl
45 mm/jam
20.900/ul
267.000/ul
3
11
314 mg/dl

1.4. RESUME
Os datang dirujuk ke RSAM oleh bidan karena perdarahan yang tidak
kunjung berhenti seteah melahirkan anak kembar. Tembuni lahir lengkap.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/60, N: 90 x/m, RR: 24
x/m, T: 36,7oC. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan laserasi pada portio
arah jam 6 ukuran 4x2x1 cm. Hb: 5,4 gr/dl.
1.5. DIAGNOSIS
P3A0 postpartum spontan dengan HPP dini e.c. laserasi jalan lahir
1.6. PENATALAKSANAAN
1. Observasi TVI, perdarahan
2. O2 5L/menit
3. IVFD RL + oksitosin 20 IU gtt xx/menit
4. Inj. Ampicilin 1 gram/ 8 jam IV
5. Kateter menetap catat input/output
6. Hecting laserasi
7. Transfusi PRC hingga Hb 10 gr/dl
1.7. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

1.8. FOLLOW UP
HARI/
TANGGAL
Selasa, 18
Nov 2014
Pkl 12.30
WIB

CATATAN
S/

INSTRUKSI
-

Observasi TVI,
perdarahan

Keluhan: Perdarahan setelah melahirkan


-

O2 5L/menit

IVFD RL+

RPP:

oksitosin 20 IU

Lima jam sebelum masuk rumah sakit, Os

gtt xx/menit

melahirkan anak kembar di bidan. Bayi 1

jenis kelamin laki-laki, BB 2300 gram,


sedangkan bayi 2 jenis kelamin laki-laki, BB

gram/ 8 jam IV
-

2200 gram, diikuti dengan lahirnya tembuni


lengkap. Tetapi setelah itu perdarahan tidak

Inj. Ampicilin 1
Cek Lab DR,
CM

Kateter menetap

mau berhenti dengan perdarahan sebanyak

catat

2 kali ganti kain, berupa darah segar. Os

input/output

kemudian dirujuk ke RSAM.

R/ Hecting
laserasi

O/ Status present
TD
Nadi
RR
T

R/ Transfusi
PRC hingga Hb
10 gr/dl

: 100/60 mmHg
: 90 x/menit
: 24 x/menit
: 36.7 oC

Status ginekologi
PL
FUT 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Perdarahan aktif (+)
Inspekulo
- Portio tak livide

OUE terbuka
Fluor (-), fluxus (+) darah aktif
Tampak luka laserasi pada portio arah jam
6 uk. 4x2 cm

VT
- Portio kenyal
- OUE terbuka
- Cavum uteri normal post partum
- Ap ka/ki lemas
- Teraba laserasi pada porsio arah jam 6 uk.
4x2x1 cm
Laboratorium
Hb
LED
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
GDS

Selasa, 18
Nov 2014
Pkl. 15.00
WIB

:
:
:
:
:
:
:

5,4 gr/dl
45 mm/jam
20.900/ul
267.000/ul
3
11
314 mg/dl

A/ P3A0 postpartum spontan 5 jam (di luar)


dengan HPP dini e.c. laserasi jalan lahir.
Pasien Pindah ke Bangsal

Th/ Teruskan
-

Transfusi PRC
II kolf

Inj. Ampicilin 1
gram/ 8 jam IV

Rabu, 19
Nov 2014
Pkl 07.30
WIB

S/ Keluhan: tidak ada. Perdarahan berupa


flek. Sedikit nyeri pada lokasi jahitan.
O/ Status present
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
T
: 36.4 oC

Th/ teruskan
- Transfusi PRC
II kolf, cek Hb
Ulang
-

Inj. Ampicilin 1
gram/ 8 jam IV

A/ P3A0 postpartum spontan dengan HPP dini


e.c. laserasi jalan lahir

II. ANALISIS KASUS


2.1. PERMASALAHAN
1

Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada


kasus ini sudah tepat?

Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

1.

Apakah anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan


penunjang sudah tepat?
Anamnesis
Anamnesis telah mencakup keluhan utama dan keluhan tambahan,
dari keluhan-keluhan tersebut juga telah diperdalam dengan
menanyakan

lokasinya,

onsetnya,

kualitas

dan

kuantitas.

