Anda di halaman 1dari 19

3.

BAB III SPEKTROSKOPI INFRA MERAH

III.1 Pendahuluan
Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi elektromagnetik dengan materi.
Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang diteruskan melalui ruang
dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi elektromagnetik dan
yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Contoh lain dari radiasi
elektromagnetik adalah radiasi sinar gamma, sinar x, ultra violet, infra merah,
gelombang mikro, dan gelombang radio.
Konsep radiasi inframerah diajukan pertama kali oleh Sir Wiliam Hershel (tahun
1800) melalui percobaannya mendespersikan radiasi matular dengan prisma.Ternyata
pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan temperature tertinggi
yang berarti pada daerah X radiasi tersebut banyak kalori (energy tinggi). Daerah
spectrum tersebut selanjutnya disebut infra merah(IR diseberang atau diluar merah).
Spektrofotometri IR sangat penting dalam kimia modern, terutama (meskipun bukan
satu-satunya)dalam daerah organik. Spektrofotometer ini merupakan alat untuk
mendeteksi gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran.
III.2 Prinsip Dasar Spektroskopi Infra Merah
III.2.1 Interaksi spektrum IR dan materi
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak dapat diam melainkan bervibrasi
(bergetar). Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua
bola yang dihubungkan oleh pegas, dan ditunjukkan dalam Gambar 3-1.

Gambar 3-1 Model ikantan kimia

Spektrum inframerah (IR) terletak pada daerah dengan bilangan gelombang


12800 sampai 10 cm-1atau panjang gelombang 0,78 1000 m. Umumnya daerah
inframerah terbagi dalam inframerah dekat, inframerah tengah dan inframerah jauh.
Daerah spektrum infra merah dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3-1 Pembagian daerah spektrum infra merah
Panjang

Bilangan

Daerah

Gelombang

Gelombang

Frekuensi (Hz)

Dekat
Tengah
Jauh

(m)
0,78-2,5
2,5-50
50-1000

(cm-1)
12800-4000
200-10
200-10

3,8x1014-1,2x1014
1,2x1014-6,0x1014
6,0x1014-3,0x1014

Bila radiasi infra merah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul molekulnya
dapat menyerap (mengabsorpsi) energy dan terjadilah transisi diantara tingkat vibrasi
(ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited state). Contoh suatu ikatan CH
yang bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus menyerap radiasi infra merah pada
frekuensi tersebut (9,0 x 1013 Hz, 3000 cm1) untuk pindah ke tingkat vibrasi tereksitasi
pertama. Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh
spektrofotometer infrared, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang diteruskan
melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang) radiasi.
III.2.2 Vibrasi molekul
Setiap frekuensi sinar (termasuk infra-merah) mempunyai tertentu. Apabila
frekwensi tertentu diserap ketika melewati sebuah sampel senyawa organik, maka pasti
akan ditransfer ke senyawa tersebut yang sebanding dengan frekuensi yang timbul
pada getaran-getaran ikatan kovalen antar atom dalam molekul senyawa tersebut. Bila
molekul mengabsorpsi radiasi inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan
dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat itu. Jadi, molekul ini berada dalam
keadaan vibrasi tereksitasi. Penyerapan radiasi inframerah menyebabkan perubahan
energi (E) dan dinyatakan sebagai:

E = h , dengan tingkat-tingkat vibrasi ditunjukkan pada Gambar 3-2.

Gambar 3-2 Tingkatan vibrasi untuk suatu ikatan yang bervibrasi


Dimana h menyatakan tetapan Planck (6,6242 x 10-34J.s) dan menyatakan tetapan
frekuensi dalam Hertz (Hz). Hubungan diantara frekuensi dan panjang gelombang ()
dinyatakan sebagai:

dimana c adalah kecepatan cahaya (3 x 10 10 cm/s) dan dinyatakan dalam cm.


