Anda di halaman 1dari 47

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR
: 15/Permentan/OT.140/2/2013
TANGGAL : 11 Februari 2013

PEDOMAN DESA MANDIRI PANGAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan ketahanan pangan diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia secara adil, merata dan tidak bertentangan
dengan agama dan keyakinan masyarakat, berdasarkan kedaulatan dan
kemandirian pangan. Kemandirian Pangan pada intinya adalah
pemenuhan pangan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinnya
secara efisien dan kearifan lokal.
Upaya perwujudan kemandirian dilakukan secara bertahap melalui proses
pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya,
mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan. Pemberdayaan dilakukan terhadap masyarakat miskin dan
rawan pangan di pedesaan. Strategi yang digunakan untuk pemberdayaan
masyarakat miskin dilakukan melalui jalur ganda/twin track strategy,
yaitu: (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk
menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (2) memenuhi pangan
bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui
pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung.
Sejak tahun 2006 Badan Ketahanan Pangan melaksanakan upaya
pemberdayaan masyarakat miskin dengan menerapkan kedua strategi
tersebut melalui Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Desa Mandiri Pangan).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa
dalam pengembangan
usaha produktif berbasis sumber daya lokal,
peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan daya beli dan akses
pangan rumah tangga, untuk dapat memenuhi kecukupan gizi rumah
tangga. Apabila pelaksanaan ini dilaksanakan secara meluas, maka
kegiatan Desa Mandiri Pangan akan berdampak terhadap penurunan
tingkat kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di pedesaan. Hal ini
sejalan dengan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs),
yaitu untuk mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan di dunia sampai
setengahnya di tahun 2015.
Sampai dengan 2012 kegiatan Desa Mandiri Pangan telah dilaksanakan
di 33 (tiga puluh tiga) provinsi, 410 (empat ratus sepuluh) kabupaten/kota
pada 3.280 (tiga ribu dua ratus delapan puluh) desa. Pada tahun 2013
tidak lagi dialokasikan desa baru, sehingga total jumlah desa yang dibina
tidak mengalami penambahan. Jumlah Desa Mandiri Pangan secara rinci
dapat dilihat pada Format 7.

Comment [U1]:

Comment [U2]:

Comment [U3]:

B. Ruang Lingkup
Ruang
lingkup
Pedoman
Desa
Mandiri
Pangan
terdiri
dari:
(1) Pendahuluan; (2) Konsep Umum Desa Mandiri Pangan; (3) Pelaksanaan
Kegiatan; (4) Organisasi dan Tata Kerja; (5) Pembiayaan; (6) Pemantauan
dan Evaluasi, Pengendalian dan Pengawasan, serta Pelaporan; (7) Penutup.
Ruang lingkup kegiatan Desa Mapan terdiri dari Desa Mandiri Pangan
Reguler dan Kawasan Mandiri Pangan. Pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri
Pangan dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap selama 4 (empat) tahun:
Tahap Persiapan (tahun I) berfokus pada penyiapan database, penguatan
kelembagaan masyarakat dan layanan modal, Tahap Penumbuhan
(tahun
II)
berfokus
pada
pengembangan
usaha
kelompok,
Tahap Pengembangan (tahun III) berfokus pada peningkatan sarana
prasarana, dan Tahap Kemandirian (tahun IV) berfokus pada peningkatan
kesehatan dan gizi. Sedangkan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan
dilaksanakan dalam 5 (lima) tahap semalan 5 (lima) tahun: Tahap
Persiapan (tahun I) berfokus pada kapasitas individu dan kelembagaan
ekonomi, Tahap Penumbuhan (tahun II) berfokus pada penumbuhan
usaha-usaha kelompok, Tahap Pengembangan (tahun III) berfokus pada
pengembangan sarana dan prasarana, Tahap Kemandirian (tahun IV)
berfokus pada peningkatan status gizi dan kesehatan, dan Strategi
Keberlanjutan Kegiatan (tahun V) berfokus pada pemantapan kelembagaan
dan ekonomi kawasan.
C. Pengertian
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan,
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
2. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Wilayah adalah suatu bagian dari permukaan bumi yang teritorialnya
ditentukan atas dasar pengertian, batasan dan perwatakan geografis
seperti wilayah aliran sungai, wilayah hutan, wilayah pantai, wilayah
negara yang secara geografis ditentukan oleh suatu batasan geografis
tertentu.
4. Kawasan adalah suatu wilayah yang teritorialnya didasarkan pada
pengertian dan batasan fungsional tertentu.
2

5. Mandiri Pangan adalah upaya pemenuhan kebutuhan pangan yang


dapat dicukupi oleh kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari
bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem
konsumsi pangan.
6. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan
gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem
distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan
sumberdaya setempat secara berkelanjutan.
7. Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan
melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari kampungkampung terpilih (3 s.d 5 kampung/desa), untuk menegakkan
masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri.
8. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat
atau mereka yang kurang beruntung dalam perolehan sumberdaya
pembangunan didorong untuk mandiri dan mengembangkan
kehidupan sendiri.
9. Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil
produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor
apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
10. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
11. Desa rawan pangan adalah kondisi suatu daerah yang tingkat
ketersediaan, akses, dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat
dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan atau desa
dengan jumlah Kepala Keluarga Miskin > 30% (tiga puluh persen).
12. Kemandirian
adalah
sikap
kesadaran/kemampuan
untuk
mengembalikan keadaan ke normal setelah terjadinya suatu tekanan,
gejolak, atau bencana.
13. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam
memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang
dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di
tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya
alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
14. Kelompok afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan
kebersamaan dan kecocokan antar anggota yang mempunyai kesamaan
visi dan misi dengan memperhatikan sosial budaya setempat.
15. Kaum adalah golongan orang yang bekerja, sepaham, sepakat.

16. Cluster adalah konsentrasi geografis berbagai kegiatan usaha di


kawasan tertentu yang satu sama lain saling melengkapi
(komplementer), saling bergantung, dan saling bekerja sama dalam
melakukan aktivitas bisnis.
17. Kelompok usaha adalah keanggotaan kelompok yang diikat dengan
rasa kesatuan dan kebersamaan oleh jaringan persahabatan, dan
memungkinkan mereka mampu untuk melaksanakan kegiatankegiatan tertentu secara bersama-sama.
18. Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) adalah kegiatan pendataan lengkap
(Sensus) rumah tangga untuk memperoleh gambaran karakteristik
rumah tangga yang berada di dalamnya.
19. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah rumah tangga sasaran yang
ditetapkan melalui survei DDRT dengan 13 (tiga belas) indikator
kemiskinan:
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat
pendapatan, konsumsi pangan, konsumsi non pangan, modal (lahan,
tabungan, hewan ternak),
sarana transportasi, perabotan rumah
tangga, luas tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, sumber air minum,
sumber penerangan, asupan gizi, dan porsi pangan antar anggota
rumah tangga.
20. Lembaga Keuangan Desa (LKD) adalah lembaga yang ditumbuhkan
oleh kelompok, yang beranggotakan sub-sub kelompok afinitas untuk
mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif pedesaan.
21. Lembaga Keuangan Kawasan adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh
kelompok masyarakat dalam suatu kawasan, yang bertugas untuk
mengelola keuangan bersama sebagai modal usaha produktif.
22. Tim Pangan Desa (TPD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh
masyarakat yang terdiri dari perwakilan aparat desa, tokoh
masyarakat, penggerak PKK, perwakilan kelompok rumahtangga
miskin yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan ketahanan
pangan di pedesaan.
23. Forum Komunikasi Kawasan (FKK) adalah lembaga yang ditumbuhkan
oleh masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat/adat, tokoh
agama, perwakilan aparat desa/kelurahan, penggerak PKK, kader
kesehatan, penyuluh/koordinator pendampingan tingkat kecamatan
yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di
kawasan.
24. Rencana Usaha Kelompok (RUK) adalah rincian usulan kegiatan
kelompok yang berisi komponen bahan/material atau konstruksi yang
disusun melalui musyawarah kelompok, yang nantinya dipakai sebagai
dasar pencairan dan pembelanjaan dana bantuan sosial.
25. Dana Belanja Bantuan Sosial (Bansos) adalah penyaluran atau transfer
uang kepada kelompok/masyarakat pertanian yang mengalami risiko
sosial keterbatasan modal sehingga mampu mengakses pada lembaga
permodalan secara mandiri.

26. Pemberdayaan sosial adalah upaya yang dilakukan dalam rangka


meningkatkan kemampuan kelompok sasaran meliputi penguatan
modal usaha, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan kemampuan
sumber
daya
manusia
sehingga
secara
mandiri
mampu
mengembangkan diri dan dalam melakukan usahanya secara
berkelanjutan.
27. Dana Dekonsentrasi (Dekon) adalah dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk
dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
28. Dana Tugas Pembantuan (TP) adalah dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh daerah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan.

BAB II
KONSEP UMUM DESA MANDIRI PANGAN

A. Rancangan Kegiatan
Kegiatan Desa Mandiri Pangan merupakan salah satu upaya
penanggulangan kemiskinan. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 13
tahun
2009
tentang
Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan,
(1) penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah
pusat dan daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan
bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan
rakyat; dan (2) program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, serta
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.
Tujuan kegiatan Desa Mandiri Pangan memberdayakan masyarakat
miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri untuk mengurangi
kemiskinan dan mewujudkan ketahanan pangan dan gizi. Kegiatan ini
dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan (4 tahun), meliputi Tahap
Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian.
B. Pendekatan
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan, melalui: (1) pemberdayaan
masyarakat miskin, (2) penguatan kelembagaan masyarakat dan
pemerintah desa, (3) pengembangan sistem ketahanan pangan, dan
(4) peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan
dan pengembangan sarana dan prasarana pedesaan.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui: (1) pelatihan;


(2) pendampingan; dan (3) peningkatan akses untuk pengembangan kerja
sama partisipasi inklusif, peningkatan kapasitas individu dan kelembagaan
masyarakat, perubahan sosial dan ekonomi yang lebih baik, serta serta
peningkatan ketahanan pangan. Pemberdayaan ditujukan untuk
rumahtangga sasaran (rumahtangga miskin khususnya) dan kelembagaan
masyarakat di pedesaan. Melalui upaya ini diharapkan terjadi perubahan
dinamika masyarakat dalam perencanaan dan berkelompok untuk
menanggulangi kerawanan pangan di desanya yang difasilitasi oleh
pendamping, lembaga layanan modal dan lembaga layanan masyarakat
secara berkesinambungan dalam rangka. penguatan modal dan sosial.
Fasilitasi pemerintah melalui pendampingan dan bantuan sosial (bansos),
diharapkan mampu mengoptimalkan input: sumber daya alam, sumber
daya manusia, dana, teknologi, dan kearifan lokal untuk menggerakan
sistem ketahanan pangan, dari aspek (1) subsistem ketersediaan pangan
dalam peningkatan produksi dan cadangan pangan masyarakat;
(2) subsistem distribusi yang menjamin kemudahan akses fisik,
peningkatan daya beli, serta menjamin stabilisasi pasokan; dan (3)
subsistem konsumsi untuk peningkatan kualitas pangan dan
pengembangan diversifikasi pangan.
Bantuan sosial yang disalurkan
kepada masyarakat dikelola oleh LKD yang berfungsi sebagai layanan
modal; lembaga layanan kesehatan/posyandu bersama kader gizi dan PKK
mampu menggerakkan masyarakat dalam merubah mind set atau pola
pikir tentang pentingnya ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Upaya perwujudan ketahanan pangan perlu didukung oleh berfungsinya
sistem ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan, keterjangkauan atau
distribusi, dan konsumsi pangan serta koordinasi program lintas sektor
dan subsektor
untuk
pembangunan sarana prasarana pedesaan.
Indikator output yang diharapkan, antara lain: (1) terbentuknya kelompokkelompok afinitas yang mengembangkan usaha produktif; (2) terbentuknya
LKD; dan (3) tersalurnya dana bantuan sosial untuk menambah
permodalan usaha produktif. Diharapkan upaya ini akan berdampak pada
peningkatan pendapatan dan daya beli, gerakan tabungan masyarakat,
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, perubahan pola pikir
masyarakat tentang pentingnya pangan, serta peningkatan keterampilan
dan pengetahuan masyarakat. Kerangka pikir kegiatan Desa Mandiri
Pangan dapat dilihat pada Gambar 1.

