Anda di halaman 1dari 17

Tugas Guru Bahasa

Tugas utama guru bahasa adalah berusaha agar anak didik menjadi tuntas dalam
belajar bahasa. Tugas guru mengajarkan bahasa, bukan mengajarkan teori bahasa,
akan tetapi mengajarkan anak didik terampil dalam menggunakan bahasa.
Tugas guru bahasa dan tugas ahli bahasa memang berbeda untuk membedakannya
perhatikan dua skema berikut.
pekerjaan guru bahasa, yaitu mengajarkan bahasa tertentu. Untuk mengajarkan
bahasa tertentu, guru bahasa melaksanakannya melalui pengajaran pokok bahasan
tertentu. Untuk mengajarkan bahan itu, guru bahasa harus mempunyai wawasan
linguistic, dalam hal ini linguistik terapan. Berhubung banyak banyak teori
kebahasaan dalam teori linguistik, maka guru harus pandai memilih teori yang lebih
bermakna. Tujuan pekerjaan itu, yakni anak didik menjadi tuntas dalam belajar
bahasa.
Stevick (1982) berpendapat bahwa tugas guru bahasa meliputi tiga hal, yaitu
mengembangkan kompetensi komunikasi, mengembangkan kompetensi linguistik,
mengembangkan kompetensi personal. Howard dalam James (1981) menguraikan
kriteria guru bahasa sebagai berikut;
a) Menguasai semua metode mengajarkan bahasa dan dapat menerapkan metode
itu dalam proses belajar mengajar,
b) Menguasai bahan yang akan dan sedang diajarkan,
c) Melaksanakan semua kegiatan sekolah, misalnya melaksanakan ujian,
d) Menguasai semua jenis dan prosedur penilaian,
e) Menguasai semua tipe latihan berbahasa,
f) Menguasai pengelolaan kelas, misalnya dapat mengatasi keributan,
g) Menguasai teknik pengajaran individual,
h) Dapat menentukan dan menguasai silabi pelajaran,
i) Dapat memanfaatkan media pengajaran,
j) Menguasai tujuan pengajaran dan aktivitas untuk mencapai tujuan itu,
k) Menguasai teknik-teknik pendidikan.

Beberapa Segi Tata Bahasa Pendidikan


5.1 Konsep Tata Bahasa Pendidikan
Chaer, dkk (1988: 11-12) menyatakan bahwa tata bahasa pendidikan tidak bersifat deskriptif,
melainkan bersifat menunjukkan. Artinya, tata bahasa pendidikan tidak menerangkan bagaimana
struktur atau perikeadaan suatu bahasa, melainkan menunjukkan bagaimana cara menggunakan
bahasa itu berkenaan dengan struktur keadaan bahasa itu.
5.2 Ciri-Ciri Tata Bahasa Pendidikan
Ciri-ciri tata bahasa pendidikan menurut Chaer, dkk (1988: 11-12), yaitu sebagai
berikut.
a) Menunjukkan bagaimana menggunakan unsur-unsur ketatabahasaan dalam rangka memperoleh
kemampuan berbahasa, baik secara lisan maupun tulis.
b) Menjadi sumber untuk menyajikan bahan pengajaran bahasa indonesia, baik untuk SD, SMP, dan
SMA.
c) Berusaha memberikan sumbangan dalam pengajaran bahasa terutama berkenaan dengan pola-pola
kebahasaan.
d) Digunakan istilah dengan urutan kriteria yang telah ada, dikenal umum, lazim digunakan oleh ahli
bahasa indonesia dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
e) Rumusan kaidah dibuat sederhana dan semudah mungkin yang sifatnya bukan memerikan
melainkan menunjukkan penggunaannya.
f) Kaidah-kaidah dirumuskan berdasarkan bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa.
g) Setiap kaidah perlu diberi saran pada jenjang atau peringkat mana kaidah tersebut sebaiknya
diberikan.
5.3 Tata Bahasa Pendidikan dan Kegiatan Guru
Guru memiliki peranan yang sangat penting di dalam penerapan tata bahasa pendidikan. Tujuan dari
kegiatan ini yaitu agar peserta didik tuntas dalam berbahasa.
Jika digambarkan tampak sebagai berikut:
Guru Bahasa Bahan Si Terdidik
Tuntas Berbahasa
Teori Linguistik
Bahan Pengajaran Bahasa
Kompetensi
Tenaga
Kependidikan
Teori Kependidikan
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa tugas utama guru yaitu agar peserta didik segera
tuntas berbahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut, 50