Kebalikan panjang gelombang () menyatakan jumlah gelombang per cm. Jadi,

Molekul-molekul poliatom memperlihatkan dua jenis vibrasi molekul yaitu ulur


(stretching) dan tekuk (binding). Vibrasi ikatan yang melibatkan hidrogen sangat berarti,
karena atom-atom dengan massa rendah cenderung lebih mudah bergerak daripada atom
dengan massa lebih tinggi.

a. Vibrasi ulur (streching)


Vibrasi ulur adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang sumbu ikatan antara dua
atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah atau berkurang. Contoh vibrasi ulur,
yaitu uluran simetri dan asimetri (Gambar 3-3).

Gambar 3-3 Vibrasi tekuk (streching)

b. Vibrasi tekuk (binding)


Vibrasi tekuk adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan antara
dua ikatan atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya. Contoh dari
vibrasi tekuk adalah scissoring, wagging, twisting, dan rocking (Gambar 3-4). Dari
keempat vibrasi tekuk, vibrasi scissoring dan rocking terletak pada satu bidang
sedangkan vibrasi wagging dan twisting terletak di luar bidang.

Gambar 3-4 Vibrasi tekuk (binding)

III.2.3 Perhitungan frekuensi vibrasi


Kita dapat menghitung frekuensi vibrasi dari ikatan dengan cukup teliti, seperti
halnya kita dapat menghitung frekuensi vibrasi dari bola dan sistem pegas. Hukum
Hooke dapat digunakan yang dinyatakan dengan persamaan:

1
2 c

dimana:

= frekuensi vibrasi (cm 1 )

c = kecepatan radiasi 3x1014 cm

det ik

k = konstanta gaya ikatan


m1m2 m m m, massa atom
1
2
Contoh perhitungan frekuensi vibrasi pada dua jenis ikatan yang berbeda:
1. Ikatan C=C

k 10 105 dyne

cm
m m
12 12
c c
6
mc mc 12 12

k
10 105
4,12
4,12

1682 terhitung

1650 hasil percobaan


2. Ikatan C-H

k 10 105 dyne

cm
m m
12 1
c c
0,923
mc mc 12 1

4,12

k
10 105
4,12

0, 923

3032 terhitung

3000 hasil percobaan

Pada umumnya ikatan rangkap 3 lebih kuat daripada ikatan rangkap 2 atau ikatan
tunggal, diantara 2 atom yang sama dan mempunyai frekuensi yang vibrasi lebih tinggi.
CC

C=C

1
2150 cm

CC

1
1650 cm

1
1200 cm

k Naik
Rentangan CH terjadi sekitar 3000 cm-1 seperti diketahui atom yang terikat pada
karbon akan menaikkan massa,kenaikan massa,kuantitas naik,dan frekuensi vibrasi
turun.
CH
3000
1

cm

C-C
1200

C-O
1
1100 cm

C Cl
1
800 cm

C Br
550
1

cm

cm

CI
550
1

cm

naik
Semakin besar keelektronegatifan, semakin mudah digoyang. Jika gerakan lengkung
atau bending mempunyai tendensi lebih mudah bergerak daripada gerakan
rentangan/tetapan gaya k lebih kecil.
III.3 Instrumentasi Spektroskopi Infra Merah
Spektrofotometer inframerah terdiri atas lima bagian utama, yaitu sumber
radiasi, wadah sampel, monokromator, detektor dan rekorder.

Gambar 3-5 Alat spektroskopi infra merah

Gambar 3-6 Blok spektroskopi infra merah


Spektrofotometer canggih selalu dilengkapi recorder untuk menekan hasil percobaan.
Alat perekam ini mempermudah dan mempercepat pengolahan data. Data absorbsi
mulai dari panjang gelombang 2,5 mikron ( 4000 cm-1) hingga 25 mikron ( 400
cm-1) direkam secara otomatis. Bahkan spektrofotometer bias dilengkapi system
komputer bias dibuat sesuai dengan yang diinginkan.