Identifikasi permasalahan dan pemetaan potensi

Penguatan kelembagaan tingkat desa/kawasan dengan:


Pemberdayaan masyarakat (community base development)
melalui pelatihan, pendampingan, dan peningkatan akses
untuk peningkatan keterampilan dan kemampuan adaptasi
terhadap perubahan ekonomi dan lingkungan sosial budaya.
Output

PENGUATAN SISTEM KETAHANAN PANGAN


-

Input
SDM
SDA
Dana
Teknologi
Kearifan
Lokal

Ketersediaan
Peningkatan
Produksi dan
ketersediaan
pangan

Keterjangkauan/
Distribusi
- Cadangan
pangan
- Akses fisik dan
daya beli

Konsumsi
- kualitas
pangan
- diversisifikasi pangan

1.Terbentuknya kelompok
usaha
2.Terbentuknya lembaga
keuangan
3. Tersalurnya bansos untuk
usaha produktif

Outcome

Koordinasi, Sinkronisasi, dan Integrasi lintas sektor


Kementan-Kemenkes-Kemen PU-Kemen Koperasi&UKM

1.Meningkatnya usaha
produktif.
2. Meningkatnya
permodalan
3. Meningkatnya cadangan
pangan dan diversifikasi
pangan

Benefit
1. Meningkatnya pendapatan,
daya beli dan akses pangan
2. Berkembangnya modal usaha

Impact
Terwujudnya Ketahanan Pangan
dan Gizi Masyarakat

Gambar 1. Kerangka Pikir Kegiatan Desa Mandiri Pangan

C. Strategi
1. Strategi pencapaian tujuan:
a. mengembangkan kerja sama dan partisipasi inklusif;
b. memberikan pelatihan kepada kelompok usaha;
c. mendorong terbentuknya kelembagaan layanan permodalan;
d. memberikan pemahaman
ketahanan pangan;

kepada

masyarakat

tentang

sistem

e. melakukan konsolidasi, integrasi, dan sinkronisasi kepada instansi


terkait, baik pusat, provinsi, kabupaten/kota.
2. Strategi keberlanjutan program:
a. pemerintah Daerah melanjutkan pembinaan terhadap desa yang
sudah selesai tahap kemandirian, melalui:
1) memelihara keberlanjutan pengembangan dan perluasan
manfaat Desa Mandiri Pangan;
7

2) menerbitkan regulasi melalui peraturan Gubernur dan


Bupati/Walikota
agar
desa
tersebut
dibina
untuk
mengembangkan usaha;
3) penyediaan alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) provinsi maupun kabupaten/kota;
b. menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga permodalan dalam
rangka memperkuat usaha dan meningkatkan skala ekonomi;
c. lembaga keuangan menjadi lembaga formal sebagai layanan modal
dan investasi tingkat desa;
d. TPD menjadi koordinator pembangunan ketahanan pangan desa.
D. Tahapan Pengembangan
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan tahun 2013 dilanjutkan sesuai
dengan capaian tahapan masing-masing desa pelaksanaan kegiatan
sampai tahap kemandirian.
Fokus kegiatan pada Tahap Penumbuhan (tahun kedua) diarahkan untuk
pengembangan usaha kelompok, melalui: (1) pelatihan dan pendampingan
untuk peningkatan ketrampilan masyarakat dan penguatan kelembagaan
masyarakat; (2) penumbuhan usaha melalui peningkatan teknologi
pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran; (3) pengembangan sistem
ketahanan pangan melalui pembangunan sarana cadangan pangan;
(4) koordinasi lintas sektor dan subsektor untuk dukungan sarana
prasarana pedesaan.
Tahap Pengembangan (tahun ketiga) diarahkan untuk pengembangan
akses permodalan; (2) pengembangan skala usaha dan jejaring pemasaran;
(3) pengembangan sistem ketahanan pangan melalui percepatan
diversifikasi dan pemanfaatan sumberdaya pangan lokal; (4) peningkatan
pembangunan sarana dan prasarana pedesaan melalui koordinasi,
sinkronisasi dan integrasi program dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam
wadah Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi dan Tim Koordinator Teknis
Kabupaten/Kota.
Tahap Kemandirian (tahun keempat) diarahkan untuk peningkatan
kesehatan dan gizi masyarakat, melalui: (1) pelatihan dan pendampingan
untuk peningkatan layanan kesehatan dan gizi; (2) pengembangan sistem
ketahanan pangan melalui diversifikasi, akses, dan jaringan pemasaran;
(3) pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana pedesaan;
(4) peningkatan layanan dan gizi masyarakat melalui koordinasi untuk
sinkronisasi dan integrasi program dengan Dinas Kesehatan dalam wadah
Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi dan Tim Koordinator Teknis
Kabupaten/Kota.
E. Penajaman Konsepsi Desa Mandiri Pangan
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan tahun 2006 s.d 2011 memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antar wilayah. Berdasarkan hasil evaluasi
awal tahun 2011 terhadap kegiatan Desa Mandiri Pangan, diketahui bahwa
hasil pelaksanaan kegiatan di wilayah Papua-Papua Barat, wilayah
perbatasan, dan wilayah kepulauan menunjukkan perkembangan yang
8

kurang efektif jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia.


Permasalahan yang mendasar di wilayah kawasan diantaranya:
(1) tingginya angka kemiskinan; (2)
masih menonjolnya masalah
kesehatan yang dicirikan dengan tingginya angka underweight pada balita,
(3) terbatasnya akses pangan masyarakat yang dipengaruhi oleh relatif
rendahnya kemampuan SDM, rendahnya daya beli, rendahnya dukungan
sarana prasarana: transportasi, akses terhadap air bersih dan kesehatan,
serta (4) terbatasnya sarana informasi dan kemampuan berusaha.
Sedangkan permasalahan spesifik yang timbul di kawasan Papua-Papua
Barat, perbatasan, dan kepulauan diantaranya: (1) karakteristik sosial
budaya di Papua-Papua Barat berbeda dengan wilayah lainnya,
diantaranya kelembagaan adat lebih diterima masyarakat, dibandingkan
dengan kelembagaan formal yang ada di kampung; (2) keterisolasian
wilayah perbatasan antar negara, yang disebabkan oleh keterbatasan
akses dan sarana prasarana; (3) rendahnya aksesibilitas kecukupan
pangan masyarakat wilayah kepulauan, yang disebabkan oleh
keterbatasan sarana prasarana, pengaruh perubahan cuaca dan iklim,
ketertinggalan akses informasi dan komunikasi; (4) potensi sumber daya
lokal belum dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan kawasan
sesuai dengan karakter ekologinya.
Permasalahan tersebut diantaranya teridentifikasi dari hasil kajian yang
dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian bekerja
sama dengan Pusat Studi Pembangunan Pertanian Institut Pertanian Bogor
(PSP-IPB, 2012). Hasil kajian merekomendasikan perlunya model
pemberdayaan masyarakat berbasis wilayah/kawasan yang terintegrasi
di wilayah Papua-Papua Barat, wilayah kepulauan, dan wilayah
perbatasan.
Implementasi
hasil
kajian
ditindaklanjuti
melalui
pengembangan Kawasan Mandiri Pangan tahun 2013 di Papua Papua
Barat, kepulauan dan perbatasan.
Rancangan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di Papua-Papua Barat,
kepulauan, dan perbatasan dilaksanakan selama 5 (lima) tahap (5 tahun),
meliputi Tahap Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian,
dan Strategi Keberlanjutan Kegiatan. Dalam tiga tahap pertama,
pembinaan dan pendampingan dilaksanakan utamanya melalui kegiatan
APBN, dua tahun terakhir diharapkan peran pemerintah daerah akan lebih
dominan. Berdasarkan disain ini diharapkan akan lebih terjamin
keberlanjuran pengembangan dan manfaat dari implementasi kegiatan ini.
Pelaksanaan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dilakukan dengan
pendekatan wilayah kecamatan, melalui (1) identifikasi permasalahan dan
pemetaan
potensi
sumberdaya,
(2)
pemberdayaan
masyarakat,
(3) penguatan kelembagaan untuk mendukung sistem ketahanan pangan
di kawasan, dan (4) koordinasi untuk sinkronisasi dan integrasi program
lintas sektor dan sub sektor.
Identifikasi permasalahan dan potensi dilakukan dengan pendekatan
ekologi untuk melihat potensi sumberdaya lokal, karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat adat, agar dapat dilakukan pendekatan
program/kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai hasil pemetaan
potensi wilayah kawasan. Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk
9

peningkatan kapasitas individu, masyarakat dan penguatan kelembagaan


melalui pelatihan, pendampingan, dan peningkatan akses untuk
peningkatan keterampilan, perubahan pola pikir, dan kemampuan
adaptasi
terhadap
perubahan
lingkungan
dan
sosial
budaya.
Pendampingan masyarakat juga diarahkan
untuk penguatan forum
komunikasi kawasan, lembaga keuangan, serta penguatan sistem
ketahanan pangan kawasan. Penguatan sistem ketahanan pangan
dilakukan untuk menjamin peningkatan produksi dan ketersediaan
pangan, peningkatan cadangan pangan, akses fisik, daya beli masyarakat,
kualitas pangan, dan diversifikasi pangan.

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan tahun 2013 terdiri dari


2 (dua) model, yaitu Desa Mandiri Pangan Reguler dan Kawasan Mandiri
Pangan (Papua-Papua Barat, kepulauan, dan perbatasan).
Pada tahun anggaran 2013, dengan adanya penyesuaian perencanaan
kegiatan pada kegiatan Desa Mandiri Pangan, maka untuk Desa Mandiri
Pangan Reguler dilakukan moratorium penambahan desa baru, sehingga
kegiatan difokuskan pada pembinaan desa-desa lama (desa tahun 2009 s.d.
2012). Sedangkan alokasi desa baru dimasukkan pada kegiatan Kawasan
Mandiri Pangan Papua-Papua Barat (24 kawasan), kepulauan (24 kawasan),
dan perbatasan (73 kawasan).
A. DESA MANDIRI PANGAN REGULER
1. Sasaran
Sasaran kegiatan Desa Mandiri Pangan adalah Rumah Tangga Miskin
(RTM) di desa rawan pangan pada 1.516 (seribu lima ratus enam belas)
desa, 410 (empat ratus sepuluh) kabupaten/kota, 33 (tiga puluh tiga)
provinsi, yang terdiri dari: 359 (tiga ratus lima puluh sembilan) desa exit
strategy, 466 (empat ratus enam puluh enam) desa tahap kemandirian,
262 (dua ratus enam puluh dua) desa tahap pengembangan, dan
429 (empat ratus dua puluh sembilan) desa tahap penumbuhan.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Desa Mandiri Pangan Reguler pada Tahap
Penumbuhan sampai Kemandirian, sebagai berikut:
1) Output
a) terselenggaranya pelatihan dan pendampingan, serta koordinasi
lintas sektor;
b) terbentuknya cadangan pangan masyarakat;
c) terbentuknya lembaga layanan kesehatan dan gizi masyarakat
pedesaan.
10

2) Outcome
a) perubahan pola pikir masyarakat, peningkatan ketrampilan dan
aksesibiltas pangan;
b) meningkatnya
usaha
kelompok,
teknologi
pengolahan,
penyimpanan, dan pemasaran;
c) meningkatnya sarana dan prasarana pedesaan;
d) meningkatnya layanan kesehatan dan gizi masyarakat pedesaan;
e) meningkatnya cadangan pangan masyarakat pedesaan.
3) Benefit
a) meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat;
b) berkembangnya modal usaha kelompok.
4) Impact
Terwujudnya ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
3. Pelaksanaan Kegiatan Desa Mandiri Pangan
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan Reguler disesuaikan dengan
capaian tahapan masing-masing desa, dengan rincian kegiatan dan
output, serta jadwal palang seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Kegiatan dan Output Per Tahapan Kegiatan Desa Mandiri Pangan.
Tahapan
PENUMBUHAN
Fokus:
Pengembangan
usaha kelompok

Kegiatan
pemberdayaan masyarakat
untuk peningkatan
perubahan pola pikir
masyarakat, aksesibilitas
pangan;
penguatan kelembagaan
layanan masyarakat,
layanan modal, dan
pengembangan usaha
melalui peningkatan
teknologi pengolahan,
penyimpanan, dan
pemasaran;
pengembangan sistem
ketahanan pangan melalui
pembangunan sarana
cadangan pangan
masyarakat;
koordinasi lintas sektor
untuk dukungan sarana
dan prasarana pedesaan.

Output
terselenggaranya
pelatihan dan
pendampingan kepada
kelompok afinitas,
TPD, LKD, dan
pendamping untuk
peningkatan akses
pangan dan perubahan
pola pikir masyarakat;
berfungsinya
kelembagaan sosial
kemasyarakatan dan
layanan permodalan;
terselenggaranya
pelatihan teknis
pengolahan atau
budidaya, pemanfaatan
teknologi dan
pemasaran;
terselenggaranya
koordinasi lintas sektor
untuk dukungan
sarana prasarana;
meningkatnya skala
usaha dan jejaring
pemasaran kelompok.

