Anda di halaman 1dari 32

Kelompok 1_ Grup F

Viskositas dan Rheologi


Gian Fisoma Ringga K 1043050028
Neli 1143050024
Puti Bendhika Erman 1143050058
Johany Grace Daniela 1143050065
Hany Azizah Azmi 1143050080
Anik Novita Sari 1143050097

Tujuan
Percobaan
Membedakan
viskositas dan
rheologi
Membedakan
cairan Newton dan
non - Newton
Menentukan faktor
yang mempengaruhi
viskositas suatu
cairan

Pendahuluan
Viskositas
Ukuran resistensi zat cair
untuk mengalir

.Rheologi
Ilmu yang
mempelajari sifat
aliran zat cair atau
deformasi zat padat

Faktor yang mempengaruhi


viskositas
Kerapatan

jenis molekul

Suhu
Tekanan
Adanya

zat lain
Ukuran dan BM
Kekuatan antar molekul

Sifat alir cairan


Newton

Aliran newton adalah jenis aliran


yang ideal. Contoh : pelarut dan
larutan sejati.
Non

Newton
Aliran yang tidak mengikuti aliran
Newton

Aliran Newton

Aliran Non Newton

Alat pengukuran
viskositas
Viskometer

satu titik 1 kecepatan geser


Viskometer Ostwald
Viskometer Hoppler

Viskometer

banyak titik > 1 kecepatan

geser
Viskometer Cup and Bob
Viskometer Brookfield

Viskometer Ostwald
Sejumlah

cairan dimasukkan ke
dalam viskometer yang diletakkan
pada thermostat.
Cairan kemudian dihisap dengan
pompa ke bola c sampai diatas
tanda a.
Cairan dibiarkan mengalir
kebawah dan waktu yang
diperlukan dari a ke b dicatat
menggunakan stopwatch

Prosedur Kerja
Menyiapkan

larutan uji sukrosa

Menimban
g sukrosa

Melarutkan dengan
aqua dest

Panaskan ad
homogen
sempurna

Menyiapkan

Menimbang
amylum

Tambahkan aq fervida
ad volume batas

larutan uji amylum


Melarutkan sebagian
dengan sebagian aqua
dest

Panaskan ad
mendidih dan
jernih

Pengukuran

Mengukur
bobot jenis
larutan

Lakukan
duplo

Viskositas larutan
Mengukur dengan
Viskometer Ostwald

Mengukur
waktu turunnya
cairan uji

Data dan Perhitungan


Penyiapan

Larutan Sukrosa

Konsentrasi
aq dest
Konsentrasi
aq dest
Konsentrasi
aq dest
Konsentrasi
aq dest
Konsentrasi
aq dest

20 % b/v = 20 gram sukrosa 100 ml


40 % b/v = 40 gram sukrosa 100 ml
50 % b/v = 50 gram sukrosa 100 ml
60 % b/v = 60 gram sukrosa 100 ml
80 % b/v = 80 gram sukrosa 100 ml

Penyiapan

Larutan Amylum

Konsentrasi 0,1
100 ml aq dest
Konsentrasi 0,5
100 ml aq dest
Konsentrasi 1,0
100 ml aq dest
Konsentrasi 2,0
100 ml aq dest
Konsentrasi 3,0
100 ml aq dest

% b/v = 0,1 gram amylum


% b/v = 0,5 gram amylum
% b/v = 1,0 gram amylum
% b/v = 2,0 gram amylum
% b/v = 3,0 gram amylum

Pengukuran Viskositas larutan


Larutan

Bobot Jenis

Waktu tempuh (detik)

(g/ml)
1

Rata rata

Aqua dest

1,0088 g/ml

01 : 02 detik

01 : 00 detik

01 : 01 detik

Propilenglikol

1,1128 g/ml

06 : 57 detik

06 : 22 detik

06 : 40 detik

Larutan sukrosa 20%

1,0648 g/ml

01 : 07 detik

01 : 03 detik

01 : 05 detik

Larutan sukrosa 60%

1,1140 g/ml

03 : 07 detik

03 : 11 detik

03 : 09 detik

Larutan

Bobot Jenis (g/ml)

Waktu tempuh (detik)

Viskositas

Aqua dest

1,0088 g/ml

01 : 01 detik

8,00 x 10-3 Poise

Propilenglikol

1,1128 g/ml

06 : 40 detik

0,05592 Poise

Larutan sukrosa 20%

1,0648 g/ml

01 : 05 detik

8,7785 x 10-3 Poise

Larutan sukrosa 40%

1,0972 g/ml

02 : 76 detik

0,02378 Poise

Larutan sukrosa 50%

0,9820 g/ml

01 : 46 detik

0,01126 Poise

Larutan sukrosa 60%

1,1740 g/ml

03 : 09 detik

0,02848 Poise

Larutan sukrosa 80%

1,2328 g/ml

05 :22 detik

0,05053 Poise

Larutan amylum 0,1%

0,9784 g/ml

01 :13 detik

8,6808 x 10-3 Poise

Larutan amylum 0,5%

1,0552 g/ml

02 : 29 detik

0,01897 Poise

Larutan amylum 1,0%

1,0544 g/ml

01 : 36 detik

0,01126 Poise

Larutan amylum 2,0%

1,0620 g/ml

22 :86 detik

0,19062 Poise

Larutan amylum 3,0%

1,0676 g/ml

03 : 25 detik

0,02724 Poise

Perhitungan Viskositas
larutan
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
1 = viskositas aq dest = 0,0080 Poise
2 = viskositas cairan uji
t1 = waktu tempuh aq des
t2 = waktu tempuh cairan uji
1 = bobot jenis aq dest
2 = bobot jenis cairan uji