III.3.1 Sumber Radiasi


Prinsip sumber radiasi IR dipancarkan oleh padatan lembam yang dipanaskan
sampai pijar dengan aliran listrik.

Gambar 3-7 Karakteristik spektrum radiasi IR


Ada 3 macam sumber radiasi IR, yaitu:
1. Kawat Nikhrom yang dipijar dengan aliran listrik sampai temperature 1100 oC akan
memancarkan radiasi IR akan tetapi pancaran radiasi IR dari pijaran kawat nikhrom
ini memberikan bilangan gelombang lebih dari 5000 cm-1 dengan intensitas yang
lemah.

Gambar 3-8 Kawat Nikhrom


2. Nernst Glower, juga sebagai hasil pijaran Zirkonium oksida yang dijepit kedua
ujungnya dengan keramik pada temperature 1200 K 2200 K

Gambar 3-9 Nernst Glower


3. Globar, senyawa silicon karbida yang mempunyai kehandalan dapat dipijarkan
langsung sampai temperature 1300 1500 K,sumber radiasi sangat banyak dipakai.

Gambar 3-10 Globar

III.3.2 Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mengubah sinar polikromatik menjadi
monokromatik.

Sampel

pada

spektrometer

inframerah

membutuhkan

sinarmonokromatik untuk melakukan interaksi. Fungsinya sama seperti pada


spektrofotometer UV-Vis. Hanya saja monokromator dalam spektrofotometer IR tidak
terbuat dari kwarsa (leburan silica ) tetapi terbuat dari garam NaCl, KBr, CsBr, LiF.
Oleh sebab itu, spektrofotometer IR harus diletakkan disuatu tempat dengan
kelembapan yang rendah untuk mencegah rusaknya peralatan optiknya. Terdapat dua
jenis monokromator yang dapat digunakan pada spectrometer IR yaitu:
a. Monokromator Prisma
Monokromator prisma yang terbuat dari garam anorganik berfungsi sebagai
pengurai dan pengarah radiasi IR menuju detector. Monokromator prisma yang terbuat
dari hablur NaCl yang paling banyak dipakai sebab memberikan resolusi radiasi IR
yang terbaik disbanding lainnya. Prisma leburan garam2 bromida pada umumnya
dipakai sebagai resolusi radiasi IR jauh, sedangkan garam flourida untuk radiasi IR
dekat.
Tabel 3-2 Material prisma beserta range operasinya
Material

Optimum Range

Glass

300-2 m (5000 cm-1)

Quartz

800-3 m (3300 cm-1)

Lithium fluoride

600-6,0 m (1670 cm-1)

Calcium fluoride

200-9,0 m (1100 cm-1)

Sodium chloride

200-14,5 m (625 cm-1)

Potassium bromide

10-25 m (400 cm-1)

Cesium iodide

10-38 (260 cm-1)

Prisma yang terbuat dari kuarsa digunakan untuk daerah inframerah dekat (0,8-3 m).
Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat dari kristal natrium klorida dengan
daerah frekuensi 2000-670 cm-1 (5-15m).

Gambar 3-11 Monokromator prisma


Contoh prisma lainnya adalah Kristal kalium bromida dan cesium bromida. Sebagian
kristal tersebut dapat menyerap air, sehingga kristal ini harus benar-benar dijaga agar
tidak kontak dengan air karena dapat meleleh atau menjadi buram/keruh. Selain itu, air
adalah senyawa yang dapat mengabsorpsi inframerah dengan kuat. Beberapa merek
spektrofotometer inframerah menggunakan prisma atau lensa dari kristal natrium
klorida atau kalium bromida. Oleh karena itu, monokromator harus dilindungi dari
kelembaban udara dan disekitanya harus selalu diberi bahan penyerap air misalnya
silika gel.
b. Monokromator difraksi (grating)
Monokromator yang umum dipakai untuk spektrofotometer IR saat ini adalah
kisi difraksi (grating). Kisi difraksi terbuat dari kaca atau bahan plastic yang tertoreh
dengan halus

permukaannya dan terlapisi oleh kondensasi uap aluminium

keunggulannya memberikan resolusi yang jauh lebih bagus dengan dispersi yang
sinambung lurus, disamping itu tetap menjaga keutuhan radiasi IR menuju detektor.