11

Tahapan
PENGEMBANGAN
Fokus:
Peningkatan
Sarana Prasarana

KEMANDIRIAN
Fokus:
Peningkatan
kesehatan dan gizi

Kegiatan
pemberdayaan masyarakat
untuk peningkatan
keterampilan, akses
permodalan, dan
perubahan pola pikir
masyarakat;
pelatihan teknis untuk
peningkatan skala usaha
dan jejaring pemasaran
usaha melalui akses
permodalan dan kerja
sama;
pengembangan sistem
ketahanan pangan melalui
penumbuhan cadangan
pangan dan pemanfaatan
sumberdaya pangan;
peningkatan
pembangunan sarana dan
prasarana pedesaan
melalui koordinasi lintas
sektor.

pemberdayaan masyarakat
untuk peningkatan
kemandirian masyarakat,
perubahan pola pikir, dan
peningkatan kesehatan
dan gizi;
pengembangan sistem
ketahanan pangan melalui
pengembangan
diversifikasi, akses,
jaringan pemasaran, dan
penganekaragaman
konsumsi;
pemanfaatan,
pemeliharaan sarana dan
prasarana pedesaan;
peningkatan layanan
kesehatan dan gizi
masyarakat melalui
koordinasi lintas sektor;
pemantapan lembaga
permodalan, kelompok,
dan tim pangan pedesaan.

Output
terselenggaranya
pelatihan kepada LKD
untuk peningkatan
akses modal;
meningkatnya
perubahan pola pikir
masyarakat;
meningkatnya skala
usaha, modal, dan
pasar;
terselenggaranya
koordinasi lintas
sektor;
terbentuknya sarana
prasana (cadangan
pangan, akses jalan,
listrik, dan
informasi,dll).

terselenggaranya
pelatihan kepada kader
gizi dan TPD untuk
peningkatan
kemandirian pangan
dan layanan kesehatan
dan gizi masyarakat;
meningkatnya
perubahan pola pikir
masyarakat menuju
kemandirian;
LKD menjadi lembaga
formal layanan
permodalan pedesaan;
TPD menjadi
koordinator dan
penggerak ketahanan
pangan pedesaan;
kelompok afinitas
menjadi gabungan
kelompok secara
spesifik.

12

Tabel 2. Jadwal Palang Kegiatan Desa Mandiri Pangan Tahap Penumbuhan,


Tahap Pengembangan, dan Tahap Kemandirian.
No

KEGIATAN

1.

Koordinasi dan kerja sama


lintas sektor .

TAHAPAN
II III IV
V

KETERANGAN
Tim Asistensi dan Advokasi
Pusat dan Provinsi;
Tim Koordinator Teknis
Kabupaten/Kota.

2.

Pengembangan modal.

3.

Pengembangan jaringan
usaha.

4.

Pengembangan sistem
ketahanan pangan.

5.

LKD.

Kelompok dan LKD.

TPD dan Aparat tingkat provinsi


dan kabupaten/kota.

Evaluasi partisipatif .

Kelompok afinitas.

6.

Evaluasi dan Monitoring.

Pusat, Provinsi,
kabupaten/kota,pendamping.

7.

Laporan Kegiatan.

Provinsi, kabupaten/kota,
pendamping, TPD, LKD.

B. KAWASAN MANDIRI PANGAN


1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan
a. Tujuan

tujuan
umum
kegiatan
Kawasan
Mandiri
Pangan:
memberdayakan masyarakat miskin/rawan pangan menjadi
kaum mandiri;

tujuan
khusus
kegiatan
Kawasan
Mandiri
Pangan:
(1) mengembangkan perekonomian kawasan adat di PapuaPapua Barat; (2) mengembangkan perekonomian kawasan
perbatasan antar negara; dan (3) mengembangkan cadangan
pangan masyarakat kawasan kepulauan.

b. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
mempunyai potensi pengembangan komoditas unggulan spesifik
lokal dan potensi pengembangan titik tumbuh sebagai pusat
ekonomi
di
121
(seratus
dua
puluh
satu)
kawasan,
60 (enam puluh) kabupaten/kota, 18 (delapan belas) provinsi.
c. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan terdiri
dari output dan outcome seperti Tabel 3.

13

Tabel 3. Indikator Keberhasilan Kawasan Mandiri Pangan.


Indikator

Output

Outcome

Kawasan Mandiri Pangan


Papua-Papua Barat
Perbatasan
Kepulauan
terbentuknya kelompok usaha;
terbentuknya Lembaga Keuangan (LK);
tersalurnya dana bantuan sosial untuk pengembangan pangan
lokal, teknologi pengolahan dan pemasaran.
Terbentuknya ekonomi
Terbentuknya titik Terbentuknya
kawasan Papua-Papua Barat tumbuh ekonomi
ketersediaan
yang berbasis sosial budaya
pada kawasan
dan cadangan
perbatasan antar
pangan
negara
kawasan
kepulauan
meningkatnya usaha-usaha produktif masyarakat;
meningkatnya peran LK sebagai lembaga layanan permodalan
kawasan;
meningkatnya perekonomian kawasan dan peningkatan nilai
tambah dari sumber pangan local;
meningkatnya cadangan pangan masyarakat;
meningkatnya
pengembangan
diversifikasi
pangan
yang
bersumber dari bahan baku lokal.

2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengambangan kawasan terdiri dari: persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Persiapan Kegiatan
Pada tahap persiapan, ditekankan pada bentuk-bentuk kerja sama
yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(provinsi dan kabupaten/kota).
1) Pemerintah Pusat.
Pemerintah pusat, Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian membentuk Tim Asistensi dan Advokasi pusat, yang
terdiri dari Kementerian Pertanian (Badan Ketahanan Pangan
dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian),
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Nasional
Pengelolaan Perbatasan, Tentara Nasional Indonesia-Angkatan
Darat (TNI-AD), dan perguruan tinggi setempat. Tim ini bertugas
melakukan koordinasi, merumuskan Grand Strategy, integrasi
kegiatan, dan pendanaan antar kementerian atau lembaga dan
eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian.
2) Pemerintah Provinsi.
Pada level provinsi dibentuk Tim Advokasi Provinsi, yang terdiri
dari; Badan/Dinas/Kantor/unit kerja ketahanan pangan dan
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian
(BPTP),
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan
14

Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Kelautan dan Perikanan,


Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan, Tentara Nasional
Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD), dan Perguruan tinggi
setempat. Tugas Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi antara
lain: melakukan pendampingan bagi tim teknis di tingkat
kabupaten/kota,
melakukan
pendampingan
pendanaan,
integrasi dan sharing dana pembangunan di lokasi kawasan,
memberikan usulan lokasi kabupaten/kota, dan melakukan
replikasi kegiatan.
3) Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pada level kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinator Teknis
yang terdiri dari: Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan
Pangan dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan, Tentara Nasional
Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD), dan Perguruan tinggi
setempat. Tugas dari Tim Koordinator Teknis kabupaten/kota
antara lain: melakukan koordinasi dan integrasi pembangunan
di lokasi kawasan, replikasi kegiatan, pemilihan lokasi prioritas
penyiapan pelaksanaan.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan pengembangan kawasan dilakukan secara berjenjang
dari: kawasan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.
1) Perencanaan di Kawasan, dilakukan secara parsitipatif oleh
masyarakat bersama FKK, aparat kabupaten/kota, dan dinasdinas terkait.
2) Perencanaan di Kabupaten/Kota, dilakukan dengan melibatkan
dinas-dinas terkait di tingkat kabupaten/kota, dengan cara
mengintegrasikan program/kegiatan sub sektor dan lintas
sektor dengan mengakomodir hasil perencanaan tingkat
kawasan dalam mendukung kegiatan pengembangan ketahanan
pangan kawasan. Koordinasi pelaksanaan program/kegiatan
dilakukan
dalam
wadah
Tim
Koordinator
Teknis
kabupaten/kota, yang diketuai oleh kepala unit kerja ketahanan
pangan kabupaten/kota.
3) Perencanaan di Provinsi, dilakukan dengan melibatkan dinasdinas terkait tingkat provinsi, dengan cara mengintegrasikan
hasil perencanaan kabupaten/kota dan program/kegiatan
pembangunan lintas subsektor dan sektor di provinsi.
Koordinasi pelaksanaan program/kegiatan dilakukan dalam
wadah Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi, yang diketuai oleh
Badan/Dinas/unit kerja ketahanan pangan provinsi.
4) Perencanaan
di Pusat,
dilakukan dengan
melibatkan
lembaga/kementerian di pusat dengan stake holder terkait,
dengan memperhatikan hasil perencanaan tingkat wilayah
(kawasan, kabupaten/kota, dan provinsi) untuk mendukung
percepatan pengembangan kawasan pangan terpadu. Koordinasi
pelaksanaan program/kegiatan dilakukan dalam wadah Tim
Asistensi dan Advokasi Pusat, yang diketuai oleh BKP
Kementerian Pertanian.
15

c. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di rencanakan
selama 5 tahap (5 tahun) (Tabel 4), meliputi: Tahap Persiapan
(tahun I) berfokus peningkatan kapasitas individu dan kelembagaan
ekonomi, Tahap Penumbuhan (tahun II) berfokus pada
penumbuhan usaha-usaha kelompok, Tahap Pengembangan (tahun
III) berfokus pada pengembangan sarana dan prasarana, Tahap
Kemandirian (tahun IV) berfokus pada peningkatan status gizi dan
kesehatan, dan Strategi Keberlanjutan Kegiatan (tahun V) berfokus
pada pemantapan kelembagaan dan ekonomi kawasan.
Tabel 4. Tahapan Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan.
Tahapan

Kegiatan

Persiapan
Fokus:
peningkatan
kapasitas individu
dan kelembagaan
ekonomi.

(1)Seleksi Lokasi melalui: Indeks Potensi Kawasan (IPK) untuk


menentukan Distrik/Kecamatan dan survey DDRT untuk
menentukan kelompok penerima manfaat; (2) Penentuan titik
Tumbuh Kawasan; (3) Sosialisasi kegiatan; (4) Penetapan
Kawasan; Tim Asistensi dan Advokasi pusat dan provinsi, Tim
Koordinator Teknis Kabupaten/Kota, Penetapan Pendamping
dan Koordinator Pendamping; (5) Apresiasi Peningkatan
Kapasitas pelaksana tingkat kawasan dan pendampingan;
(6) Penetapan FKK; (7) Penumbuhan Lembaga Keuangan;
(8) Penumbuhan Kelompok; (9) Pelatihan dan Pendampingan;
(10) Penyusunan Rencana Pembangunan Wilayah Kawasan
untuk pencairan dana bantuan sosial tahap I;

Penumbuhan
Fokus:
Penumbuhan
usaha-usaha
kelompok

(1)Pelatihan dan Pendampingan; (2) Penumbuhan Usaha


Produktif
Kelompok; (3) Penguatan Sistem Ketahanan
Pangan; (4) Koordinasi, Sinkronisasi, dan Integrasi Lintas
Sektor; (5) Pencairan Dana Bantuan Sosial tahap II; (6) FGD
untuk sinkronisasi dan integrasi program lintas sektor;
(7) Pengembangan teknologi pengolahan dan Penyimpanan;
(8) Pengembangan keuangan mikro tingkat kawasan.

Pengembangan
Fokus:
Pengembangan
sarana dan
prasarana
Kemandirian
Fokus:
Peningkatan
status gizi dan
kesehatan
masyarakat

(1)Pelatihan dan pendampingan; (2) Pengembangan Sistem


Ketahanan Pangan; (3) Pemasaran dan Penguatan Titik
Tumbuh Ekonomi; (4) Pencairan dana bantuan sosial tahap
III; (5) Dukungan pengembangan sarana prasarana.

Strategi
Keberlanjutan
Kegiatan

(1) pelatihan teknis dan pendampingan (FKK menjadi


koordinator pembangunan ketahanan pangan kawasan);
(2) Kelompok usaha membentuk cluster sesuai dengan
pengembangan
kawasan;
(3)
LK
menjadi
lembaga
perbankan/investasi tingkat kawasan; (4) Kader pangan
bersama FKK berfungsi sebagai lembaga koordinasi pangan
tingkat kawasan.

Fokus:
pemantapan
kelembagaan dan
ekonomi kawasan

(1) Pelatihan teknis dan pendampingan; (2) Pengembangan


layanan gizi dan kesehatan masyarakat; (3) Lembaga layanan
modal menjadi lembaga keuangan formal; (4) Pemantapan
Sistem Ketahanan Pangan; (5) Pengembangan pusat ekonomi
kawasan; (6)Dukungan pengembangan sarana prasarana.