seorang guru harus memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebagai seorang tenaga kependidikan
bahasa. Ia harus membentengi dirinya dengan teori linguistik dan teori kependidikan, dan bahan
pengajaran bahasa yang diberikannya harus sesuai dengan prinsip-prinsip linguistik dan
kependidikan.
5.4 Landasan Pengoperasian Tata Bahasa Pendidikan
Agar bahasa pendidikan dapat dilaksanakan secara baik diperlukan beberapa landasan pengoperasian
yang sebaiknya dimiliki setiap guru bahasa. Landasan tersebut adalah (i) pemahaman dan penerapan
teori linguistik, (ii) memahami dan dapat menerapkan teori kependidikan yang terkait, (iii)
memahami dan dapat menerapkan sub disiplin linguistik yang berkaitan dengan pengajaran bahasa,
misalnya psikolinguistik, sosiolinguistik, dan (iv) menguasai kaidah bahasa yang diajarkan.
5.5 Penerapan Tata Bahasa Pendidikan dalam Bahasa Indonesia
Adapun penerapan tata bahasa pendidikan dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
a) Penerapan dalam Fonologi
Bahan yang diajarkan dalam bidang fonologi biasanya berkaitan dengan fonem dan ejaan. Dalam hal
ini yang berkaitan dengan fonem adalah pelafalan. Persoalannya adalah bagaimana melafalkan
fonem itu secara benar. Chaer (1988; 11) merumuskan, misal untuk vocal /a/. Vokal /a/ dilafalkan
dengan cara menarik lidah ke belakang dan ke bawah, disertai dengan menghembuskan udara ke luar,
sedangkan mulut dibuka lebar-lebar membundar. Lafal vokal /a/ akan: (i) menjadi agak panjang
apabila berada pada suku kata terbuka, misalnya pada kata-kata ser-ta, lu-pa, dan sorga. (ii) menjadi
agak singkat apabila berada pada suku kata tertutup, misalnya pada kata-kata: de-pan, be-sar, ti-mah,
dan hi-tam. (iii) mendapat bunyi hamzah apabila berada pada suku terbuka yang diikuti oleh suku
yang lain yang mulai dengan vokal /a/ juga, misalnya dalam kata ma-af, sa-at, dan ta-at.
Rumusan yang telah dikemukakan di atas adalah rumusan yang dikaitkan dengan pelafalan. Rumusan
lain yang bersifat umum, yaitu vokal /a/ adalah vokal yang ketika dihasilkan oleh alat bicara tidak
mengalami hambatan. Vokal ini 51

terdapat di awal, tengah, dan akhir kata, misalnya kata a-da, a-dik, da-tang, ta-hap, ka-ta, dan durha-ka. Hal lain yang berhubungan dengan fonologi adalah ejaan. Ejaan sendiri adalah kaidah
penyalinan bahasa lisan ke dalam bahasa tertulis. Selain berisi kaidah itu, ejaan juga memuat tanda
baca yang lazim digunakan di dalam bahasa.
b) Penerapan dalam Morfologi
Morfologi berhubungan dengan tata bentuk. Wilayah kajian morfologi adalah yang terkecil dari
morfem, dan yang paling besar adalah kata. Untuk menerapkan tata bahasa pendidikan dalam bidang
morfologi, kita perlu mengkaji rumusan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang dikemukakan
dalam kurikulum. Adapun tujuan khusus dari pengajaran ini adalah (i) menyebutkan dua ciri kata
benda (rumusan untuk domain kognitif, jenjang pengetahuan), (ii) menyusun tiga kalimat yang
mengandung kata benda (rumusan untuk domain kognitif, jenjang sintesa), (iii) menyimpulakan kata
benda yang terdapat di dalam wacana yang disediakan (rumusan untuk domain kognitif, jenjang
evaluasi).
Berdasarkan rumusan di atas, pokok bahasan yang dibahas adalah kata benda. Uraian dapat
dilanjutkan pula dengan pemberian ciri kata benda, kata benda tersebut dapat dikenali bentuknya. Hal
itu dapat dilihat pada contoh sebagai berikut.
- Awalan pe- misalnya pekerja, petinju
- Akhiran an, misalnya minuman, tulisan
- Akhiran punya-, misalnya rumahmu, kotornya
- Gabungan pe-/-an misalnya pendaratan
- Kombinasi ke-/-an misalnya kedatangan
- Gabungan per-/-an misalnya pertambangan
c) Penerapan dalam Sintaksis
Sintaksis mempersoalkan, antara lain bagaimana membangun sebuah kalimat yang gramatikal.
Cakupannya adalah frase, klausa, dan kalimat. Persoalan sintaksin ini masih termasuk pokok bahasan
struktur di dalam kurikulum SMP dan SMA. Hal yang berkaitan dengan tata bahasa pendidikan
dalam persoalan 52