Anamnesis dilengkapi dengan identitas pasien, riwayat haid,


riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat penyakit pasien terdahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.
Lima jam sebelum masuk rumah sakit, Os melahirkan anak kembar
di bidan. Bayi 1 jenis kelamin laki-laki, BB 2300 gram, sedangkan
bayi 2 jenis kelamin laki-laki, BB 2200 gram, diikuti dengan
lahirnya tembuni lengkap. Tetapi setelah itu perdarahan tidak mau

berhenti dengan perdarahan sebanyak 2 kali ganti kain, berupa


darah segar. Os kemudian dirujuk ke RSAM.
Anamnesis mesti merujuk pada diagnosa sementara, yang dibuat
berdasarkan keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Perdaharan
yang tidak kunjung berhenti setelah melahirkan anak kembar dan
plasenta menunjukkan bahwa pasien ini mengalami perdarahan post
partum.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan
pemeriksaan fisik head-toe, kemudian di titik beratkan pada
pemeriksaan obstetrik yang dilakukan untuk penegakkan diagnosis.
Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan mencakup pemeriksaan luar
dan vaginal toucher. Dari hasil pemeriksaan fisik, nadi 90 x/menit
dan tekanan darah 100/60 mmHg menunjukkan bahwa pasien tidak
mengalami syok pada kasus ini. Dari pemeriksaan dalam
ditemukan lokasi laserasi yaitu pada portio arah jam 6 dengan
dimensi 4x2x1 cm, sehinga dengan pemeriksaan fisik dapat tegak
diagnosis perdarahan post partum dini dikarenakan robekan jalan
lahir.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan lab
darah rutin. Pemeriksaan darah rutin pada pasien ini ditujukan
untuk melihat kadar sel darah. Selain itu pada pemeriksaan darah
rutin ini juga dapat menentukan apakah pasien ini termasuk dalam
anemia yang membutuhkan tranfusi atau tidak. Didapatkan kadar
Hb pada pasien saat masuk rumah sakit 5,4 gr/dl dimana
menunjukkan bahwa pasien mengalami anemia berat karena
perdarahan yang terjadi.

2.

Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?


Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pada saat pasien masuk didiagnosa P3A0 postpartum spontan dengan
HPP dini e.c. laserasi jalan lahir. Hal ini sudah tepat karena pada saat
awal masuk dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarahkan pasien
ini perdarahan setelah melahirkan dan dapat ditemukan secara langsung
melalui pemeriksaan fisik fokus dari perdarahan.

3.

Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?


Pada penatalaksanaan kasus ini sudah sesuai dengan teori. Perdarahan
post partum harus dipantau tanda-tanda vitalnya, karena yang
ditakutkan dari perdarahan ini adalah keadaan syok hipovolemik. Untuk
itu, saat ada tanda-tanda dehidrasi dapat langsung datasi dengan
rehidrasi menggunakan cairan kristaloid. Pada pasien ini dehidrasi tidak
terjadi, atau kemungkinan besar sudah dikoreksi saat di UGD sehingga
saat sampai di ruang delima, keadaan sudah lebih stabil. Cairan
pengganti menggunakan RL gtt xx/menit dianggap cukup, sambil
dipantau urin outputnya. Pasien juga diberikan oksitosin karena
menurut ACOG tahun 2006 dan WHO tahun 2012 mengenai tata
laksana perdarahan post partum, dapat digunakan oksitosin 10-40 IU
dalam 1 L cairan fisiologis untuk menghentikan perdarahan. Pada
pasien ini oksitosin yang digunakan 20 IU dalam 500 ml cairan RL.
Selain itu yang terpenting dalam tata laksana perdarahan post partum
akibat robekan jalan lahir adalah menjahit robekan yang terjadi untuk
menghentikan fokus perdarahan. Pada pasien ini lokasi robekan di
portio arah jam 6 dan langsung dijahit. Terakhir, setelah perdarahan
diatasi, keadaan umum pasien diperbaiki. Saat datang Hb pasien 5,4
gr/dl hal ini menunjukkan pasien sudah kehilangan banyak darah.
Untuk memperbaiki keadaan pasien maka dilakukan transfusi pada
pasien hingga Hb nya mencapai 10. Darah yang digunakan adalah PRC

10

karena dapat dilihat dari hasil lab, komponen darah lainnya masih
dalam batas normal sehingga yang harus dikoreksi hanya eritrosit.