16

Pelaksanaan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan tahun 2013 baru memasuki


tahap persiapan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Seleksi Lokasi
Seleksi lokasi sasaran dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu seleksi
kabupaten/kota
pelaksana,
seleksi
lokasi
pengembangan
kawasan/kecamatan, dan seleksi desa dan kelompok penerima.
a. seleksi Kabupaten/Kota, didasarkan pada hasil peta FSVA (Food
Security and Vulnerability Atlas).
b. seleksi Kecamatan, didasarkan pada hasil Indeks Potensi Kawasan
(IPK) dan koordinasi, sinkronisasi serta integrasi program lintas sektor
terkait.
c. seleksi Desa/Kampung dan kelompok penerima, didasarkan pada hasil
survei Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) untuk kawasan perbatasan
dan kawasan kepulauan, dan Indeks Potensi Desa (IPD) untuk kawasan
Papua-Papua Barat. Survei DDRT atau IPD digunakan untuk
menentukan desa-desa yang terpilih (3 (tiga) s.d 5 (lima) desa) dan
sekaligus untuk menentukan kelompok penerima.
2. Penentuan Titik Tumbuh Kawasan
Tujuan titik tumbuh kawasan: untuk menentukan pusat/sentra
pengembangan ekonomi kawasan, yang didasarkan pada: (a) adanya
komoditas unggulan spesifik lokal; (b) akses sarana prasarana dan akses
pasar memadai; (c) adanya kelembagaan masyarakat yang sudah
terbentuk; (d) kemudahan dalam akses permodalan; (e) bukan lokasi yang
sedang berkonflik (khusus Papua-Papua Barat); (f) memiliki potensi yang
cukup besar sebagai penyangga ekonomi kawasan.
Penentuan titik tumbuh kawasan dilakukan melalui FGD oleh BKP
provinsi dan kabupaten dengan melibatkan tokoh masyarakat.
3. Sosialisasi kegiatan
Sosialisasi
kegiatan
diselenggarakan
di
tingkat
provinsi
dan
kabupaten/kota, dengan melibatkan aparat dinas/instansi terkait tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota. Tujuan sosialisasi untuk menyamakan
konsep dan kebijakan pengembangan kawasan pangan terpadu.
Materi sosialisasi: Pedoman Pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan.
Sedangkan waktu pelaksanaan untuk: bulan Februari-Maret.
4. Penetapan Perangkat Kelembagaan
a. Penetapan Kawasan
Kawasan merupakan suatu wilayah yang teritorialnya didasarkan pada
pengertian dan batasan fungsional tertentu. Kawasan pengembangan
ketahanan pangan terdiri dari beberapa desa yang berasal dari
desa/kampung-kampung terpilih.
Lokasi
kawasan
ditetapkan
melalui
Keputusan
Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

17

b. Penetapan Tim Asistensi dan Advokasi Pusat


Tim Asistensi dan Advokasi merupakan Tim yang anggotanya terdiri dari
beberapa instansi yang berada di tingkat pusat. Tim ini bertugas dalam
(1) bersama provinsi memberikan asistensi kepada koordinator teknis
kabupaten/kota; (2) melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi
kegiatan antar lintas sektor terkait untuk peningkatan permodalan
masyarakat, sarana dan prasarana kawasan serta gizi dan kesehatan
masyarakat; (3) merencanakan usulan kegiatan dan anggaran
pengembangan kawasan; dan (4) melakukan monitoring dan evaluasi
kegiatan.
Tim Asistensi dan Advokasi di tetapkan melalui Keputusan Kepala
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
c. Penetapan Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi
Tim Asistensi dan Advokasi merupakan Tim yang anggotanya terdiri dari
beberapa instansi yang berada di tingkat provinsi. Tim ini bertugas
dalam
(1)
memberikan
asistensi
kepada
koordinator
teknis
kabupaten/kota;
(2)
memberikan
bimbingan
teknis
terhadap
pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat
di kawasan; (3) melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi
kegiatan antar lintas sektor terkait untuk peningkatan permodalan
masyarakat, sarana dan prasarana kawasan serta gizi dan kesehatan
masyarakat; (4) merencanakan usulan kegiatan dan anggaran
pengembangan kawasan; (5) melakukan monitoring dan evaluasi
kegiatan.
Tim Asistensi dan Advokasi di tetapkan melalui Keputusan Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Provinsi.
d. Penetapan Tim Koordinator Teknis
Tim Koordinator Teknis merupakan Tim yang anggotanya terdiri dari
beberapa instansi yang berada di tingkat kabupaten/kota. Tim ini
bertugas (1) memberikan bimbingan teknis (termasuk demonstrasi plot,
antara lain: teknik budidaya, pemanfaatan teknologi dan sumberdaya,
teknik pengolahan pangan dan pemasaran, dll) terhadap pemberdayaan
masyarakat di kawasan; (2) menumbuhkan kelembagaan-kelembagaan
masyarakat (FKK, LK, dll); (3) memberikan pemahaman tentang gizi dan
kesehatan masayarakat; (4) melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan
integrasi kegiatan antar lintas sektor terkait untuk peningkatan sarana
dan prasarana kawasan; (5) melakukan pengembangan permodalan dan
kelembagaan tingkat kawasan; (6) merencanakan usulan kegiatan dan
anggaran pengembangan kawasan; dan (7) melakukan monitoring dan
evaluasi kegiatan;
Tim Koordinator Teknis di tetapkan melalui Keputusan Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
18

e. Penetapan Pendamping Komunitas


Pendampingan dilakukan oleh petugas penyuluh untuk meningkatkan
kemampuan kelompok dalam pengembangan usaha. Tugas pendamping
komunitas
dibantu
oleh
tokoh-tokoh
masyarakat/Penyuluh
Pendamping Swakarsa (PPS) dari masing-masing kampung. Pendamping
komunitas dan pembantu pendamping dari masing-masing kampung
ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
f. Penetapan Koordinator Pendamping

Koordinator Pendamping adalah aparat yang ditunjuk oleh Kepala


Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
5. Apresiasi Peningkatan Kapasistas
Apresiasi
peningkatan
kapasitas
dilaksanakan
dengan
tujuan:
(1) memberikan pemahanan kepada pelaksana kegiatan tentang
pengembangan Kawasan Mandiri Pangan; (2) mengetahui karakteristik dan
potensi sumberdaya yang dimiliki di kawasan; (3) melakukan inisiasi
penumbuhan kelembagaan (forum kelembagaan kawasan dan lembaga
keuangan); dan (4) menyusun rencana tindak lanjut kawasan. Materi yang
disampaikan dalam apresiasi diantaranya: (1) pedoman pelaksanaan
Kawasan Mandiri Pangan; (2) participatory rural appraisal (PRA); dan
(3) penumbuhan dan dinamika kelompok.
Peserta: tokoh adat, agama, pemuda/karang taruna, kepala kampung, dan
kepala distrik.
6. Penetapan Forum Komunikasi Kawasan (FKK)
Penumbuhan FKK diinisiasi melalui pertemuan apresiasi peningkatan
kapasitas. Pengurus FKK merupakan perwakilan dari beberapa unsur:
tokoh suku adat, aparat kecamatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh pemuda, kader penggerak kesehatan, perwakilan kelompok.
FKK ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
7. Penumbuhan Lembaga Keuangan (LK)
LK merupakan lembaga permodalan yang ditumbuhkan di tingkat
kawasan, yang berfungsi sebagai layanan permodalan bagi kelompok suku
adat. LK ditumbuhkan oleh FKK bersama dengan masyarakat adat. LK
ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
8. Penumbuhan Kelompok
Kelompok usaha adalah masyakarat yang mengembangkan usaha secara
bersama-sama dan memiliki komoditas sejenis, yang mengarah pada
pembentukan cluster. Kelompok usaha ditumbuhkan oleh FKK, LK, dan
masyarakat.
Kelompok
ditetapkan
melalui
Keputusan
Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
19

9. Pelatihan dan Pendampingan


Pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat diselenggarakan
oleh: (a) Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota; (b) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP); (c) dinas-dinas pertanian terkait tingkat di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota; (d) lembaga swadaya masyarakat. Tujuan pelatihan
antara lain adalah : (1) identifikasi potensi dan permasalahan;
(2) menentukan matriks program kegiatan per kabupaten/kota; dan
(3) menentukan rencana aksi kegiatan pengembangan kawasan pangan.
10. Penyusunan Rencana Pembangunan Wilayah Kawasan (RPWK)
Penyusunan RPWK dimasudkan untuk menuangkan berbagai keinginan
kelompok sasaran kedalam perencanaan dan pelaksanaan.
Jadwal Palang Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jadwal Palang Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan Tahap
Persiapan.
No

KEGIATAN

WAKTU

KETERANGAN

1.

Indeks Potensi
Kawasan (IPK)

JanuariFebruari

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

2.

Survei DDRT/ IPD

Februari

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

3.

Penetapan Desa dan


Kawasan

Februari

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota
atau Bupati/Walikota.

4.

Penetapan Pendamping

Februari

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

5.

Penetapan Koordinator
Pendamping

Februari

Badan/Dinas/unit kerja ketahanan


pangan provinsi dan
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

6.

Penyusunan data dasar


kawasan

Februari

Pendamping dan FKK.

7.

Apresiasi dan FGD

Maret

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

8.

Penetapan Kelompok

Maret

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

9.

Penetapan FKK

Maret

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

10. Sosialisasi Kegiatan

JanuariMaret

Badan/Dinas/unit kerja ketahanan


pangan provinsi dan Badan/Dinas/
Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota.

11. Penumbuhan dan


penetapan LK

Maret

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

12. Penyusunan RPWK

April

FKK, Pendamping, Aparat Kecamatan.

20

No

KEGIATAN

WAKTU

KETERANGAN

13. Pelatihan

April-Mei

Pendamping, Pembina provinsi,


kabupaten/kota.

14. Penyusunan RUK

April-Mei

Kelompok.

15. Pembuatan Rekening


dan Pengajuan RUK

Juni

Kelompok.

16. Kontrak Kerja antara


PPK dengan LK

Juni

PPK kabupaten/kota.

17. Transfer Dana

Juni-Juli

Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

Juni-Juli

KPPN Badan/Dinas/unit kerja


ketahanan pangan provinsi dan
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

19. Pengajuan RUK dari


Kelompok ke LK

JuliAgustus

Kelompok, Pendamping, dan FKK.

20. Pemanfaatan Dana


bantuan sosial oleh
kelompok

SeptemberDesember
(sesuai
kesiapan
kelompok)

Kelompok.

21. Koordinasi dan kerja


sama lintas sektor

SeptemberNovember

Tim Koordinator Teknis


kabupaten/kota.

22. Evaluasi dan


Monitoring

November

Pusat, Provinsi,
kabupaten/kota,pendamping.

23. Laporan Kegiatan

Desember

Provinsi, kabupaten/kota,
pendamping, FKK, dan LK.

bantuan sosial ke
Rekening Kelompok
18. Pencairan Dana

bantuan sosial Ke
Kelompok /LK

BAB IV
ORGANISASI DAN TATA KERJA
A. Organisasi
Mengingat keberhasilan Kegiatan Desa Mandiri Pangan sangat ditentukan
oleh keterpaduan program/kegiatan dari berbagai instansi, maka sistem
pengorganisasi kegiatan Desa Mandiri Pangan melibatkan lintas subsektor
dan sektor terkait, baik di tingkat pusat, provinsi, dan maupun kabupaten
dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP). Fungsi dan peran
masing-masing lembaga (seperti tercantum Gambar 2) sebagai berikut:
1. Badan
Ketahanan
Pangan,
Kementerian
Pertanian
sebagai
penanggungjawab kegiatan nasional.
2. Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab kegiatan pada masingmasing tingkatan.
3. Dewan Ketahanan Pangan tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
diperankan sebagai wadah koordinasi pelaksana kegiatan.
21

4. Tim Asistensi dan Advokasi yang berada di Pusat dan Provinsi sebagai
asisten dan advokan Tim Koordinator Teknis kabupaten/kota.
5. Tim Koordinator Teknis Kabupaten sebagai pelaksana pendampingan
kegiatan pengembangan kegiatan tingkat kabupaten/kota.
6. Koordinator Pendamping merupakan aparat kabupaten/provinsi yang
melakukan fungsi sebagai koordinator pendamping di tingkat lapangan.
Koordinator
Pendamping
ditunjuk
oleh
Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja Ketahanan Pangan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota.
7. Camat/Kepala Distrik sebagai koordinator desa pelaksana kegiatan di
wilayah kerjanya.
8. Kepala Desa sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di tingkat
desa wilayah kerjanya.
9. FKK sebagai koordinator pembangunan ketahanan pangan tingkat
kawasan.
10. TPD sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di desa.
PELAKSANA KEGIATAN

Tim Asistensi dan


Advokasi

PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN

PENGARAH

Kepala BKP

Menteri Pertanian

Tim Asistensi dan


Advokasi

Kepala Badan/Kantor/
Dinas/unit kerja ketahanan pangan
provinsi

Gubernur

Tim Koordinator
Teknis

Kepala Badan/Kantor/
Dinas/unit kerja ketahanan pangan
kabupaten/kota

Bupati/
Walikota

Koordinator Pendamping Provinsi dan


Kabupaten/Kota

Camat/Kepala Distrik melakukan


Koordinasi Tk. Kecamatan

FKK/Tim Pangan Desa

Pendamping
Penerima Manfaat

Gambar 2. Pengorganisasian Desa Mandiri.