sintaksis, yakni bagaimanakah rumusan frase, klausa, dan kalimat sehingga peserta didik dengan
mudah dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan pembentukan kalimat, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai, yaitu (i) unsur
pementing kalimat, (ii) koherensi (iii) gramatikal, (iv) diksi (v) penalaran, dan (vi) logika dalam
kalimat. Unsur pementing kalimat mengacu pada upaya penandaan dalam kalimat suatu unsur yang
kita pentingkan. Maksudnya, kita menginginkan agar pendengar dan pembaca memusatkan
perhatiannya pada kata, urutan kata atau bagian kalimat yang kita pentingkan. Untuk menunjukkan
unsur pementing kalimat dapat diupayakan dengan (i) intonasi, (ii) partikel (-lah, -tah, -kah, -pun),
(iii) kata keterangan, (iv) pantangan makna, (v) pemindahan bagian kalimat, (vi) mengubah struktur
kalimat.
d) Penerapan dalam Semantik
Semantik membicarakan makna, baik makna leksikal maupun gramatikal. Disamping makna ini,
terdapat pula makna afektif, denotatif, deskriptif, ekstensi, emotif, gereflekter, idesional, intensi,
kiasan, kognitif, kolokasi, konotatif, konseptual, luas, piktorial, proporsional, pusat, refrensial,
sempit, stilistika, dan makna tematis.
.

4. 6 Pengajaran Bahasa
Ahli bahasa adalah guru dan/atau pelatih bagi para guru bahasa. Ahli
bahasa dapat menentukan secara ilmiah kata-kata apa saja yang perlu
diajarkan bagi pelajar bahasa tingkat dasar. Para pelajar hanya langsung
mempelajari kata-kata tersebut tanpa harus mengetahui bagaimana katakata tersebut disusun.

tata bahasa pendidikan dilatarbelakangi adanya kebutuhan model tata bahasa yang dapat
diterapkan untuk kepentingan pengajaran. Penelitian bahasa yang menghasilkan deskripsi kaidah
suatu bahasa tak berpretensi semata-mata digunakan sebagai sarana membantu mengajar bahasa.
Tata bahasa deskriptif ini harus diolah sampai memenuhi syarat pedagogis dan menjadi tata bahasa
pendidikan.
Ditinjau dari segi praktis, tata bahasa pendidikan ini dilatarbelakangi oleh fakta-fakta sebagai
berikut.
1. Guru bahasa perlu bantuan sebuah tata bahas pendidikan yang tepat dan berdaya
guna untuk kepentingan lancarnya pengajaran bahasa dan keberhasilannya.
2. pembelajar bahasa tidak membutuhkan pengetahuan tentang tata bahasa, tetapi yang
mereka butuhkan adalah dapat berbahasa secara nyata dalam bahasa kedua yang
diinginkannya.
3. pengajaran tata bahasa ilmiah sebagai bahan ajar tersendiri tidak lagi relevan dengan
pengajaran bahasa moderen (integratif). Penyajian kaidah tata bahasa ilmiah
sebaiknya hanya diberikan pada calon ahli bahasa atau calon guru bahasa.
4. Karakteristik dan tujuan setiap pembelajar bahasa, mempunyai pengaruh terhadap
persiapan rancangan desain pengajaran ( waktu, karakteristik siswa, dsb.).

Hakikat Tata Bahasa Pendidikan


Tata bahasa pendidikan adalah model tata bahasa yang dirancang untuk kepentingan pengajaran
bahasa. Tata bahasa disusun untuk membantu memperlancar kemahiran berbahasa siswa pada
bahasa yang sedang dipelajari, dan menjadi pegangan guru dalam menyajikan pelajarannya.
Adapun sumber penulisannya adalah tata bahasa deskriptif (ilmiah) yaitu tata bahasa sebagai hasil
kajian linguistik,dan bahan mendukung keterampilan bahasa.
Secara teknis, tata bahasa pendidikan adalah seperangkat materi pengajaran bahasa yang sudah
dipilih dari satu atau lebih sumber tata bahasa deskriptif dan atasa hasil pertimbangan psikologi dan
sosiologi bahasa dan belajar bahasa, yang digunakan sebagai dasar pengajaran bahasa.
Tata bahasa pendidikan bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seperangkat materi pengajaran
bahasa Indonesia yang sudah terseleksi dari satu atau lebih sumber tata bahasa deskriptif bahasa
Indonesia, yang digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa Indonesia.

