Anda di halaman 1dari 15

http://sawittoku.blogspot.

c
om/2013/04/makalah
lengkapdermatitis
dan.html
MakalahLengkap
Dermatitisdan
Pengobatan
A. Pengertian Dermatitis
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif
pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan
pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul
pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis.
Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan antara
dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit
yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa
terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan
dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik
atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa
anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia,
namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya.
Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dermatitis ada yang didasari oleh faktor endogen, misalnya dermatitis
atopik, dermatitis kontak, dan sebagainya. Tetapi kebanyakan
penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan bila

ditinjau dari jenis kelainannya, maka dermatitis atopik adalah dermatitis


yang paling sering dibahas, mengingat insidensnya yang cenderung
terus meningkat dan dampak yang dapat ditimbulkannya pada kualitas
hidup pasien maupun keluarganya.
Imunitas seluler menurun pada 80% penderita dermatitis alergi.
Sehingga pada umumnya penderita ini mudah mengalami infeksi. Oleh
karena itu, sebaiknya penderita menjaga kondisi tubuhnya agar selalu
vit dengan berolah raga teratur, makan yang bergizi (bisa ditambahkan
madu), istirahat yang cukup serta yang terpenting menjauhi stress
emosional. Penderita juga sebaiknya jangan berdekatan dengan
penderita cacar air, herpes zoster atau penyakit kulit lainnya karena
akan mudah tertular. Untuk pemilihan obat dermatitis yang tepat
sebaiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke dokter spesialis kulit.
B. Penyebab Terjadinya Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula
dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak
diketahui pasti. Banyak macam dermatitis yang belum diketahui
patogenesisnya, terutama yang penyebabnya fakktor endogen. Yang
telah banyak dipelajari adalah tentang dermatitis kontak, baik yang tipe
alergik maupun iritan primer.
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula
tidak tegas, penyebarannya dapat setempat, generalisata, bahkan
universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah
(medidans). Stadium subakut, eritema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak lesi kronis,
skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat
erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu
berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi gambaran
klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis
efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya oligomorfi.
Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada
orang yang setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan
gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau alat
rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun bervariasi, ada yang
gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang
sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi
pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan
membuat gejala menjadi lebih buruk.
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada
banyak kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan
dengan melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari
iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanaman
dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi
faktor, tetapi juga karena seseorang dapat menderita lebih dari satu
jenis dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian. Ada yang
memberi nama berdasarkan etiologi (contoh : dermatitis kontak,
radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh :
dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis medidasns,
dermatitis eksfoliativa), bentuk (contoh : dermatitis numularis), lokalisasi
(contoh : dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis
manus, dermatitis generalisata), dan ada pula yang berdasarkan lama
atau stadium penyakit (contoh : dermatitis akut, dermatitis subakut,
dermatitis kronis).
Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis,
bergantung pada stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis
berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis,
terutama sel mononuklear. Dermis sebab, pembuluh darah melebar,
ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang
ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah
vesikel di epidermis berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis
tertutup krusta, dan parakeratosis; edema di dermis berkurang,
vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukan sel radang.
Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis, rete ridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis
ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila dermis memanjang
(papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama di
bagian atas bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan
kolagen bertambah. Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara
lain:
Keringnya kulit
Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya
membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
Virus dan infeksi lain
Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda
C. Gejala
Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat
mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang
akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.

Harus diperhatikan juga tentang gejala lainnya yang mungkin dapat


membantu mengenali dermatitis bila seseorang mengalaminya. Adapun
gejala-gejalanya sebagai berikut :
1.
Terdapat tanda-tanda infeksi, meliputi area yang besah atau
adanya pus.
2.
Kulit terbuka, meradang atau sangat merah disertai rasa terbakar
atau panas disekitar daerah yang terinfeksi.
3.
Ruam menyebar dan mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berlangsung lebih dari 3 minggu.
4.
Timul vesikel (tonjolan kecil berisih cairan jernih).
5.
Terdapat bagian bersisik putih diarea terebut, atau sangat
mengelupas.
6.
Kulit menjadi sangat kering, keras dan kaku.
7.
Pasien adalah anak-anak atau usia lanjut.
D. Terapi, Pencegahan (Pengobatan) Dermatitis
Pada terapi ada beberapa anjuran yang harus dilakukuan guna
penyembuhan dermatitis itu sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan
dari setiap terapi, yaitu :
1.
Antihistamin dan Antialergi
Antihistamin memredakan dermatitis yang diinduksikan oleh alergi,
bekerja terutama pada reseptor histamin H.
Perhatikan bahwa beberapa antihistamin menyebabkan mengantuk.
Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengemudi atau beroperasi
mesin.
2.
Antihistamin/Antipruritus Topikal
Memberi tahu kepada pasien untuk menggunakan preparat anti gatal
dengan tepat. Beberapa produk harus digosokkan secara topikal,
sedangkan yang lain digunakan sewaktu mandi.
Hindari kontak dengan mata atau puting susu bila sedang masa
menyusui. Anti-Infeksi Topikal.
Beberapa anti-infeksi topikal mengandung antibiotik sehingga dapat
digunakan untuk mengobati dermatitis yang terinfeksi.

