Anda di halaman 1dari 6

Nama: Reguelta F Damopoli

Kelas : 3D
NIM

: 121511306

1. Baku mutu kualitas air limbah rumah sakit (kementrian lingkungan


hidup)
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit .
Dasar Pertimbangan

Untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi


hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu
dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke
lingkungan;

Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang


dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu
perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang
dibuang ke lingkungan dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair
bagi kegiatan Rumah Sakit;

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan untuk melaksanakan


pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air perlu ditetapkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit;

Peraturan Terkait

Undang-undang gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926, Stbl.


Nomor 226, setelah diubah dan ditambah terakhir dengan Stbl. 1940
Nomor 14 dan Nomor 450;

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Tenaga Atom (lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 124,
tambahan Lembaran negara Nomor 2722;

Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan Di Daerah (lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
tambahan lembaran Negara Nomor 56);

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran


negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3046);

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pengelolaan lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran


Negara tahun 1992 Nomor 100, tambahan Lembaran negara Nomor
3495);

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan


Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan Kepala daerah
(Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3347);

Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi


Kegiatan Instansi Vertikal di daerah (Lembaran negara Tahun 1988
Nomor 10, Tambahan Nomor 3373);

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian


Pencemaran Air (Lembaran Negara tahun 1990 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3409);

Peraturan Pemerintah nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran


negara Tahun 1991 Nomor 24, tambahan lembaran negara Nomor
3409);

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan (lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M tahun 1993


tentang Pembentukan kabinet pembangunan VI;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang


Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Negara Serta Susunan
Organisasi Staf Menteri Negara;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tentang


Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

2. Pengertian dari : DHL , salinitas , kekeruhan ,DO , BOD, COD, logam


berat , E.coli
1. Daya Hantar Listrik (DHL)
Menurut Mc Neely et al, (1979) dalam Wardhani (2002), Daya Hantar
Listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan aliran
listrik. Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air, oleh
karena itu kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan DHL.
DHL adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair untuk
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total
konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran.
Biasanya makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau

sampai asin. Walaupun dalam baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi
untuk nilai-nilai yang ekstrim perlu diwaspadai (Mahida, 1984).
2. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
3. Kekeruhan
Air bawah tanah (ground water) atauakifer (aquifer) adalah air yang
terdapat pada pori-pori tanah-pasir-kerikil-batuan yang telah jenuh terisi air. (
Choesin, dkk, 2004)
Kekeruhan adalah jumlah dari butir-butir zat yang tergenang dalan air.
Kekeruhan mengukur hasil penyebaran sinar dari butir-butir zat tergenang:
Makin tinggi kekuatan dari sinar yang terbesar, makin tinggi kekeruhannya.
Bahan yang menyebabkan air menjadi keruh termasuk:
Tanah liat
Endapan (lumpur)
Zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus
Campuran warna organik yang bisa dilarutkan
Plankton
Jasad renik (mahluk hidup yang sangat kecil). (Nuijten, 2007)
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),
maupun bahan anorganik dan organic yang berupa plankton dan mikro
organism lain.
4. DO
Oksigen terlarut adalah banyaknya gas oksigen yang larut dalam air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan tumbuhan
dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung
dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal

yang dibutuhkan untuk kehidupan makhluk hidup. Oksigen terlarut dapat


berasal dari fotosintesis tumbuhan air yang jumlahnya tergantung dari
tumbuhannya dan dari udara yang masuk dalam air dengan kecepatan
tertentu. Kelarutan oksigen di dalam air tergantung pula pada suhu. Kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan hewan air yang
membutuhkan oksigen akan mati, sebaliknya bila kadar oksigen terlalu tinggi
dapat mengakibatkan proses pengkaratan (Fardiaz, 1992).
5. BOD
Adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai
atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan
Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990),
bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik
yang siap terdekomposisi ( readily decomposable organic matter). Mays
(1996) mengartikan BOD se bagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan
sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari
pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable
organics) yang ada di perairan.
6. COD
Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd,
1990). Hal ini karena bahan or ganik yang ada sengaja diurai secara kimia
dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi
asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf &
Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai
maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian,
selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan
organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama

dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
7. Logam berat
Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau
lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap
berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam
tubuh. Beberapa di antaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen).
Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi
dianggap tidak layak konsumsi.
Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan
pangan mengandung logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah
sindrom Minamata, sebagai akibat akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan
konsumsi.
8. E.coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis
spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan
oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E. Coli tipe
O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama
verotoksin.

Anda mungkin juga menyukai