Pangan
Keterangan :
: Hubungan koordinasi.
: Hubungan integrasi dari instansi terkait.
: Hubungan Pengarah.
: Hubungan Pembinaan.
22

B. Tata Kerja
Kegiatan Desa Mandiri Pangan Reguler dan Kawasan Mandiri Pangan
dirumuskan oleh kelompok kerja yang berfungsi sebagai simpul koordinasi
untuk memperlancar pelaksanaan program secara berjenjang di tingkat
desa, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.
1. Tingkat Desa/Kampung
Kepala Desa sebagai penanggung jawab kegiatan di desa, bertugas
untuk
mengkoordinasikan
TPD,
kelompok
masyarakat,
dan
pendamping di desa, serta berperan sebagai penghubung antara
masyarakat dengan aparat pemerintah.
2. Tingkat Kecamatan
Pokja Kecamatan diketuai oleh Camat/Kepala
koordinator pelaksana kegiatan di wilayah kerjanya.

Distrik

sebagai

3. Tingkat Kabupaten/Kota
a. Bupati/Walikota;
merupakan
pembina
kegiatan
dan
bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan kegiatan di
tingkat kabupaten/kota.
Tim Koordinator Teknis; merupakan tim yang memiliki kemampuan
profesional (berdasarkan rekomendasi Badan Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota), yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/Kota. Tugas Tim Koordinator Teknis adalah melakukan
advokasi, sinkronisasi dan integrasi kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan
dengan
kegiatan-kegiatan
yang
berada
dibawah
tanggungjawabnya dan/atau kegiatan yang berada di instansi/unit
lain atau organisasi kemasyarakatan lainnya pada tingkat
kabupaten/kota.
b. Koordinator Pendamping Kabupaten/Kota
Koordinator Pendamping Kabupaten/Kota adalah aparat yang
ditunjuk oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja yang
menangani
ketahanan
pangan
kabupaten/kota
untuk
mengkoordinasikan pengawasan dan pengendalian kegiatan para
pendamping di tingkat desa/kampung.
4. Tingkat Provinsi
a. Gubernur: merupakan pembina kegiatan, dan bertanggungjawab
atas keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditingkat provinsi.
Tim Asistensi dan Advokasi Provinsi; merupakan tim yang memiliki
kemampuan profesional (berdasarkan rekomendasi BKP provinsi),
yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan/Dinas/unit kerja
ketahanan pangan provinsi. Tugas Tim Asistensi dan Advokasi
adalah melakukan advokasi, sinkronisasi dan integrasi kegiatan
Kawasan Mandiri Pangan dengan kegiatan-kegiatan yang berada
dibawah tanggungjawabnya dan/atau kegiatan yang berada
di instansi/unit lain atau organisasi kemasyarakatan lainnya pada
tingkat provinsi.

23

b. Koordinator Pendamping Provinsi


Koordinator Pendamping Provinsi adalah aparat yang ditunjuk oleh
Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja yang menangani ketahanan
pangan provinsi untuk mengkoordinasikan pengawasan dan
pengendalian kegiatan para koordinator pendamping di tingkat
kabupaten/kota.
5. Tingkat Pusat
Di tingkat pusat dibentuk Tim Asistensi dan Advokasi Pusat. Tugas Tim
ini secara rinci sebagai berikut:
a. melakukan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pengembangan Desa Mandiri Pangan.
b. melakukan
kegiatan.

supervisi,

monitoring

dan

evaluasi

pelaksanaan

c. melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi kegiatan dengan


pemangku kebijakan terkait.
d. memberikan rekomenadasi
pelaksanaan kegiatan.

dalam

perumusan

kebijakan

dan

BAB V
PEMBIAYAAN

A. Pengelolaan Dana APBN


Dana APBN untuk Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian,
dialokasikan di pusat, provinsi berupa dana Dekonsentrasi (Dekon), dan
kabupaten/kota berupa dana Tugas Pembantuan (TP). Salah satu
komponen kegiatan pengembangan Kawasan Mandiri Pangan adalah
penyaluran dana bantuan sosial (bansos) untuk pengembangan usaha
produktif. Dana bansos tersebut dikelola oleh Lembaga Keuangan tingkat
kawasan yang ditumbuhkan dari dan oleh masyarakat. Proses pencairan
dana mengikuti Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial untuk Pertanian
Tahun Anggaran 2013. Pencairan dana bantuan sosial ke rekening
kelompok/LK kawasan diharapkan dilaksanakan paling lambat tanggal
31 Juli 2013. Alur penyaluran dana bantuan sosial untuk pengembangan
usaha produktif dapat dilihat pada Gambar 3.

24

Menteri Pertanian
1
Gubernur/
Bupati/Walikota
2
Kepala Badan/ Kantor/
Dinas/unit kerja yang
menangani ketahanan
pangan kabupaten/kota
selaku KPA

10

Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)

Bendaharawan
Pengeluaran

KPPN
Kabupaten

9
8

Pejabat Penguji
Perintah
Pembayaran (P4)
Subkelompok

14

11
4

13
5

Pendamping
12

Kelompok
14
LKD

7
12

Rekening
Bank

TPD/FKK

Gambar 3. Alur Penyaluran Dana Bansos Usaha Produktif

Keterangan:
1. Pelimpahan wewenang Menteri Pertanian kepada Gubernur berupa
dana dekonsentrasi dan kepada Bupati/Walikota berupa tugas
pembantuan.
2. Atas
usulan
Gubernur/Bupati/Walikota,
Menteri
Pertanian
menetapkan Badan/Kantor/Dinas/Unit Kerja yang menangani
ketahanan pangan provinsi/kabupaten/kota selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dan ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
3. Pendamping memfasilitasi penumbuhan subkelompok.
4. Pendamping bersama subkelompok yang tergabung dalam kelompok
menumbuhkan lembaga keuangan yang pengurusnya terdiri dari
perwakilan kelompok-kelompok.
5. Pendamping memfasilitasi subkelompok yang tergabung dalam
kelompok afinitas untuk menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK).
6. RUK subkelompok yang dihimpun kelompok (Format 1), diajukan ke
Tim Teknis Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari
pendamping, FKK/TPD, dan Kepala Distrik/Kepala Desa.
25

7. Setelah mendapat persetujuan Tim Teknis Kabupaten/Kota, kelompok


membuat rekening bank.
8. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/PPK Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
yang menangani ketahanan pangan provinsi atau kabupaten/kota:
1) Membuat Surat Perjanjian Kerja sama dengan lembaga keuangan
mikro dan kelompok penerima manfaat (Format 4);
2) Membuat Surat Berita Acara Serah Terima Paket Bantuan Sosial
Usaha Produktif dengan kelompok penerima manfaat dan lembaga
keuangan (Format 5);
3) Membuat Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS), dan
diajukan ke Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja yang
menangani ketahanan pangan provinsi atau kabupaten/kota untuk
mendapat persetujuan, dengan melampirkan:
a) Surat Keputusan Kepala Badan/ Dinas/ Kantor/Unit kerja atau
Pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran;
b) rekapitulasi RUK/RUB (Format 2);
c) kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok/gabungan
kelompok, diketahui/disetujui oleh KPA Kabupaten/Kota dan
Bendaharawan yang bersangkutan (Format 3);
d) Surat Perjanjian Kerja Sama antara Pejabat Pembuat Komitmen
dengan Lembaga Keuangan dan kelompok sasaran tentang
pemanfaatan dana bantuan sosial.
e) Surat Pernyataan Ketua Kelompok/LK tentang pemanfaatan
dana bantuan sosial (Format 6).
4) Mengajukan
SPP-LS
yang
disetujui
KPA
provinsi
atau
kabupaten/kota kepada Pejabat Penguji Perintah Pembayaran (P4).
9. P4 Provinsi atau Kabupaten/Kota:
a. menguji SPP-LS dan menerbitkan Surat Perintah Membayar
Langsung (SPM-LS) provinsi atau kabupaten/kota, dan ;
b. memberikan rekomendasi kepada Bendahara Pengeluaran Satker
Dekon di provinsi atau Satker TP di kabupaten.
10. Bendahara Pengeluaran Satker Dekon di provinsi atau Satker TP di
kabupaten
mengajukan
SPM-LS
kepada
Kantor Penerimaan
Pengeluaran Negara (KPPN) provinsi atau kabupaten/kota.
11. KPPN provinsi atau kabupaten/kota menerbitkan Surat Perintah
Pencairan dana (SP2D) dan mentransfer dana bantuan sosial ke
rekening kelompok /lembaga keuangan mikro.
12. Dana bantuan sosial yang telah ditransfer ke bank, dapat dicairkan
oleh kelompok setelah mendapat rekomendasi dari pendamping dan
FKK/TPD.
13. Kelompok mendistribusikan dana bantuan sosial kepada masingmasing subkelompok sesuai dengan RUK yang diajukan dan sudah
diverifikasi oleh pendamping dan FKK/TPD.
14. Kelompok bersama FKK/LKD menyampaikan laporan penyaluran dana
bantuan sosial kepada Kepala Badan/Dinas/Kantor/unit kerja yang
menangani ketahanan pangan kabupaten/kota selaku KPA.

26

B. Pemanfaatan Dana Bantuan Sosial


Pemanfaatan dana Bantuan Sosial yang diperuntukkan kepada kelompok
mengacu pada hasil Rencana Pembangunan Wilayah Kawasan (RPWK) dan
RUK/RUB yang disusun oleh kelompok bersama masyarakat dan
digunakan untuk: pembangunan fisik untuk usaha produktif sebanyak
50% (lima puluh persen) dan modal usaha produktif 50% (lima puluh
persen). Dana bantuan sosial untuk pengembangan kawasan diberikan
sebanyak 3 (tiga) kali dalam 3 (tiga) tahun kepada 3 (tiga) s.d
5 (lima) desa/kampung dengan penerima manfaat yang berbeda-beda,
namun pengelolaan dana dari masing-masing desa/kampung dilakukan
bersama-sama dalam wadah lembaga keuangan kawasan. Fokus
pemanfaatan dana bantuan sosial pada tahun pertama diarahkan pada
budidaya, tahun kedua diarahkan pada teknologi pengolahan,
penyimpanan, dan kebun koleksi jenis pangan lokal yang produktif serta
pada tahun ketiga diarahkan pada pemasaran dan penguatan titik tumbuh
ekonomi kawasan.
C. Pertanggunggungjawaban
Pertanggungjawaban pengelolaan dana APBN dilakukan oleh KPA provinsi
atau KPA kabupaten/kota dalam laporan keuangan secara rutin, dan
berpedoman pada peraturan-peraturan berikut:
a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Kewajiban Melaporkan
Laporan Keuangan Bagi Lembaga Negara dan Kementerian.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Pusat.
c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 51 Tahun 2008
tentang Penyusunan Laporan Keuangan.

BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI, PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN, SERTA PELAPORAN

Kegiatan pemantauan dan evaluasi, pengendalian dan pengawasan serta


pelaporan pada kegiatan ini mengacu pada Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang
menyatakan bahwa: Pimpinan instansi bertanggung jawab terhadap
efektivitas
penyelenggaraan
Sistem
Pengendalian
Intern
(SPI)
di lingkungannya.
Pelaksanaan SPIP di lingkungan Kementerian Pertanian juga mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang
Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian
Pertanian. Uraian secara rinci pelaksanaan SPIP sebagai berikut:
A. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dalam kerangka SPI dilakukan secara berkelanjutan sejak
perencanaan hingga tahap akhir kegiatan, pada aspek yang mendukung
27

kelancaran pelaksanaan program/kegiatan, ketertiban laporan keuangan,


dan pengamanan aset.
Tanggungjawab Pemantauan dan Evaluasi melekat pada masing-masing
Satker tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Evaluasi kegiatan dilakukan pada awal, pertengahan, dan akhir tahun
kegiatan, guna mengetahui perkembangan dan keberhasilan pencapaian
indikator kegiatan setiap tahapan dan kemandirian. Evaluasi per tahapan
dimaksudkan untuk mengetahui capaian hasil pelaksanaan kegiatan,
sedangkan evaluasi kemandirian untuk mengetahui capaian tingkat
kemandirian dengan klasifikasi rendah, sedang, dan tinggi.
B. Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian dan Pengawasan kegiatan Desa Mandiri Pangan mencangkup:
(1) lingkungan pengendalian; (2) penilaian risiko; (3) kegiatan pengendalian;
(4) informasi dan komunikasi; dan (5) pemantauan pengendalian intern.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian adalah kondisi yang dibangun untuk
mendorong
keberhasilan
penerapan
dan
pelaksanaan
program/kegiatan. Untuk mendorong keberhasilan penerapan dan
pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan, diperlukan lingkungan
pengendalian. Lingkungan pengendalian kegiatan Desa Mandiri Pangan
meliputi; (a) organisasi; (b) kebijakan; (c) sumber daya manusia; dan
(d) prosedur.
a. Organisasi
Tabel 6. Lingkungan Pengendalian (Organisasi).
No

Organisasi yang
dibentuk

Uraian Pelaksanaan

Output

Tim Asistensi
dan Advokasi
Pusat

Kepala Pusat Ketersediaan dan


Kerawanan Pangan selaku KPA
mengajukan usulan Surat
Keputusan tentang Tim
Asistensi dan Advokasi Pusat
kepada Kepala Badan
Ketahanan Pangan, dilengkapi
dengan uraian Tugas.

Keputusan Kepala
Badan Ketahanan
Pangan
Kementerian
Pertanian

Tim Asistensi
dan Advokasi
Provinsi

KPA provinsi mengajukan


usulan Surat Keputusan tentang
Tim Asistensi dan Advokasi
Provinsi kepada Kepala
Badan/Dinas/unit kerja
Ketahanan Pangan Provinsi,
dilengkapi dengan uraian Tugas.

Keputusan Kepala
Badan/Dinas/unit
kerja ketahanan
pangan provinsi

28

No

Organisasi yang
dibentuk

Uraian Pelaksanaan

Output

Tim Koordinator
Teknis
Kabupaten/Kota

KPA kabupaten/kota
mengajukan usulan Surat
Keputusan tentang Tim
Koordinator Teknis kepada
Kepala Badan/
Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota, dilengkapi
dengan uraian Tugas.

Keputusan Kepala
Badan/
Dinas/Kantor/
unit kerja
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota.

FKK

Kepala
Badan/Dinas/Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota menetapkan
FKK/TPD berdasarkan usulan
aparat kebupaten dan
masyarakat, dilengkapi dengan
susunan organisasai dan uraian
tugas.

Keputusan Kepala
Badan/
Dinas/Kantor/
unit kerja
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota.

Lembaga
Keuangan
Kawasan

Kepala Badan/
Keputusan Kepala
Dinas/Kantor/unit kerja
Badan/
Ketahanan Pangan
Dinas/Kantor/
Kabupaten/Kota menetapkan LK unit kerja
berdasarkan usulan FKK dan
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota.
masyarakat, dilengkapi dengan
susunan organisasai dan uraian
tugas.

Kelompok
Usaha

Kepala Badan/Dinas/Kantor/
unit kerja Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota menetapkan
kelompok penerima manfaat
berdasarkan hasil survei DDRT

Keputusan Kepala
Badan/Dinas/
Kantor/unit kerja
Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota.

b. Kebijakan
Tabel 7. Lingkungan Pengendalian (Kebijakan).
No
1

Kebijakan yang
dilaksanakan
Pusat:
Penyusunan Pedum
dan Pedop Desa
Mandiri Pangan
Reguler.
Penyusunan Pedop
Kawasan Mandiri
Pangan.
Provinsi:
Penyusunan Juklak
Desa Mandiri
Pangan.

Uraian Pelaksanaan
Menyusun Pedoman
Umum dan Pelaksanaan
Menjabarkan kegiatan
secara rinci dan jelas,
dan dilengkapi dengan
jadwal palang.
Melakukan sosialisasi
kepada provinsi.
Menyusun Petunjuk
Pelaksanaan.
Menjabarkan Kegiatan
secara rinci dan jelas,

Output
Buku Pedoman
Umum.
Buku Pedoman
Pelaksanaan.
Sosialisasi kegiatan
kepada Provinsi.

Buku Juklak.
Sosialisasi kegiatan
kepada
Kabupaten/Kota.
29

No

Kebijakan yang
dilaksanakan
Penyusunan Juklak
Kawasan.

Uraian Pelaksanaan

Output

dan dilengkapi dengan


jadwal palang.
Melakukan Sosialisasi
kepada Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota:
Menyusun Pedoman
Buku Juknis
Penyusunan Juknis Pelaksanaan
Sosialisasi kepada
Desa Mandiri
Menjabarkan Kegiatan
kelompok peneriman
Pangan.
secara rinci dan jelas,
dan masyarakat.
Penyusunan Juknis dan dilengkapi dengan
Kawasan.
jadwal palang.
Melakukan Sosialisasi
kepada kelompok
penerima dan
masyarakat.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tabel 8. Lingkungan Pengendalian (SDM).

No

SDM yang

Uraian Pelaksanaan

Output

diperlukan
1

Tim Asistensi
dan Advokasi
Pusat.
Tim Asistensi
dan Advokasi
Provinsi.
Tim
Koordinator
Teknis
Kabupaten/
Kota.

FKK

Pendamping
(PPL)

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/


Kota menetapkan tim, yang
terdiri dari lintas sektor terkait,
minimal
beranggotakan
dari:
Badan Ketahanan Pangan, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian ,
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kesehatan, Dinas Koperasi.

SK Kepala
Badan
Ketahanan
Pangan Pusat.
SK Kepala
Badan
Ketahanan
Pangan
Provinsi.
SK Kepala
Badan
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/
Kota.

Kabupaten/Kota menetapkan
FKK.
Anggota FKK: kader penggerak
kesehatan, aparat kecamatan,
tokoh masyarakat, agama,
pemuda, perwakilan kelompok.

SK Kepala Badan
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/Kota.

Masing-masing desa ditetapkan


satu pendamping yang berasal
dari PPL.

SK Kepala Badan
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/Kota.

Masing-masing kawasan
ditetapkan 1 PPL dan
pendamping dari tokoh
masyarakat.

30

No

SDM yang

Uraian Pelaksanaan

Output

diperlukan
4

Kelompok

LK

Kabupaten/Kota menetapkan:
LK setiap kawasan.

SK Kepala Badan
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/Kota.

Kabupaten/Kota menetapkan
kelompok sebagai kelompok
penerima manfaat.

SK Kepala Badan
Ketahanan
Pangan
Kabupaten/Kota.

d. Prosedur
Tabel 9. Lingkungan Pengendalian (Prosedur).
No

Standard
Orating
Procedure (SOP)
yang harus
dibuat

Uraian Pelaksanaan

Sosialisasi
kegiatan.

Menyusun rencana pelaksanaan


kegiatan.
Menyusun SOP sosialisasi.

Penetapan
pendamping.

Menyeleksi pendamping yang sesuai


dengan kriteria di buku pedoman, satu
pendamping untuk satu kawasa.
Menyusun SOP penetapan pendamping.

Survey DDRT
atau IPD.

Menyusun SOP pelatihan DDRT atau


IPD kepada petugas.

Penyaluran dan
Pemanfaatan
bantuan sosial.

Menyusun SOP Penyaluran bantuan


sosial.

Monitoring dan
Evaluasi.

Menyusun SOP Monitoring dan Evaluasi.

Output

SOP dari
masingmasing
kegiatan.

2. Penilaian Risiko
Penilaian Risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian
yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran program/kegiatan
Instansi Pemerintah. Penilaian risiko dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan yang dituangkan dalam Term of Reference/Pokok Acuan Tugas
(TOR/PAT) dan unit kerja pelaksananya, yang memuat uraian langkahlangkah penanganan risiko kemudian dilanjutkan dengan identifikasi
risiko kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Penilaian Risiko
kegiatan Desa Mandiri Pangan dapat dilihat pada Tabel 10.

31

Tabel 10. Penilaian Risiko Kegiatan Desa Mandiri Pangan Reguler dan Kawasan
Kegiatan

Deskripsi

Penyebab
a. Pelaksana kurang
memahami
pelaksanaan
pengumpulan data;
b. Kurangnya aparat
pelaksana ;
c. DIPA belum siap.

Akibat

Penanganan

Seleksi
lokasi
sasaran.

Survey DDRT
atau
Pengumpulan
Data IPK.

Penetapan
Kawasan.

Kawasan belum
ditetapkan .

Penetapan
Pendamping,
Koordinator
Pendamping,
FKK.

Pendamping
Mutasi pejabat yang
,Koordinator
bersangkutan.
Pendamping, FKK
belum ditetapkan.

Kegiatan pemberdayaan
dan pendampingan
terhambat.

Sosialisasi
Kegiatan .

Sosialisasi tidak
dilaksanakan
disemua
tingkatan

Mutasi pejabat
penanggungjawab
kegiatan .

Kegiatan tidak berjalan


Surat dari pusat agar melakukan
sesuai dengan tujuan dan sosialisasi kegiatan sampai level
sasaran.
desa.

Penetapan
Kelompok .

Kelompok belum
ditetapkan.

Mutasi pejabat yang


bersangkutan.

Kegiatan usaha produktif


terhambat.

Mutasi pejabat yang


bersangkutan dan
Bupati/Walikota.

Jumlah KK Miskin dan


Rumah Tangga Miskin
(RTM) tidak dapat
diketahui .

a. Melatih petugas untuk


melakukan pengumpulan data
IPK sesuai kuesioner dan
mekanisme yang telah
ditetapkan ;
b. Inisiatif daerah dari penyediaan
dana APBD.

Sasaran pelaksana
kegiatan (kelompok suku
adat) tidak sesuai dengan
kriteria .

a. Surat dari pusat untuk segera


menetapkan dan proses
pembinaan ;
b. Penetapan dilakukan segera
melalui SK Kepala Badan dan
dikuatkan oleh SK
Bupati/Walikota.

Penanggung
jawab
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
kabupaten/kota

Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
kabupaten/kota.

Surat dari pusat untuk segera


Badan/Dinas/Kantor/unit
menetapkan dan melakukan proses kerja ketahanan pangan
pembinaan.
provinsi dan
kabupaten/kota.
BKP Kementerian Pertanian,
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
provinsi kabupaten/kota.

Surat dari pusat untuk segera


Badan/Dinas/Kantor/unit
menetapkan dan melakukan proses kerja ketahanan pangan
pembinaan dan pendampingan.
kabupaten/kota.

32

Kegiatan

Deskripsi

Penyebab

Akibat

Penumbuhan LK.

LK belum
ditumbuhkan.

Mutasi pejabat yang


bersangkutan.

Pelatihan
dan
pendamping
-an.

Pelatihan dan
penadmpingan
belum
dilaksanakan.

Kelengkapan administrasi Kegiatan pemberdayaan


belum siap
tidak terlaksana
SDM lemah.
Persamaan persepsi
kegiatan masih kurang .

Kontrak
kerja PPK
dengan
Kelompok/
LK.

PPK belum
Kelengkapan adm. yang
membuat kontrak minim
kerja dengan
Lokasi KPN yang jauh.
Kelompok/LK.

Kegiatan usaha produktif


terhambat.

Pencairan bantuan
sosial tidak bisa
dilaksanakan sesuai
target.

Penanganan
Surat dari pusat untuk segera
menetapkan dan melakukan
proses pembinaan dan
pendampingan.
a. Surat dari pusat agar dilakukan
pelatihan dan pendampingan;
b. Prov,Kab/Kota segera
menindaklanjuti dengan
memberikan pelatihan,
pendampingan dan pembinaan
intensif.
Surat dari pusat untuk segera
membuat kontrak kerja dan
pencairan bantuan sosial.

Penanggung
jawab
BKP Kementerian Pertanian.

BKP Kementerian
Pertanian,
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
provinsi kabupaten/kota,
Pendamping.
BKP Kementerian
Pertanian,
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
provinsi kabupaten/kota.

Pemanfaat- bantuan sosial


an bantuan belum
dimanfaatkan.
sosial.

Kelompok belum siap


Administrasi kurang.

Kegiatan usaha produktif


tidak berjalan.