Perhitungan Viskositas larutan


sukrosa

Larutan Sukrosa 20 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 1,05 s x 1,0648 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,0087785 Poise
Larutan Sukrosa 40 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 2,76 s x 1,0972 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,02378 Poise
Larutan Sukrosa 50 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 1,46 s x 0,9820 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,01126 Poise
Larutan Sukrosa 60 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 3,09 s x 1,1740 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,02848 Poise

Grafik C vs Viskositas sukrosa


Konsentrasi vs Viskositas
0.06
0.05
0.04
Viskositas (Poise) 0.03

Y-Values

0.02
0.01
0
102030405060708090
Konsentrasi Larutan Sukrosa (%)

Perhitungan Viskositas larutan


amylum

Larutan amylum 0,1 %

2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 1,13 s x 0,9784 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,0086808 Poise
Larutan amylum 0,5 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 2,29 s x 1,0552 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,01897 Poise
Larutan amylum 1,0 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 1,36 s x 1,0544 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,01126 Poise
Larutan amylum 2,0 %
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 22,86 s x 1,062 g/ml ) / 1,01 s x
1,0088 g/ml = 0,19062 Poise

Grafik C vs Viskositas
amylum
Konsentrasi vs Viskositas
0.25
0.2
0.15
Viskositas (Poise)

0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Konsentrasi Larutan Amylum (%)

Y-Values

Propilenglikol
2 =( 1. t2 . 2) / t1 . 1
2 =( 0,0080 Poise x 6,40 s x
1,1128 g/ml ) / 1,01 s x 1,0088
g/ml = 0,05592 Poise

Pembahasan
Tujuan

percobaan kali ini adalah


untuk menentukan viskositas
larutan dengan menggunakan
Viskometer Ostwald.

Yang

menggunakan satu titik


kecepatan geser sehingga hanya
mendapatkan satu titik pada
rheogram.

Propilenglikol

golongan alkohol
gugus OH sehingga ikatan akan
meningkatkan kerapatan jenis dan
meningkatkan viskositas larutan.
Pada pengukuran viskositas hasil
percobaan diperoleh 0,05592 Poise.
Pada perbandingan dengan aqua
destillata memenuhi syarat
viskositas lebih tinggi daripada aqua
dest.
Hal ini sebenarnya dapat diamati
secara organoleptis karena
propilenglikol jauh lebih kental
daripada air.

Pada

percobaan menggunakan larutan


sukrosa seharusnya didapat kurva
linier karena larutan sukrosa cairan
Newton

Pada

konsentrasi , viskositasnya

Hal

ini menandakan bahwa jumlah zat


terlarut dapat meningkatkan
kerapatan jenis viskositas

Terdapat

kesalahan pada sukrosa 50%


akibat kesalahan pada praktikan dan
alat yang digunakan

Pada

percobaan menggunakan
larutan amilum seharusnya didapat
kurva non linier cairan Non Newton

Terlihat

dari rheogram bahwa linier


akibat dari adanya peningkatan
viskositas juga berefek pada
kecepatan geser sehingga pada
pengukuran Viskometer Ostwald
tidak terlihat rheogram yang tepat
dan hanya terlihat grafik naik turun.

Pada percobaan iniviskositas


ditentukan dari beberapa faktor :
Berat

molekul
Viskositas akan meningkat pada
BM tinggi dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena pada BM tinggi
terjadi kerapatan jenis yang tinggi
sehingga viskositas meningkat
juga. Hal ini terbukti pada semua
larutan uji (Propilenglikol, larutan
sukrosa, dan larutan amylum).

Adanya

kekuatan antar molekul


Adanya kekuatan antar molekul seperti
ikatan hidrogen, OH akan meningkatkan
viskositas karena ikatan hidrogen
mempunyai ikatan yang kuat dan akan
meningkatkan kerapatan jenis larutan
sehingga viskositas meningkat. Hal ini
dapat dibuktikan pada cairan propilenglikol.
Jumlah konsentrasi zat terlarut
Jumlah zat terlarut akan mempengaruhi
viskositas karena jumlah zat terlarut akan
meningkatkan kerapatan jenis sehingga
viskositas larutan meningkat. Hal ini
terbukti pada larutan sukrosa dan larutan
amylum.

Kesimpulan
Viskositas

ukuran resistensi zat cair untuk


mengalir sedangkan rheologi ilmu yang
mempelajari sifat aliran zat cair ataupun
deformasi zat padat.
Cairan Newton cairan yang dapat
ditentukan dengan satu kecepatan geser
seperti aq.dest, Propilenglikol, dan larutan
sukrosa sedangkan cairan non Newton tidak
dapat ditentukan dengan satu kecepatan
geser seperti larutan amylum.
Faktor yang mempengaruhi viskositas dalam
percobaan berat molekul, adanya kekuatan
ikatan serta jumlah konsentrasi zat terlarut.

Daftar Pustaka
Ansel,

H..C, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi IV. Diterjemahkan oleh Farida
ibrahim, UI-press, Jakarta, 993.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk
Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Martin, A.dkk, 1993. Farmasi Fisika Edisi III
Volume II. Diterjemahkan oleh yoshito, UI
press, Jakarta. 1029, 1030,1143,1144.
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta :
UGM-press.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika I . Jakarta :
Rineka Cipta.

Thank You

Anda mungkin juga menyukai