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1. DEFINISI
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi
lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu
melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500
ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demikian secara
konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat
dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan yang secara
kasat mata mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius. Definisi
baru mengatakan bahwa setiap perdarahan yang yang dapat mengganggu
homeostasis tubuh atau mengakibatkan tanda hipovolemia termasuk dalam
kategori perdarahan postpartum.1
Perdarahan post partum dibagi menjadi1:
a) Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III.
b) Perdarahan pada Masa Nifas / Perdarahan Post Partum Sekunder (late
postpartum hemorrhage). Perdarahan pada masa nifas adalah
perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk
24 jam pertama setelah kala III.
3.2

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Meskipun pendekatan resiko untuk mengantisipasi perdarahan
postpartum masih diperdebatkan karena tidak seorangpun pasti terbebas dari

11

kemungkinan perdarahan setelah bersalin, tetapi pendekatan resiko tetap


memberikan pertimbangan agar penanganan lebih berhati-hati dan petugas
lebih siaga. Perdarahan yang masif terjadi karena adanya abnormalitas pada
keempat proses dasar, yang disingkat 4 T, baik tunggal ataupun gabungan:
tone (kontraksi uterus yang buruk setelah persalinan), tissue (retensi sisa
hasil konsepsi atau bekuan darah), trauma (pada saluran genital), atau
thrombin (abnormalitas pembekuan darah). Beberapa faktor resiko yang
berhubungan dengan perdarahan postpartum dapat terjadi pada salah satu
dari keempat mekanisme tersebut. Faktor resiko yang memungkinkan
seorang ibu bersalin mengalami pedarahan postpartum antara lain dapat
dilihat pada tabel berikut (Tabel 1).2
Tabel 1. Etiologi dan Faktor Resiko Perdarahan Postpartum2

12

1.

Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi
pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh
darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya
perdarahan yang cepat dan parah dan juga shock hypovolemik. Dari
semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70 % disebabkan oleh
atonia uteri.3

13

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan


bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan
perdarahan postpartum, lapisan tengah miometrium tersusun sebagai
anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing serabut
mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua buah serabut
kira-kira membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya
susunan otot seperti diatas, jika otot berkontraksi akan menjempit
pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi
ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.3
Kekuatan kontraksi dari miometrium yang efektif sangat penting
untuk menghentikan kehilangan darah setelah persalinan. Kompresi
yang dihasilkan dari vaskular uterus adalah untuk mengganggu aliran
darah 800 ml / menit pada bantalan plasenta (placenta bed).4
Faktor faktor predisposisi terjadinya atonia uteri4:
1. Uterus yang teregang berlebihan : Kehamilan kembar, anak
sangat besar (BB > 4000 gram) dan polihidramnion;
2. Kehamilan lewat waktu;
3. Partus lama;
4. Grande multipara;
5. Penggunaan uterus relaxants (Magnesium sulfat);
6. Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia );
7. Perdarahan antepartum (Plasenta previa atau Solutio plasenta);
8. Riwayat perdarahan postpartum;
9. Obesitas;
10. Umur > 35 tahun;
2.

Tissue ( Jaringan )
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir.5
Jenis-jenis retensio plasenta :
a. Plasenta Adhesive :

Implantasi

yang kuat dari jonjot korion


sehingga

menyebabkan

plasenta
kegagalan

mekanisme separasi fisiologis.

