Kewirausahaan menjadi salah satu modal yang dimiliki bangsa Indonesia untuk memasuki
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Potensi yang ada saat ini diarahkan untuk bisa
terus dikembangkan secara optimal untuk memenangkan persaingan menuju Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) 2015. Pada era globalisasi dibutuhkan banyak wirausahawanwirausahaan yang tidak hanya untuk membentuk peluang usaha, namun juga bisa
membangun kewirausahaan di lingkungan sekitarnya. Harapannya, wirausahawan Indonesia
ini siap bersaing menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Selain itu juga bisa
membawa lingkungan sekitarnya untuk ikut mempersiapkan diri menghadapi pasar bebas
ASEAN tersebut. Dengan semangat menciptakan peluang usaha berbasis kreativitas yang
dimiliki, hasil produksi dari wirausahawan-wirausahaan Indonesia mampu mendongkrak
nilai ekonomis sebuah potensi lokal. Sebuah bambu yang setiap batangnya hanya bernilai
Rp10.000. Ketika diolah menjadi produk seperti keranjang harganya bisa naik menjadi lebih
dari 10 kali lipat. Ini sebuah potensi yang sangat luar biasa. Semakin banyak wirausahawan di
Indonesia, maka bangsa ini akan memiliki semakin banyak memiliki modal sumber daya
manusia yang handal dalam memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Taraf pembangunan yang belum merata di antara negara-negara ASEAN dalam konteks
MEA 2015 mengandung dua makna. Pertama, pertukaran barang dan jasa terjadi dalam
situasi yang tidak seimbang untuk sebagian besar masyarakat. Pendapatan per kapita
Singapura adalah 13 kali Indonesia; Malaysia sekitar 3 kali Indonesia; Thailand 2 kali
Indonesia. Bila tanpa atau kurang persiapan Indonesia, ketahanan ekonomi masyarakat
Indonesia dapat terancam. Kedua, model integrasi dalam MEA 2015 dapat mendorong
perkembangan wirausaha Indonesia secara khusus dan ASEAN secara umum.
Masalah yang menghambat pengembangan kewirausahaan di Indonesia adalah lemahnya
faktor institusional dan individual, yang mencakup: kemampuan menemukan peluang usaha,
budaya kewirausahaan, kepemimpinan kewirausahaan, ketersediaan pasar, tingkat
pendidikan, ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi, dan kemampuan berinovasi,
dari masalah tersebut tercermin antara lain pada pengangguran yang tinggi, pada tahun 2012
lalu, jumlah pengangguran di Indonesia sekitar 7,08 juta orang (tujuh persen)
Kebijakan sosialisasi kewirausahaan perlu diberikan, yang intinya memberikan pembekalan
kepada wirausahawan-wirausahawan di Indonesia untuk dapat mengembangkan usahanya
dan supaya mampu bersaing di tingkat Asean dengan cara memberikan kesempatan belajar
kepada mereka agar memperoleh pengetahuan keterampilan, menumbuhkan jiwa
kewirausahaan serta percepatan tumbuh kembang wirausaha baru
Tantangan lainnya dalam berwirausaha di Indonesia yang perlu di evaluasi yakni lemahnya
infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan energi yang menyebabkan biaya ekonomi
tinggi, terutama juga bagi sektor produksi dan cara memasarkan produk. Biasanya