3.
Anti-infeksi Topikal dengan korfikosteroid
Kortikosteroid yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk
menekan peradangan akibat dermatitis. Obat tersebut berguna pada
berbagai tipe dermatitis yang terinfeksi.
4.
Kortikosteroid topikal
Obat-obat seperti steroid sebaiknya digunakan hanya pada daerah
yang meradang.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan preparat mi pada luka terbuka
atau pada wajah.

5.
Pelindung kulit
Beberapa bahan yang terkandung dalam pelembab dan emolien
dapat memperburuk kondisi kulit.
Pelembab sebaiknya dioleskan sesering mungkin untuk menghindari
kekeringan kulit yang meluas.
6.
Preparat Psoriasis, Seboroik dan Iktiosis
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini digunakan untuk
mengobati kondisi dermatitis seboroik.
7.
Suplemen
The Marigold, Minyak Evening, Primrose Marine E, Latio Calamin,
Baking Soda, Multivitamin dan Mineral, Vitamin A, C, dan E dan Zing,
Ekstrak Kulit Kayu Cemara.
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor,
kadang juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat
simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan
menekan peradangan.
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk
mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal,
lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit
menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih
sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan
akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga
dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison
diberikan untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk
kasus kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid
dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan
antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang
dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang
terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon
terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.
Pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin
dikombinasi dengan antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan
sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat diberi kortikosteroid.
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
1.
Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah
(kompres terbuka). Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), krim, pasta,
atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah yang
berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik,
diberi salap.
2.
Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase
obat spesifik.

Ada juga cara lain yaitu mencegah terjadinya dermatitis, seperti yang
dijelaskan di atas yaitu terapi dan pengobatan. Salah satu cara tersebut
dengan mencegah dan mempunyai tahap-tahapnya. Munculnya eksim
dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :
Jaga kelembaban kulit.
Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
Kurangi Stress.
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti
wool dan lain lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan
lainnya.
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti
serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.
Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.
E. Macam-Macam Dermatitis
1.
Dermatitis Kontak
Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang
bisa di lihat di bawah ini yaitu :
Timbul akibat kontak langsung dengan iritan.
Terbatas pada daerah kontak.
Berkembang lambat dan paparan yang bersifat kronik.
Akibat kontak kulit dengan iritan kimiawi seperti pewarna rambut,
perhiasan dan nikel, plester, parfum, tanaman.
Disertai rasa sangat gatal, merah dan kemudian mejadi bilur.
Dalam dermatitis kontak terbagi dua yang mana masing-masing
mempunyai cara pencegah, pengobatan, definisi dan lain-lain. Adapun
kedua dermatitis kontak yaitu :
a.
Dermatitis Kontak Iritan
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis
kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun angkanya secara tepat
sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita
dengan kelainan ringan tidak datang berobat.
Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali,
dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan
iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud
yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan

trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.


Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi);
ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens
dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang
pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan
turun), misalnya dermatitis atopik.
Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan irisan merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadan ini akan merusak sel epidermis.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi,
misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai
andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Gejala Klinis
Sebagaimana disebabkan diatas bahwa ada dua jenis bahan iritan,
maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis
kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis.
Dermatititis kontak iritan akut
Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa
pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya
sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan
kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia
yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam
fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat.
Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya
ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang
pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih
setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah
menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
Dermatitis kontak iritan kronis
Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak
dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya
gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga
bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air).
Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama
berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat

menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain


baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan
rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan
kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering
ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit
tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila
kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris
(fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak
terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa
kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh
penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat
perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan
terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci,
memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan
berkebun.
Histopatologi
Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik.
Pada dermatitis kontak iritan akut (oleh iritan primer), dalam dermatitis
terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuklear dan determis bagian
atas. Eksositosis di epidermis disertai spongiosis dan edema intrasel,
dan akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat,
kerusakan epidermis ini dapat menimbulkan bula subepidermal.
Diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang
cermat dan pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak iritan akut
lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga
penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya.
Sebaliknya, dermatitis kontak irita kronis, timbulnya lambat serta
mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga adakalanya
sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini diperlukan uji
tempel dengan bahan yang dicurigai.
Pengobatan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah
menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik
maupun kimiawi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan
tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan,
untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal,
misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali
dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat pelindung yang

adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan,


untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut.
Prognosis
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering
terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya multi
faktor.
b.
Dermatitis Kontak Alergik
Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang
yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi
mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering
berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da,
yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.

Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi
adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cellmediated immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas
di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit), umumnya dalam
waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Sebelum seorang
pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan
ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang
disebut hapten yang akan terikat dengan protein, membentuk antigen
lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel
Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak
dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening
regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini
kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem
limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit
menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini
rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi

sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat


sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi.
Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya
sensitizer lembah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan
sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama
kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan
periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya
berlangsung antara 24-48 jam.
Gejala Klinis
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan
eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan
ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin
penyebabnya juga campuran.
Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :
Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling
sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula
kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan.
Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya
misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan
pestisida.
Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh
jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di
aksila umumnya oleh bahan pengharum.
Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan
kosmetik, obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca
mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik,
pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat
disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.
Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis
kontak pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal,
tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.
Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung
jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat
warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom,
pembalut wanita, dan alergen yang ada di tangan.
Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan
oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal
(misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.

Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang
dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada
kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu
ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang
diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta
penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan
pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan
oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan
hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan
gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik,
dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis
banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam
keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk
menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.
Uji Tempel
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh
(tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel
biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji
diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang
utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan
plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada
waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan
baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa
eritema dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan,
apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan
dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi,
reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo),
sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).
Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen

penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.


Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan
eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans), misalnya
prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah
beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan
garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang
telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik),
cukup diberikan kortikosteroid topikal.
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan
kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan
dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.
2.
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang
kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.
Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan,
peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20%
anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan
episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati
masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema
sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami
eksema hingga dewasa. Eksema tidak menular. Penyakit ini tidak dapat
disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak
negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan
keluarganya.
Penyebab
Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih
anggota keluarga mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka
anak Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami eksema
dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan eksema juga
mengalami asma atau rinitis alergika.
Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1.
Keringnya kulit
2.
Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia
lain
3.
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya
membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis
4.
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
5.
Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu
hewan

6.
7.

Virus dan infeksi lain


Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda

Diagnosis
Eksema dapat memberikan gambaran yang sedikit berbeda sesuai
usia. Pada bayi, eksema umumnya berupa ruam merah yang sangat
gatal di wajah, kulit kepala, belakang telinga, badan, atau lengan dan
tungkai. Pada anak balita, ruam sering kali ditemukan di lipatan kulit
sekitar lutut, siku, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki. Eksema
merupakan penyakit episodik, kadang kulit anak akan membaik, dan
kemudian memburuk lagi. Hal ini tidak berarti Anda melakukan
kesalahan dalam penanganannya. Kriteria diagnostik untuk eksema
adalah sebagai berikut :
1.
Harus mengalami gatal
2.
Dan 3 atau lebih dari gejala berikut:
3.
Riwayat keterlibatan lipatan kulit
4.
Riwayat asma atau hay fever pada anak tersebut, atau riwayat
penyakit atopik pada keluarga dekat jika anak berusia kurang dari 4
tahun
5.
Riwayat kulit kering di tahun sebelumnya
6.
Munculnya gejala sebelum usia 2 tahun
7.
Eksema di bagian fleksor tubuh (lipatan siku, lutut, pergelangan
tangan)
Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk
menentukan derajat keparahan serta ada tidaknya infeksi yang
menyertai. Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian eksema.
Dari penilaian tersebut, eksema digolongkan menjadi :
1.
Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit
menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada
infeksi sekunder
2.
Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 40): kulit kemerahan,
infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi
3.
Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal,
likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder
oleh bakteri atau virus. Infeksi harus dipertimbangkan jika eksema
bertambah parah atau tidak memberi respon terhadap pengobatan.
Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan eksema yang
mengalami ekskoriasi, basah, dan membentuk kerak.
Penanganan
1)
Penanganan sehari-hari
Penanganan sehari-hari dilakukan baik saat dalam episode eksema
maupun di luar episode. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang
memicu atau memperparah eksema, misalnya :
a)
Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut

b)
Bahan seperti wol atau pelapis car seat
c)
Detergen, sabun, bubble baths, antiseptik
d) Kontak dengan bulu hewan
e)
Menggunakan krim pelembab (moisturiser)
f)
Krim pelembab dapat digunakan sesering mungkin. Gunakan
obat, krim, dan salep sesuai instruksi dokter
g)
Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi
h)
Kortikosteroid topikal jika gatal dan kemerahan masih menetap
setelah menghindari pencetus eksema. Jika digunakan sesuai instruksi,
obat ini aman dan efektif untuk mengatasi eksema
i)
Kadang dokter meresepkan satu salep untuk daerah yang paling
teriritasi dan salep lain yang lebih lemah untuk daerah yang hanya
mengalami eksema ringan dan daerah peka seperti wajah
j)
Mengatasi gatal
k)
Garukan akan memperparah eksema dan berisiko menyebabkan
infeksi. Beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan adalah:
l)
Mengalihkan perhatian anak saat ia menggaruk
m) Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak
n)
Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas
sebelumnya) sebelum tidur
o)
Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur
p)
Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi
gatal di malam hari
q)
Selalu memotong pendek kuku anak
r)
Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah
dapat digunakan untuk membantu anak tidur
2)
Penanganan akut
Hal ini dilakukan segera saat ada kemerahan kulit dan gatal, dan
dihentikan setelah gejala terkontrol.
1.
Kortikosteroid topikal
2.
Krim tar untuk likenifikasi
3.
Antibiotik atau antiviral jika ada infeksi sekunder
4.
Teknik balut basah, dalam 2 hari setelah kortikosteroid topikal
diberikan jika eksema belum membaik
5.
Kompres dingin untuk mengatasi gatal
Komplikasi
Eksema yang terinfeksi oleh bakteri adalah komplikasi yang umum
terjadi. Hal ini harus dicurigai jika ada eksema yang berkerak, basah
berair, kemerahan, pecah-pecah, mengeluarkan nanah, atau
mengalami ekskoriasi. Bakteri penyebab infeksi pada keadaan ini
umumnya adalah Staphylococcus aureus. Selain oleh bakteri, eksema
juga dapat terinfeksi oleh virus. Infeksi virus Herpes Simplex 1 (HSV 1)
ditandai dengan munculnya bintik-bintik kecil yang berkelompok secara
tiba-tiba, berisi cairan bening atau putih, nyeri, dan gatal. Bintik-bintik ini

kemudian dapat bernanah atau terkikis.


Penanganan eksema yang terinfeksi
Hal berikut harus dilakukan sebelum mengoleskan krim lainnya: Kerak
harus dibuang dan bagian basah berair harus dibersihkan sebelum
mengoleskan pelembab, kortikosteroid, atau balutan basah. Buang dan
bersihkan bagian-bagian tersebut saat anak dimandikan.
Jika infeksi disebabkan oleh bakteri, antibiotik dapat diberikan secara
oral (lewat mulut). Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah
cephalexin atau flucloxacillin, 4 kali per hari selama 10 hari. Untuk
infeksi yang berat, bayi di bawah usia 6 bulan, kekhawatiran akan
keterlibatan mata, atau anak yang demam dan tampak sakit berat,
flucloxacillin digunakan lewat jalan infus. Setelah kondisi membaik,
pengobatan kemudian diteruskan dengan flucloxacillin oral hingga total
10 hari.
Bath oil antiseptik mungkin diperlukan jika anak terus mengalami infeksi
berulang pada eksemanya.
Jika infeksi yang terjadi adalah infeksi oleh HSV 1, acyclovir oral
diberikan 5 kali per hari selama 10 hari. Untuk infeksi berat atau anak
yang tampak sakit berat dan demam, acyclovir dapat diberikan lewat
jalan infus. Setelah kondisi membaik, pengobatan diteruskan dengan
acyclovir oral hingga total 10 hari. Perlu diperhatikan bahwa anak
dengan eksema yang terinfeksi oleh virus sering kali juga terinfeksi oleh
bakteri.

Anda mungkin juga menyukai