10

Gambar 3-12 Monokromator difraksi

III.3.3 Detektor
Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi sinyal listrik. Detektor
spektrofotometer yang bersifat menggandakan electron tidak dapat dipakai pada
spektrofotometer IR sebab radiasi IR lemah dan tidak dapat melepaskan electron
dikatoda yang ada pada sistem detektor. Pada panjang gelombang pendek, sekitar 1,2
m, metode deteksi yang lebih sering digunakan sama dengan yang digunakan pada
radiasi ultraviolet. Detektor digunakan pada panjang gelombang yang lebih panjang
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu detektor kuantum dan
detektor suhu.
a. Detector tipe fotokonduktor
Detektor kuantum bergantung pada efek dari internal fotokonduktif yang dihasilkan dari
transisi elektron dari pita valensi ke pita konduksi melalui reseptor semikonduktor.
Detektor kuantum lebih cepat dan lebih sensitif, tetapi sangat terbatas dengan interaksi
pada kisaran panjang gelombang yang dapat diterima. Contoh dari detektor
fotokonduktif adalah cel photovoltaic, phototube, dan photomultiplier.

11

(a)

(b)

(c)
Gambar 3-13 Detector tipe fotokonduktor (a) Cel Photovoltaic, (b) Phototube,
(c) Photomultiplier
b. Detector tipe hantar bahang
Detektor suhu dapat digunakan untuk kisaran panjang gelombang yang lebih luas,
melebihi daerah spektral dengan bagian penyerapan cahaya dari detektor dapat dianggap
gelap, tetapi kekurangannya adalah sensitivitas yang rendah dan respon yang lambat.
Bekerjanya detector tipe ini atas dasar efek bahang dari radiasi IR (bahang : hawa panas
yang terjadi karena nyala api /dari panas tubuh). Bentuk dasar dari detektor radiasi
termal adalah radiation thermocouple, golay detector, dan bolometer.
Detector thermocouple dasar kerjanya adalah jika dua kawat logam berbeda
dihubungkan antara ujung kepala dan ekor menyebabkan adanya arus yang mengalir
dalam kawat. Thermocouple ( ) yang biasanya digunakan pada semua detektor
inframerah, biasanya diproduksi dengan bagian kecil dari lapisan emas menghitam,
untuk menyerap radiasi, dilas pada kedua ujung kawat yang terbuat dari dua logam yang
berbeda untuk memberikan ggl termoelektrik yang besar. Material penunjuk berupa
bahan semikonduktor, salah satunya memiliki kekuatan termoelektrik positif. Ciri khas

12

detektor termokopel mempunyai daerah sensitif 0,5 mm , dengan waktu respon 40


msec, resistansi antara 10 200 ohm, tegangan sinyal 0,1 0,2 V dan gangguan energi
sebesar 10-10 W pada frekuensi 5 Hz.

(a)

(b)

Gambar 3-14 Detektor Thermocouple (a) struktur thermocouple,


(b) bentuk thermocouple
Untuk mencegah sinyal menjadi lemah dan hilang, sinyal pengganggu diambil oleh
kawat, sistem penguat ditempatkan sedekat mungkin dengan detektor. Sambungan
dingin dari thermocouple sebenarnya terdiri dari tembaga berat dalam interaksinya
dengan kabel thermocouple. Detektor hanya perlu merespon untuk memilah radiasi
untuk memberikan keluaran listrik bolakbalik, hanya perubahan suhu yang signifikan,
karenanya suhu sebenarnya dari cold junction tidak lagi penting. Ukuran penerima
dipilih untuk mengatur pengurangan gambar dari celah spectrometer.
Detektor golay bekerja atas dasar perubahan bahan radiasi IR yang akan menaikkan
tekanan gas didalamnya. Gas yang tersimpan pada detektor tersebut akan menjadi lebih
panas, apabila disinari dengan sinar infra merah. Akibat dari kenaikkan suhu tersebut,
maka tekanan gas akan berubah menjadi isyarat listrik.

