c
om/2013/04/makalah
lengkapdermatitis
dan.html
MakalahLengkap
Dermatitisdan
Pengobatan
A. Pengertian Dermatitis
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif
pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan
pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul
pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis.
Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara
dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit
yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa
terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan
dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik
atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa
anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia,
namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya.
Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dermatitis ada yang didasari oleh faktor endogen, misalnya dermatitis
atopik, dermatitis kontak, dan sebagainya. Tetapi kebanyakan
penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan bila
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanaman
dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi
faktor, tetapi juga karena seseorang dapat menderita lebih dari satu
jenis dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian. Ada yang
memberi nama berdasarkan etiologi (contoh : dermatitis kontak,
radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh :
dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis medidasns,
dermatitis eksfoliativa), bentuk (contoh : dermatitis numularis), lokalisasi
(contoh : dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis
manus, dermatitis generalisata), dan ada pula yang berdasarkan lama
atau stadium penyakit (contoh : dermatitis akut, dermatitis subakut,
dermatitis kronis).
Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis,
bergantung pada stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis
berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis,
terutama sel mononuklear. Dermis sebab, pembuluh darah melebar,
ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang
ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah
vesikel di epidermis berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis
tertutup krusta, dan parakeratosis; edema di dermis berkurang,
vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukan sel radang.
Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis, rete ridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis
ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila dermis memanjang
(papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama di
bagian atas bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan
kolagen bertambah. Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara
lain:
Keringnya kulit
Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya
membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
Virus dan infeksi lain
Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda
C. Gejala
Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat
mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang
akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
3.
Anti-infeksi Topikal dengan korfikosteroid
Kortikosteroid yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk
menekan peradangan akibat dermatitis. Obat tersebut berguna pada
berbagai tipe dermatitis yang terinfeksi.
4.
Kortikosteroid topikal
Obat-obat seperti steroid sebaiknya digunakan hanya pada daerah
yang meradang.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan preparat mi pada luka terbuka
atau pada wajah.
5.
Pelindung kulit
Beberapa bahan yang terkandung dalam pelembab dan emolien
dapat memperburuk kondisi kulit.
Pelembab sebaiknya dioleskan sesering mungkin untuk menghindari
kekeringan kulit yang meluas.
6.
Preparat Psoriasis, Seboroik dan Iktiosis
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini digunakan untuk
mengobati kondisi dermatitis seboroik.
7.
Suplemen
The Marigold, Minyak Evening, Primrose Marine E, Latio Calamin,
Baking Soda, Multivitamin dan Mineral, Vitamin A, C, dan E dan Zing,
Ekstrak Kulit Kayu Cemara.
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor,
kadang juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat
simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan
menekan peradangan.
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk
mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal,
lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit
menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih
sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan
akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga
dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison
diberikan untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk
kasus kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid
dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan
antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang
dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang
terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon
terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.
Pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin
dikombinasi dengan antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan
sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat diberi kortikosteroid.
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
1.
Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah
(kompres terbuka). Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), krim, pasta,
atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah yang
berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik,
diberi salap.
2.
Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase
obat spesifik.
Ada juga cara lain yaitu mencegah terjadinya dermatitis, seperti yang
dijelaskan di atas yaitu terapi dan pengobatan. Salah satu cara tersebut
dengan mencegah dan mempunyai tahap-tahapnya. Munculnya eksim
dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :
Jaga kelembaban kulit.
Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
Kurangi Stress.
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti
wool dan lain lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan
lainnya.
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti
serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.
Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.
E. Macam-Macam Dermatitis
1.
Dermatitis Kontak
Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang
bisa di lihat di bawah ini yaitu :
Timbul akibat kontak langsung dengan iritan.
Terbatas pada daerah kontak.
Berkembang lambat dan paparan yang bersifat kronik.
Akibat kontak kulit dengan iritan kimiawi seperti pewarna rambut,
perhiasan dan nikel, plester, parfum, tanaman.
Disertai rasa sangat gatal, merah dan kemudian mejadi bilur.
Dalam dermatitis kontak terbagi dua yang mana masing-masing
mempunyai cara pencegah, pengobatan, definisi dan lain-lain. Adapun
kedua dermatitis kontak yaitu :
a.
Dermatitis Kontak Iritan
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis
kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun angkanya secara tepat
sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita
dengan kelainan ringan tidak datang berobat.
Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali,
dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan
iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud
yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan
Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cellmediated immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas
di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit), umumnya dalam
waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Sebelum seorang
pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan
ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen
lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel
Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak
dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening
regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini
kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem
limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit
menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini
rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang
dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada
kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta
penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan
pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan
oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan
hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan
gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik,
dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis
banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam
keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk
menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.