14

b. Plasenta Akreta

Implantasi jonjot korion plasenta


hingga

memasuki

sebagian

lapisan

miometrium.
c. Plasenta Inkreta

Implantasi

jonjot korion plasenta yang menembus


lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
d. Plasenta Prekreta

Implantasi

jonjot korion plasenta yang menembus


lapisan serosa dinding uterus hingga ke
peritonium .
e.Plasenta Inkarserata
Tertahannya

:
plasenta

di

dalam

kavum uteri disebabkan oleh konstriksi


ostium uteri.
Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta
dibagi5:
1. Retensio plasenta tanpa perdarahan
Terjadi bila belum ada bagian plasenta yang lepas atau seluruh
plasenta malah sudah lepas dan plasenta terjepit dalam rahim.
2. Retensio plasenta dengan perdarahan
Menunjukkan bahwa sudah ada bagian plasenta yang sudah lepas,
sedangkan bagian lain masih melekat, sehingga kontraksi uterus
tidak sempurna .
Sisa Plasenta
Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat
tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu
kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus
sehingga mengakibatkan perdarahan6.
3. Trauma
15

Ruptur Uterus
Faktor resiko terjadinya ruptur uterus antara lain pembedahan uterus
sebelumnya, persalinan terhambat, pemakaian oksitosin berlebihan,
posisi janin abnormal, multiparitas grande dan manipulasi uterus
dalam persalinan (persalinan dengan forcep, ekstraksi sungsang dan
insersi kateter tekanan intrauterin). Pengobatan dengan laparotomi
dengan jahitan atau histerektomi.6

Gambar 1. Ruptur Uterus

Laserasi saluran genital bawah


Kadang-kadang saja terjadinya, yaitu adanya luka atu robekan pada
vagina dan atau leher rahim, yang kecil atau yang besar. Tandanya
adanya perdarahan yang berlebihan walaupun mungkin kejadian ini
akan terlihat oleh dokter setelah persalinan. Umunya semua luka yang
panjangnya lebih dari dua sentimeter atau yang terus mengeluarkan
darah banyak akan dijahit. Bila selama persalinan tidak digunakan
anastesi maka akan diberikan anastesi lokal sebelum penjahitan.6
Faktor resiko mencakup persalinan pervaginam dengan alat bantu,
makrosomia janin, kelahiran tiba-tiba dan tindakan episiotomi.
Diagnosis harus dipertimbangkan ketika perdarahan pervaginam
berlanjut meskipun tonus otot memadai. Penatalaksanaanya dengan
jahitan primer6.
16

Inversio Uterus
Setelah kelahiran bayi, ada proses persalinan yang kadang-kadang
plasenta tidak seluruhnya terkelupas dan ketika muncul, ia menarik
fundus atau bagian puncak rahim ikut bersamanya, akibatnya rahim
akan membalik seperti kaos kaki yang terbalik. Gejala terbaliknya
rahim adalah perdarahan yang berlebihan dan kadang-kadang terdapat
tanda-tanda syok pada ibu. Ketika menekan perut kebawah, dokter
tidak dapat merasakan adanya rahim dan pada pembalikan rahim yang
lengkap sebagian dari rahim akan dapat terlihat di vagina.6
Wanita yang berisiko tinggi akan terbaliknya rahim (walaupun resiko
ini tetap masih sangat kecil) adalah mereka yang sebelumnya telah
sering melahirkan atau mengalami proses awal persalinan (labor) yang
terlalu lama lebih dari 24 jam, mereka yang plasentanya tertanam
melewati bagian puncak rahim (fundus) atau tertanam pada tempat
yang tidak normal dan mereka yang mendapatkan magnesium sulfat
selama proses awal persalinan. Rahim juga dapat membalik ketika ia
terlalu lemas atau bila fundus tidak diam di tempatnya ketika plasenta
dikeluarkan pada tahap kelahiran ketiga.6
Faktor resiko mencakup atonia uterus, traksi tali pusat secara
berlebihan, pengangkatan plasenta secara manual, plasentasi abnormal,
kelainan uterus dan plasentasi pada fundus. Gejalanya mencakup nyeri
perut akut dan syok (30%). Uterus mungkin terlihat menonjol melalui
vulva. Penanganannya dengan penggantian manual atau hidrostatik
segera.6
Beberapa tanda terjadinya inversio uterus antara lain : uterus tak
teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat, pucat dan
limbung. Kemungkinan terjadinya syok neurogenik dapat terjadi bila
tidak ditangani dengan baik.6
Inversi uterus dapat dibagi6 :

17

Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar


dari ruang tersebut.

Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.

Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar


terletak diluar vagina.

Gambar 2. Pembagian Klasifikasi Inversio Uteri

4. Koagulapati
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini
bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan.
Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahan
post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain,
terutama trauma.6

18

Gambar 3. Mekanisme koagulasi dan fibrinolisis

Dua mekanisme diatas pada keadaan normal terdapat dalam


keseimbangan yang dinamis. Mekanisme koagulasi diaktifkan pada
saat kapanpun ketika endotelium vaskular mengalami cedera.
Fibrinolisis mencegah penyumbatan vaskular segera ketika keutuhan
vaskular telah dipulihkan dan menghilangkan fibrin yang terbentuk
saat fibrin tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi.6
Dalam kehamilan normal, terdapat sedikit peningkatan pada sebagian
faktor koagulasi, khususnya fibrinogen. Fibrin menetap di dalam
pembuluh darah uteroplasenta dan fibrinolisis ditekan jumlahnya.
Perubahan ini mungkin disebabkan oleh perubahan fisiologis untuk
mengurangi risiko perdarahan post partum saat persalinan.6

19

3.3. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis7

Pemeriksaan fisik:
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui
vagina terus menerus

Pemeriksaan obstetri
Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
Pemeriksaan ginekologi:
Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
pada pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan
lahir dan retensi sisa plasenta

Pemeriksaan Penunjang7
a.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode


antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan

dengan hasil kehamilan yang buruk.


Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan

sejak periode antenatal.


Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.

b.

Pemeriksaan radiologi

Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan


diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi
sebelum

pemeriksaan

laboratorium

atau

radiologis

dapat

dilakukan. Pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat

adanyagumpalan darah dan retensi sisa plasenta.


USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi
pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi
terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa.
20

Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan


spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.
Tabel 2. Gejala dan Tanda Perdarahan Post partum6

3.4. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum ada 3 yakni pencegahan,
penghentian perdarahan dan mengatasi syok. Pendekatan resiko, meskipun
menimbulkan kontroversi tetap masih mendapatkan tempat untuk
diperhatikan. Setiap ibu hamil dengan faktor resiko tinggi terjadinya
perdarahan postpartum sebaiknya dirujuk ke tempat fasilitas kesehatan yang
mempunyai unit tranfusi dan perawatan intensif.8 Pada penanganan
perdarahan postpartum, pilihan terapi yang cepat dan tepat akan
menentukan tingkat keberhasilan. Prinsip dasar dari penanganan perdarahan
postpartum adalah haemostasis atau menghentikan perdarahan dengan
21

cepat. Untuk memudahkan mengingat prosedur yang harus dilakukan,


akronim Haemostasis dapat digunakan (Tabel 2).9
Tabel 3. Penanganan Umum Perdarahan Postpartum9

1.

Manajemen Aktif Kala III


Setiap ibu melahirkan harus mendapatkan manajemen aktif kala III.
Merupakan tindakan (intervensi) yang bertujuan mempercepat
lahirnya plasenta dengan meningkatkan kontraksi uterus sehingga
menurunkan kejadian perdarahan postpartum karena atoni uteri.10
Tindakan ini meliputi 3 komponen utama yakni (1) pemberian
uterotonika, (2) peregangan tali pusat terkendali dan (3) masase uterus
setelah

plasenta

lahir. Oksitosin

10

unit

disuntikan

secara

intramuskular segera setelah bahu depan atau janin lahir seluruhnya.


Peregangan tali pusat secara terkendali (tidak terlalu kuat) dilakukan
pada saat uterus berkontraksi kuat sambil ibu diminta mengejan.
Jangan lupa melakukan counter-pressure terhadap uterus untuk
menghidari inversi. Lakukan masase fundus uteri segera setelah
plasenta lahir sampai uterus berkontraksi kuat, palpasi tiap 15 menit
dan yakinkan uterus tidak lembek setelah masase berhenti.10
2.

Medikamentosa
Menurut ACOG tahun 2006, berikut obat yang digunakan sebagai
penatalaksanaan dari Perdarahan Postpartum11:
Tabel 4. Obat-obatan uterotonika11

22

23

Anda mungkin juga menyukai