13

Gambar 3-15 Detektor golay


Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari kawat platina
atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada
bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang. Signal yang tidak seimbang ini
kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direkam.

Gambar 3-16 Detektor bolometer


III.3.4 Recorder
Spektrofotometer canggih selalu dilengkapi recorder untuk menekan hasil percobaan.
Alat perekam ini mempermudah dan mempercepat pengolahan data. Data absorbsi
mulai dari panjang gelombang 2,5 mikron ( 4000 cm -1) hingga 25 mikron ( 400
cm-1) direkam secara otomatis. Bahkan spektrofotometer bias dilengkapi system
komputer bias dibuat sesuai dengan yang diinginkan. Signal yang dihasilkan dari
detector kemudian direkam sebagai spectrum infra merah yang berbentuk puncakpuncak serapan. Spektrum infra merah ini menunjukkan hubungan antara absorban dan
frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang. Sebagai absis adalah

14

frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang (mm) atau bilangan gelombang (cm -1), dan
sebagai ordinat adalah transmitan (%) atau absorban.

Gambar 3-17 Contoh spektum hasil pengukuran spektroskopi IR


III.4 Fourier Transform Infrared (FT - IR)
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (disingkat FTIR)
adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Red dispersi, yang membedakannya adalah
pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh.
Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah dari
persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830)
seorang ahli matematika dari Perancis. Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang
dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran
intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekuensi atau
sebaliknya disebut Transformasi Fourier.
Fourier Transform Infrared (FT - IR) spektrometri dikembangkan dalam rangka
untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi dengan instrumen dispersif. Kesulitan
utama adalah proses scanning lambat. Sebuah metode untuk mengukur semua frekuensi
inframerah secara bersamaan, bukan secara individual, diperlukan. Sebuah solusi
dikembangkan yang digunakan perangkat optik yang sangat sederhana disebut
interferometer.

15

Gambar 3-18 Blok interferometer


Interferometer menghasilkan jenis yang unik dari sinyal yang memiliki semua frekuensi
inframerah "dikodekan" ke dalamnya. Sinyal dapat diukur dengan sangat cepat ,
biasanya pada urutan kedua atau lebih . Dengan demikian, elemen waktu per sampel
direduksi menjadi hitungan beberapa detik lebih dari beberapa menit. Kebanyakan
interferometer menggunakan beamsplitter yang mengambil sinar inframerah masuk dan
membaginya menjadi dua balok optik. Satu balok mencerminkan off dari cermin datar
yang tetap di tempatnya. Itu balok lainnya mencerminkan off dari cermin datar yang
pada mekanisme yang memungkinkan cermin untuk memindahkan sangat jarak pendek
(biasanya beberapa milimeter) dari yang beamsplitter.
III.5 Penanganan Sample
Penanganan sampel pada spektroskopi IR bergantung pada jenis cuplikan, yaitu
apakan berbentuk gas, cairan, atau padatan.
III.5.1 Gas
Untuk menangani sampel berbentuk gas,maka sampel harus dimasukkan dalam sel gas
yang dapat mengatur masuk dan keluarnya sampel gas melalui 2 buah katup dalam
ruang gas sampel ini akan dapat diatur terjadinya pengamatan bentuk gas atau cair
melalui proses penguapan dan penyublinan. Dalam bentuk yang dimodifikasi, cermin
internal yang digunakan dapat memantulkan berkas sinar berulang kali melalui sampel
untuk menaikkan sensitifitas sejumlah kecil senyawa-senyawa organik dapat ditentukan
dalam bentuk gas, bahkan dalam sel-sel yang dipanaskan.