Uji Tempel
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh
(tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel
biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji
diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang
utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan
plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada
waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan
baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa
eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan,
apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan
dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi,
reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo),
sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).
Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen
6.
7.
Diagnosis
Eksema dapat memberikan gambaran yang sedikit berbeda sesuai
usia. Pada bayi, eksema umumnya berupa ruam merah yang sangat
gatal di wajah, kulit kepala, belakang telinga, badan, atau lengan dan
tungkai. Pada anak balita, ruam sering kali ditemukan di lipatan kulit
sekitar lutut, siku, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki. Eksema
merupakan penyakit episodik, kadang kulit anak akan membaik, dan
kemudian memburuk lagi. Hal ini tidak berarti Anda melakukan
kesalahan dalam penanganannya. Kriteria diagnostik untuk eksema
adalah sebagai berikut :
1.
Harus mengalami gatal
2.
Dan 3 atau lebih dari gejala berikut:
3.
Riwayat keterlibatan lipatan kulit
4.
Riwayat asma atau hay fever pada anak tersebut, atau riwayat
penyakit atopik pada keluarga dekat jika anak berusia kurang dari 4
tahun
5.
Riwayat kulit kering di tahun sebelumnya
6.
Munculnya gejala sebelum usia 2 tahun
7.
Eksema di bagian fleksor tubuh (lipatan siku, lutut, pergelangan
tangan)
Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk
menentukan derajat keparahan serta ada tidaknya infeksi yang
menyertai. Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian eksema.
Dari penilaian tersebut, eksema digolongkan menjadi :
1.
Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit
menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada
infeksi sekunder
2.
Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 40): kulit kemerahan,
infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi
3.
Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal,
likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder
oleh bakteri atau virus. Infeksi harus dipertimbangkan jika eksema
bertambah parah atau tidak memberi respon terhadap pengobatan.
Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan eksema yang
mengalami ekskoriasi, basah, dan membentuk kerak.
Penanganan
1)
Penanganan sehari-hari
Penanganan sehari-hari dilakukan baik saat dalam episode eksema
maupun di luar episode. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang
memicu atau memperparah eksema, misalnya :
a)
Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut
b)
Bahan seperti wol atau pelapis car seat
c)
Detergen, sabun, bubble baths, antiseptik
d) Kontak dengan bulu hewan
e)
Menggunakan krim pelembab (moisturiser)
f)
Krim pelembab dapat digunakan sesering mungkin. Gunakan
obat, krim, dan salep sesuai instruksi dokter
g)
Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi
h)
Kortikosteroid topikal jika gatal dan kemerahan masih menetap
setelah menghindari pencetus eksema. Jika digunakan sesuai instruksi,
obat ini aman dan efektif untuk mengatasi eksema
i)
Kadang dokter meresepkan satu salep untuk daerah yang paling
teriritasi dan salep lain yang lebih lemah untuk daerah yang hanya
mengalami eksema ringan dan daerah peka seperti wajah
j)
Mengatasi gatal
k)
Garukan akan memperparah eksema dan berisiko menyebabkan
infeksi. Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan adalah:
l)
Mengalihkan perhatian anak saat ia menggaruk
m) Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak
n)
Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas
sebelumnya) sebelum tidur
o)
Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur
p)
Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi
gatal di malam hari
q)
Selalu memotong pendek kuku anak
r)
Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah
dapat digunakan untuk membantu anak tidur
2)
Penanganan akut
Hal ini dilakukan segera saat ada kemerahan kulit dan gatal, dan
dihentikan setelah gejala terkontrol.
1.
Kortikosteroid topikal
2.
Krim tar untuk likenifikasi
3.
Antibiotik atau antiviral jika ada infeksi sekunder
4.
Teknik balut basah, dalam 2 hari setelah kortikosteroid topikal
diberikan jika eksema belum membaik
5.
Kompres dingin untuk mengatasi gatal
Komplikasi
Eksema yang terinfeksi oleh bakteri adalah komplikasi yang umum
terjadi. Hal ini harus dicurigai jika ada eksema yang berkerak, basah
berair, kemerahan, pecah-pecah, mengeluarkan nanah, atau
mengalami ekskoriasi. Bakteri penyebab infeksi pada keadaan ini
umumnya adalah Staphylococcus aureus. Selain oleh bakteri, eksema
juga dapat terinfeksi oleh virus. Infeksi virus Herpes Simplex 1 (HSV 1)
ditandai dengan munculnya bintik-bintik kecil yang berkelompok secara
tiba-tiba, berisi cairan bening atau putih, nyeri, dan gatal. Bintik-bintik ini