Surat dari pusat untuk segera


memanfaatkan bantuan sosial
dan pembinaan dari BKP prov atau
Kabupaten/Kota.

BKP Kementerian
Pertanian,
Badan/Dinas/Kantor/ unit
kerja ketahanan pangan
provinsi kabupaten/kota.

Evaluasi dan Pelaksanaan


Pelaporan.
evaluasi dan
Pelaporan tidak
rutin.

Rendahnya kualitas SDM


Provinsi,Kabupaten/Kota
kurang memahami
instrument evaluasi dan
pelaporan.

Perkembangan dinamika
kegiatan kawasan tidak
diketahui secara baik dan
benar.

Surat dari pusat agar tetap


melaksanakan evaluasi
Pendampingan, pembinaan dan
pemantauan secara rutin.

BKP Kementerian
Pertanian,
Badan/Dinas/Kantor/unit
kerja ketahanan pangan
provinsi kabupaten/kota.

33

3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan, prosedur, teknik, dan
mekanisme yang memberikan arah bagi pimpinan untuk mencapai
tujuan. Aktivitas pengendalian membantu untuk kepastian tindakan
yang dilakukan untuk mengantisipasi dan menangani risiko.
Pengendalian bertujuan untuk memastikan bahwa kebijaksanaan dan
prosedur yang ditetapkan telah diikuti dan dipatuhi, serta
dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan terhadap
potensi atau titik kritis kegiatan hasil analisa risiko untuk mencapai
tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.
Tabel 11. Kegiatan pengendalian dalam kegiatan Desa Mandiri Pangan
dan Kawasan.
Kegiatan

Kegiatan Pengendalian Desa Mandiri Pangan Reguler


dan Kawasan

Seleksi lokasi
sasaran

a. Lokasi sasaran harus sesuai dengan hasil peta FSVA dan


survei DDRT atau IPD;
b. Jika dana APBN terbatas, maka pendamping dilatih
DDRT dengan menggunakan dana APBD I/II;
c. Lokasi kawasan harus sesuai dengan IPK dan hasil
integrasi program lintas sektor.

Penetapan
Pendamping

Bersedia tinggal di lokasi/di sekitar lokasi binaan


Jika ada pendamping yang mutasi atau pensiun, maka
segera dilakukan penetapan pendamping baru.

Sosialisasi
Kegiatan

Sosialisasi kegiatan
kampung/desa.

Kontrak kerja
PPK dengan
lembaga
keuangan/
kelompok

a. PPK dan lembaga keuangan segera melakukan koordinasi


sebelum proses pencairan dana bantuan sosial untuk
merumuskan kontrak kerja;
b. dana yang sudah di transfer ke rekening kelompok
langsung dikelola oleh lembaga keuangan.

Pencairan dan
Pemanfaatan
bantuan
sosial

a. kabupaten/kota mengawal ketat proses pencairan, agar


dana bisa segera cair ke rekening kelompok;
b. satuan kerja segera berkoordinasi dengan pihak terkait,
untuk percepatan pencairan dana;
c. pemanfaatan dana bantuan sosial harus sesuai dengan
RUK yang diserahkan kelompok kepada lembaga
keuangan.

Evaluasi dan
Pelaporan

a. pelaksana kegiatan (desa,kecamatan,kabupaten/kota,


provinsi) membuat laporan hasil evaluasi kegiatan;
b. mengirimkan laporan secara berjenjang, dari kelompok
kepada kecamatan-kabupaten/kota-provinsi-pusat.

harus

dilakukan

sampai

tingkat

34

4. Informasi dan Komunikasi


Informasi dan komunikasi yang disampaikan meliputi pencatatan,
pelaporan, dan sarana.
Tabel 12. Informasi dan komunikasi yang disampaikan dalam kegiatan
Desa Mandiri Pangan.
No

Kegiatan

Uraian

Pencatatan

Setiap aktivitas
dilakukan pencatatan
oleh petugas yang
ditunjuk.

Pelaporan

Setiap kegiatan dibuat


laporan tertulis
Menyusun laporan
bulanan.

Sarana

Provinsi,kabupaten/
kota menyediakan
sarana komunikasi
seperti: Telepon, Fax.
Internet.

Dokumen
pendukung
SK Pelaksana
Kegiatan dari
Ka.Badan.

Output

Perkembangan
kegiatan Desa
Mandiri
Pangan dapat
diketahui.
Buku laporan,
Arsip laporan;
DIPA, POK,
Laporan
PEDUM, Juklak, bulanan
Juknis.
Simonev
lancar;
Laporan
triwulan;
Laporan
tahunan;
Laporan SAI.
Laporan
masing-masing
kegiatan dapat
dilaksanakan.

5. Pemantauan
Tabel 13. Pemantauan Kegiatan Desa Mandiri Pangan.
No
1

Kegiatan
Pencatatan

Output

Uraian
pelaksanaan
Setiap aktivitas

Dokumen
Pendukung
SK Pelaksana

Perkembangan

dilakukan

Kegiatan dari

kegiatan Desa Mandiri

pencatatan oleh

Ka. Badan.

Pangan dapat

petugas yang

diketahui.

ditunjuk.
2

Pelaporan

Setiap kegiatan

Buku laporan

Arsip laporan,Laporan

dibuat laporan

DIPA, POK,

bulanan Simonev

tertulis dan

PEDUM,

lancar, Laporan

menyusun

Juklak,

triwulan, Laporan

laporan bulanan.

Juknis.

tahunan,Laporan SAI.

Tindak

Menindaklanjuti

Hasil audit

Laporan Hasil Tindak

Lanjut LHA

hasil audit APIP

dan evaluasi.

Lanjut (LHA) dan

dan hasil evaluasi.

evaluasi.
35

C. Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berkala, tepat waktu,
berkelanjutan, dan berjenjang dari desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, hingga pusat. Desa menyampaikan formulir laporan yang
disepakati kepada kecamatan dan kabupaten/kota tentang situasi pangan
dan cadangan pangan desa serta perkembangan pelaksanaan Kegiatan
Desa Mandiri Pangan. Kecamatan yang berfungsi sebagai pemantau,
pendamping, dan penghubung ke kabupaten/kota, dengan menggunakan
format yang disepakati menyampaikan ke kabupaten/kota tentang upayaupaya yang telah dilakukan dan meneruskan hal-hal yang tidak dapat
dilakukan.
Kabupaten/kota memantau kegiatan lapang secara berkala (satu bulan
sekali), mengevaluasi hasil pemantauan, serta menyampaikan laporan desa
dan kecamatan ke provinsi sesuai dengan format yang disepakati.
Kabupaten memberikan feedback kepada desa dan kecamatan, serta
menindaklanjuti berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan
segera atau dikoordinasikan di kabupaten/kota.
Provinsi memantau kegiatan lapang secara berkala (semesteran),
mengevaluasi hasil pemantauan, melaporkan ke pusat sesuai format yang
disepakati, memberikan feedback kepada kabupaten/kota, serta
menindaklanjuti berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan
segera atau dikoordinasikan di provinsi.
Pusat sebagai penanggung jawab program melakukan: pemantauan
kegiatan lapang secara berkala, mengevaluasi hasil pemantauan provinsi,
memberikan feedback kepada provinsi terhadap, serta menindaklanjuti
berbagai permasalahan yang memerlukan penanganan segera atau
dikoordinasikan di pusat.
Pelaporan terpaut dengan SPI, merupakan Informasi dan Komunikasi yang
dilakukan melalui: (1) Pencatatan hasil pelaksanaan kegiatan oleh
Pelaksana pada setiap tahap kegiatan secara tepat, cepat, dan akurat;
(2) Pelaporan hasil kegiatan oleh Pelaksana pada setiap tahap kegiatan,
dapat dimengerti, relevan, dipercaya, dan tepat waktu.

BAB VII
PENUTUP

Pedoman Desa Mandiri Pangan dan Kawasan Mandiri Pangan diharapkan


dapat menjadi acuan bagi aparat dan pihak-pihak yang melaksanakan
pengembangan kawasan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.
Pedoman ini untuk selanjutnya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah dan
dapat dijabarkan dengan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis
(Juknis) dari provinsi maupun kabupaten.
MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO
36

Kelompok
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi

Format-1

:.................................
:.................................
:.................................
:.................................
:.................................

RENCANA USAHA KELOMPOK/RENCANA USAHA BERSAMA


........................,.......................
Kepada Yth :
Ketua LK.....................,
Kecamatan.,
Kabupaten/Kota
Sesuai dengan Surat Keputusan *).....No.....tanggal..........tentang penetapan
kelompok sasaran kegiatan......dengan ini kami mengajukan permohonan
Dana Bantuan Sosial Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan, sebesar
Rp..........(terbilang........) sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana
Usaha Bersama (RUB) terlampir dengan Rincian kegiatan sebagai berikut:
No
1

Rincian
Kegiatan
2

Jumlah Biaya
(Rupiah)
3

Nama Peminjam

Tanda Tangan

Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat
Perjanjian Kerja sama Nomor......tanggal......, Dana Bantuan Sosial tersebut
akan digunakan untuk usaha produktif sesuai RUK yang diajukan.

FKK,

MENYETUJUI
Ketua kelompok,

Pendamping,

.............................

.............................

.............................

MENGETAHUI/MENYETUJUI,
Ketua LK..............................................

Format-2
Kelompok
:.................................
Desa/Kelurahan :.................................
Kecamatan
:.................................
Kabupaten/Kota :.................................
Provinsi
:.................................
REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/
RENCANA USAHA BERSAMA
........................,............................
Kepada Yth :
Pejabat Pembuat Komitmen...........
Kab/Kota......................
Sesuai dengan Surat Keputusan *)........No...........tanggal..........tentang
penetapan kelompok sasaran kegiatan...............dengan ini kami mengajukan
permohonan Dana Bantuan Sosial Usaha Produktif Kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan, sebesar Rp..................(terbilang........) sesuai Rencana Usaha
Kelompok (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB)
terlampir dengan
rekapitulasi kegiatan sebagai berikut:
No
1
1.
2.
Dst.

Kegiatan
2

Jumlah Biaya (Rupiah)


3

Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat
Perjanjian Kerja sama Nomor..............tanggal..................., Dana Bantuan
Sosial Usaha Produktif kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening
kelompok...............................
No.
Rekening..........
pada
cabang/unit
Bank.....................di.........................................

Ketua kelompok,
..........................

MENYETUJUI
Ketua Tim teknis,

Petugas Pendamping/PPL,
..................................

MENGETAHUI/MENYETUJUI
Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota........

NIP......................
NIP.......................................
*) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang
ditunjuk.

Format-3
NPWP
MAK
T.A

:...............................
:...............................
:...............................
KUITANSI
No :.............

Sudah Terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran......................................


Kabupaten/Kota.......................................................................................
Uang sebanyak

Untuk pembayaran : Dana Bantuan Sosial Usaha Produktif Kegiatan Kawasan


Mandiri Pangan di Kecamatan.......................................
Kabupaten/Kota...........................................................
Sesuai Surat Perjanjian Kerja sama No.........tanggal.......
Terbilang Rp.

:
......................,...................2013

Setuju dibayar,
an.Kuasa Pengguna Anggaran/
Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota.....................
...........................................
NIP.

Yang menerima,
Petani/Ketua Kelompok,
Meterai
Rp. 6.000
......................................

Tgl...................................
Bendaharawan,
.......................................
NIP.
*) Format kuitansi ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan
DIPA Provinsi.

Format-4
PERJANJIAN KERJA SAMA
Nomor
Antara
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.............KABUPATEN/KOTA..........
DENGAN
KELOMPOK/LKD........................................
Tentang
PEMANFAATAN DANA BANTUAN SOSIAL UNTUK
KEGIATAN KAWASAN MANDIRI PANGAN

Pada hari ini,........tanggal...........bulan.......tahun dua ribu tiga belas


bertempat di Kantor...........Jalan.........., kami yang bertanda tangan di bawah
ini :
1. .................: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)..........................., dalam hal
ini bertindak untuk dan atas nama Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)...........DIPA Tahun Anggaran 2013 No..............tanggal........yang
berkedudukan di jalan................yang untuk selanjutnya disebut PIHAK
KESATU.
2. ...................: Ketua Kelompok..........................., dalam hal ini bertindak
sebagai
pengurus
LK
dan
atas
nama
kelompok
..........................................yang
berkedudukan
di
Desa/
kampung...............Kecamatan....................Kabupaten/Kota.........yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya disebut PARA PIHAK
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja sama yang
mengikat dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan
pemanfaatan Dana Bantuan Sosial untuk Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN
1. Keputusan Presiden No.....Tahun....., tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Pedoman/Petunjuk Teknis tentang Kegiatan............ Tahun Anggaran 2013
yang diterbitkan oleh Dirjen/Kepala Badan.................., Kementerian
Pertanian;
3. DIPA.........., Nomor :.............tanggal ........2013;
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :.......tanggal........, tentang Penyaluran
Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2013;
5. Surat Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas atau pejabat yang
ditunjuk....., Nomor......tanggal..........tentang Penetapan Kelompok.

Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud kerja sama adalah untuk memperkuat permodalan usaha
produktif kelompok Kawasan Mandiri Pangan.
2. Tujuan kerja sama adalah meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin
di Kawasan Mandiri Pangan.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Kerja sama :
1. Menyalurkan dana bantuan
pengembangan usaha produktif.

sosial

kepada

Kelompok/LK

untuk

2. Melakukan pembinaan untuk peningkatan kemampuan Kelompok/LK.


Pasal 4
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KESATU mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. Menyalurkan dana bantuan sosial kepada kelompok/Lembaga Keuangan
(LK) sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK);
b. Memberikan bimbingan teknis peningkatan kemampuan Kelompok /LK.
2. PIHAK KEDUA mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Menyusun RUK sesuai dengan kebutuhan kelompok;
b. Memanfaatkan dana bansos sesuai dengan RUK/RUB;
c. Mengembangkan tabungan anggota kelompok di LK minimal 5% dari
dana bantuan sosial yang diterima;
d. Membuat administrasi keuangan pengelolaan dana bantuan sosial;
e. Membuat laporan bulanan tentang perkembangan dana bantuan sosial.
Pasal 5
PENDANAAN
Sumber dan jumlah Dana Bantuan Sosial untuk Kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan yang diterima oleh PIHAK KEDUA adalah :
1. Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA).........Nomor :............tanggal.........
2. Jumlah
dana
yang
disepakati
Rp...................(dengan huruf).

kedua

belah

pihak

sebesar

Pasal 6
PEMBAYARAN
1. Pembayaran Dana Bantuan Sosial Usaha Produktif Kegiatan Kawasan
Mandiri Pangan dimaksud pada pasal 3 ayat (2) Surat Perjanjian Kerja
sama ini akan dilakukan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA
setelah perjanjian kerja sama ini ditandatangani, dilaksanakan melalui
Surat Perintah Membayar (SPM) yang disampaikan oleh KPA kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara................, dengan cara
pembayaran langsung ke rekening kelompok.........Desa/Kampung..............
Kecamatan...................................Kabupaten/Kota......................................
....pada Bank....................No. Rek :.........................
2. PIHAK KEDUA menyalurkan dana Bansos sebagaiamana ayat (1) sesuai
dengan RUK yang telah disusun dan diusulkan kepada PIHAK KESATU.
3. Dalam penyaluran dana Bansos sebagaimana ayat (2), PIHAK KEDUA tidak
diperbolehkan menarik jasa atau fee kepada kelompok.
Pasal 7
PEMANFAATAN
Ketentuan pemanfaatan meliputi :
1. Keanggotaan Kelompok afinitas berasal dari perwakilan kelompok, yang
terdiri dari Rumah Tangga Miskin (RTM).
2. Dana yang ada di rekening kelompok afinitas selanjutnya dikelola LK.
3. Pengurus LK berasal dari perwakilan sub-subkelompok afinitas yang
dikukuhkan oleh FKK dan tokoh masyarakat. Pengurus mempunyai
kemampuan untuk mengelola keuangan dan dipercaya oleh masyarakat.
Pengurus LK mengelola keuangan dari dana Bansos, tabungan, dan bentuk
bantuan lainnya yang akan dimanfaatkan untuk usaha produktif.
4. LK menyalurkan dana bantuan sosial kepada kelompok sesuai RUK yang
diusulkan dan telah direkomendasi oleh FKK dan Pendamping.
Pasal 8
JANGKA WAKTU
Kesepakatan ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak ditandatangani dan dapat
diperpanjang atau diakhiri atas persetujuan PARA PIHAK.
Pasal 9
MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerja sama dilakukan oleh PARA
PIHAK sekurang-kurangnya tiga (3) bulan sekali;
2. Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud Ayat (1) Pasal ini
menjadi
bahan
pertimbangan
PARA
PIHAK
untuk
perbaikan/penyempurnaan hal-hal yang belum atau tidak sesuai dengan
tujuan kerja sama ini.

Pasal 10
SANKSI
Apabila kelompok/LK tidak dapat mengelola dan memanfaatkan dana bantuan
sosial sesuai dengan pasal 2 dan pasal 4 ayat 2, maka PIHAK KESATU berhak
secara sepihak mencabut seluruh dana Bansos yang diterima kelompok yang
mengakibatkan surat perjanjian kerja sama batal.
Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila terjadi perbedaan dalam penafsiran dan/atau pelaksanaan kerja
sama ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat oleh PARA
PIHAK;
2. Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, maka
PARA PIHAK sepakat memilih domisili hukum yang tetap dan seumumnya
di kantor Pengadilan Negeri setempat.
Pasal 12
AKIBAT HUKUM
Apabila PIHAK KEDUA tidak memanfaatkan dana bansos sesuai dengan
RUK/RUB yang diusulkan kepada PIHAK KESATU, maka PIHAK KEDUA
bersedia mengembalikan seluruh dana yang diperoleh kepada PIHAK KESATU
dan menerima tanggung jawab hukum atas kesalahan atau kelalaian, sesuai
dengan proses hukum dari kantor Pengadilan Negeri setempat.
Pasal 13
FORCE MAJEURE
1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar
kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga tertundanya pelaksanaan kegiatan,
maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada
PPK/KPA dengan tembusan kepada Tim Teknis dalam waktu 4 X 24 jam
kepada PIHAK KESATU;
2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud Pasal 13 ayat 1 adalah :
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran
yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
KETENTUAN LAIN
1. Bea meterai yang timbul karena pembuatan surat perjanjian kerja sama ini
menjadi beban PIHAK KEDUA.
2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerja sama ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum
yang sama.
3. Perubahan atas surat perjanjian kerja sama ini tidak berlaku kecuali
terlebih dahulu harus dengan persetujuan kedua belah pihak.

Pasal 15
PENUTUP
Surat perjanjian kerja sama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa adanya paksaan dari manapun
dan dibuat rangkap 2 (dua) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA
Ketua Kelompok/LK

PIHAK PERTAMA
Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota.............

Meterai
Rp. 6.000
.......................................

NIP......................................

Format-5

BERITA ACARA
Paket Bansos Usaha Produktif SERAH TERIMA PENGELOLAAN PAKET
BANTUAN SOSIAL USAHA PRODUKTIF
..
Nomor : ..
.
Tanggal : ..
Pada hari initanggal.bulan..tahunkami yang bertandatangan
dibawah ini:
Nama
Jabatan
Alamat

Nama

:
: Pejabat
Pembuat
Komitmen...pada
Badan/Kantor/DinasKabupaten/Kota.
: , untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KESATU atau yang Menyerahkan Paket Bantuan Sosial Usaha
Produktif.
: .., untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
atau yang Menerima dan Mengelola Paket Bantuan Sosial Usaha
Produktif.

Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK KESATU telah menyerahkan Paket


Bantuan Sosial Usaha Produktif dengan baik berupa:
Paket Bansos Usaha Produktif : Rp.(dalam tulisan)
Lokasi berada di
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi

:
:
:
:

Selanjutnya PIHAK KESATU menyerahkan Paket Bantuan Sosial Usaha


Produktif untuk dilakukan pengelolaan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima paket bantuan tersebut di atas dalam keadaan baik dan
lengkap untuk dikelola dan dimanfaatkan sesuai peruntukannya serta
menyatakan sanggup melakukan pengembangan paket bantuan sosial untuk
usaha produktif tersebut.
Demikian Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Paket Bantuan Sosial Usaha
Produktif ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK KESATU
Yang Menyerahkan,

_______________
Pejabat Pembuat Komitmen

PIHAK KEDUA
Yang Menerima dan Mengelola,
Meterai
Rp. 6.000
______________
Kelompok/LK

Format-6

SURAT PERNYATAAN
Pada hari initanggal.bulan..tahun yang bertandatangan dibawah
ini:
Nama

: ........................................................ atau selaku ketua


kelompok/LK..........desa/kampung.................kecamatan..................
......kabupaten/kota.................................
Alamat : .....................................................................................................
Dengan ini menyatakan bahwa Saya akan memanfaatkan Paket Bantuan
Sosial untuk Usaha Produktif Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan sesuai
dengan RUK/RUB yang telah Saya diajukan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen Kabupaten/Kota....................
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, dan apabila dikemudian hari Surat Pernyataan ini
terbukti tidak benar, maka Saya bersedia mengembalikan seluruh dana yang
diterima dan dimintai pertanggungjawaban di muka pengadilan sesuai dengan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
............................. , ..........2013
Yang Membuat Pernyataan,
Meterai
Rp. 6.000
_______________
Ketua Kelompok/LK

LOKASI PELAKSANA KEGIATAN DESA MANDIRI PANGAN TAHUN 2006 S/D 2013
TAHUN 2006

TAHAP PERSIAPAN
250 Ds, 122 kab

Tota, 250 Desa,


122 kab
32
prov

TAHUN 2007

TAHAP PENUMBUHAN
250 ds.lama, 122 kab

TAHUN 2008

TAHUN 2009

TAHAP PENGEMBANGAN TAHAP KEMANDIRIAN


250 ds lama, 122 kab
250 ds lama, 122 kab

TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PENUMBUHAN
TAHAP PENGEMBANGAN
- 116 Ds baru, 58 kab baru 354 ds lama, 180 kab
354 ds lama, 180 kab
- 238 Ds baru, 122 kab lama
T : 354 desa, 180 kab
Total : 604 desa,
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PENUMBUHAN
180 kab,
32
41 ds baru,21 kab baru
221 desa lama,201 kab
prov
180 ds baru,180 kab lama
T : 221 desa, 201 kab
Total : 825 desa,
TAHAP PERSIAPAN
201 kab,
32 prov 148 ds baru, 74 kab baru
211 ds baru, 201 kab lama
T : 359 desa, 275 kab
Total : 1184 desa,
275 kab, 33 prov

TAHUN 2010

TAHUN 2011

GKP :
122 Ds Inti,
GKP :
363 Ds replikasi,
123 Ds Inti 369 replikasi
128 Ds proses kemandirian 5 ds proses Kemandirian
TAHAP KEMANDIRIAN
GKP
69 inti 207 replikasi
354 ds lama, 180 kab
285 proses kemandirian
TAHAP PENGEMBANGAN
221ds lama,201 kab

TAHAP PENUMBUHAN
359 ds lama,275 kab

TAHAP PERSIAPAN
214 ds baru, 106 kab baru
252 ds baru, 205 kab lama
363 ds replikasi ,110 kab
lama
T : 829 desa, 381 kab
Total : 1.885 desa,
381 kab, 33 prov
T: 2.013 desa

TAHUN 2012

Format-7
TAHUN 2013

GKP III:
122 Ds Inti,
363 Ds Replikasi
GKP II:
192 Ds Inti,
576 ds Replikasi

TAHAP KEMANDIRIAN
221ds lama, 201 kab

GKP I:
55 Ds Inti,
165 Ds Replikasi

EXIT STRATEGY
359 ds lama, 275 kab

TAHAP
PENGEMBANGAN
359 ds lama,275 kab

TAHAP KEMANDIRIAN
359 ds lama, 275 kab

TAHAP KEMANDIRIAN
466 desa reguler

TAHAP PENUMBUHAN
363 desa replikasi
466 desa reguler

TAHAP PENGEMBANGAN
363 desa replikasi
466 desa reguler

TAHAP PENGEMBANGAN
262 ds baru, 225 kab lama

T: 829 desa, 381 kab,


T: 829 desa, 381 kab
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PENUMBUHAN
TAHAP PENUMBUHAN
36 ds baru, 18 kab baru 36 ds baru, 18 kab baru
429 desa,
243 kab
226 ds baru, 225 kab lama
226 ds baru, 225 kab lama
576 Ds replikasi
110 576 Ds replikasi 110 kab
kab
T: 838 ds, 399 kab
T: 838 ds, 399 kab
Total :
2.439 TAHAP PERSIAPAN
0
desa,
22 ds baru, 11 kab baru
399 Kab,
33 prov
407 ds baru,
kab lama
T: 429 ds, kab
T: 2.851 desa
Total : 2.958 desa,
410 Kab,
33 prov
T: 3.280 desa

Total: 1.516 desa, 410 kab


33 provinsi

Anda mungkin juga menyukai