16

III.5.2 Cairan
Cara paling mudah dalam penanganan sampel untuk cairan yang tidak mengandung air
adalah menempatkan sampel tersebut sebagai film yang tipis diantara 2 lapis NaCl yang
transparan terhadap inframerah karena digunakan NaCl maka setelah selesai harus
segera dibersihkan dengan mencuci menggunakan pelarut toluena, kloroform, dsb. NaCl
harus dijaga tetap kering dan dipegang pada ujung2nya.Keburaman tablet ini dapat
digosok denagn alcohol absolute dan dijaga kelembapannya pada 40-50 % untuk spectra
dibawah 250 cm-1 maka digunakan CsI untuk sampel yang mengandung air hendaklah
disiapkan denagn tablet sel AgCl yang dijaga tak boleh terkena radiasi matahari atau
dapat juga digunakan CaF2.
III.5.3 Padatan
Wujud sampel padat dapat bermacam-macam diantaranya Kristal, amorf, serbuk, gel,
dll. Ada 3 cara umum untuk mencatat spectra untuk padatan. Pelet KBr, mull dan bentuk
lapisan tipis padatan juga dapat ditentukan dalam larutan tetapi spectra larutan mungkin
memberikan kenampakan yang berbeda dari spectra bentuk padat karena gaya-gaya
intermolekul akan berubah.
a. Dibuat tablet kempa dengan KBr
KBr untuk keperluan tersebut harus kering dengan memanaskan sampai 1100C selama
1-2 jam campur zat padat yang akan dianalisis (0,1-2 % b/b) dengan KBr dalam mortar
agate,selanjutnya buat tablet tipis dengan penempaan memakai hampa udara dengan
tekanan tinggi. Pengempaan lebih baik dilakukan dibawah lampu inframerah untuk
mencegah terjadinya kondensasi uap dari atmosfer yang akan memberikan serapan lebar
pada 3500 cm-1.
b. Mull atau pasta
Dibuat dengan mencampur cuplikan dengan setetes minyak,pasta kemudian dilapiskan
antara 2 keping tablet NaCl yang transparan bahkan pasta harus transparan terhadap IR,
tetapi hal ini tidak pernah ada dan struktur yang dihasilkan selalu menunjukkan serapan
yang berasal dari bahan pasta dengan sampel yang sering digunakan sebagai bahan
pasta adalah parafin cair.

c. Larutan
17

Melarutkan terlebih dahulu dengan pelarut-pelarut organik yang mutlak bebas air seperti
karbon disulfide (CS2) untuk penentuan 1330-625 cm-1 karbon tetraklorida (CCl4) untuk
penentuan 4000 1330 cm-1. Pelarut polar juga dapat dipakai spt kloroform, dioksan,
dan formamida.Larutan (biasanya 1-5 %) ditempatkan dalam sel yang terdiri dari bahan
transparan. Sel yang kedua berisi pelarut murni ditempatkan pada berkas sinar referensi
sehingga serapan dari pelarut dapat dihilangkan dan spectrum yang dicatat merupakan
senyawanya sendiri. Larutan tadi juga dapat diteteskan pada kepingan NaCl untuk
membuat lapisan tipis padatan. Caranya dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang
mudah menguap tersebut pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sehingga
pelarut menguap. Untuk mengidentifikasi senyawa yang tidak dikenal, seorang hanya
perlu membandingkan spectrum IR dengan sederet spectrum standar.

18

4. DARTAR PUSTAKA
Dasli Nurdin. (1986). Eludasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Angkasa.
Khandpur, R. S.1989. Handbooks of Analytical Instrument. Second edition. New Delhi.
Tata McGraw-Hill
Garry D. Christian. (1971). Analitical Chemistry 2nd Edition. New York: John Wileys &
Sons.
Khopkar SM. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Larry G Hargis. (1988). Analytical Chemistry. Principles And Technigues. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Pecsok and Shield. (1968) Modern Methods of Chemical Analysis. New York: John
Wiley & Sons.

19

Anda mungkin juga menyukai