Seperangkat materi pengajaran ini dikemas dalam bentuk buku yang tidak hanya melulu berisi
pengajaran struktur tetapi kaidah bahasa itu sudah dimasukkan dalam sebuah sistem materi
pengajaran bahasa, dan diintegrasikan dengan keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.
Secara umum tujuan penyusunan tata bahasa pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Membantu siswa memahami aturan-aturan tata bahasa suatu bahasa sehingga
memperlancar kemahiran berbahasanya.
2. Membantu guru bahasa menyajikan bahan pelajaran secara lebih sederhana sehingga
memnuhi syarat pedagogis. Buku pelajaran yang dipegan oleh guru adalah media belajar.
3. Membantu memperkaya variasi tata bahasa pendidikan, sehingga keberadaanya memenuhi
tuntutan setiap program pengajaran bahasa yang khusus. Sebab tata bahasa pendidikan
pemanfaatannya hanya khusus pada lembaga pengajaran bahasa yang dirujuknya.

Manfaat Tata Bahasa Pendidikan

1. Tata Bahasa Pendidikan Sebagai Alat Bantu Siswa Belajar Berbahasa


Maksudnya bahwa tata bahasa pendidikan yang disusun dan dikemas sedemikian rupa
sehingga materi yang disajikan dalam buku adalah materi yang membantu siswa belajar
bahasa. Isi tata bahasa pendidikan yang demikian umumnya dalam bentuk materi pelajaran
yang sudah terkemas dalam satu paket bahan pelajaran yang tersusun dari unsur-unsur tata
bahasa, wacana atau percakapan, kosa kata, keterampilan berbahasa dan yang disertai
dengan latihan-latihan yang cukup.
Umumnya buku tata bahasa pendidikan ini terintegrasi menjadi buku pelajaran bahasa, buku
teks, buku paket, atau LKS (Lembar Kegiatan Siswa).
2. Tata Bahasa Pendidikan Sebagai Alat Bantu Guru Mengajarkan Bahasa.
Dalam fungsinya yang demikian, buku tata bahasa pendidikan adalah buku pegangan guru
bahasa untuk mengajar. Oleh karena itu, isinya adalah kaidah-kaidah bahasa yang bersifat
normatif. Jika penggunaannya terpisah dengan buku latihan untuk siswa, maka umumnya
tidak disertai dengan bahan latihan-latihan. Jadi sifatnya hanya panduan untuk guru atau
tutor bahasa.

Manfaat Tata Bahasa Pendidikan


3. Tata Bahasa Pendidikan Sebagai Dasar Penyusunan Program Pengajaran Bahasa
Fungsi ini sebenarnya dekat dengan fungsi tata bahasa pendidikan sebagai landasan
penyusunan buku teks dan buku latihan. Hanya saja dalam konteks ini tata bahasa
pendidikan yang disusun diproyeksikan untuk dasar penyusunan program
pengajaran bahasa di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan bahasa. Misalnya untuk
membantu guru dalam butir-butir mana dari kaidah bahasa yang benar-benar relevan dengan
lembaga yang diasuhnya.
Jika sebuah lembaga pendidikan bahasa didirikan untuk membantu seseorang yang akan
pergi pergi keluar negeri untuk waktu yang sebentar saja, tentu pilihan butir-butir materinya
akan berbeda dengan lembaga pendidikan yang yang didirikan untuk mempersiapkan
seseorang studi ke luar negeri dalam waktu yang lama di lingkungan masyarakat penutur
bahasa asli.
Dalam hal yang lebih spesifik misalnya program pengajaran bahasa disusun sesuai tingkatan
kelas pengajaran di sekolah dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Konsep Tata Bahasa Pendidikan


Chaer dkk (dalam Pateda, 1991:158) menyatakan tata bahasa pendidikan tidak bersifat deskriptif.
Tata bahasa pendidikan tidak menerangkan bagaimana struktur atau perikeadaan suatu bahasa,
melainkan menunjukkan bagaimana cara menggunakan bahasa itu berkenaan dengan struktur atau
perikeadaan bahasa itu.
2) Ciri-ciri Tata Bahasa Pendidikan
Ciri yang dikemukakan di sini adalah ciri tata bahasa pendidikan yang berorientasi ke bahasa
Indonesia, yakni :
a)

Menunjukkan bagaimana menggunakan unsur-unsur kebahasaan dalam rangka

menperoleh kemampuan berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.


b)

Menjadi sumber untuk menyajikan bahan pengajaran bahasa Indonesia disetiap jenjang

pendidikan.
c)

Berusaha memberikan sumbangan dalam pengajaran bahasa terutama yang berkenaan

dengan pola-pola kebahasaan.


d)

Digunakan istilah dengan urutan kriteria yang telah ada, dikenal umum, lazim digunakan

oleh ahli bahasa Indonesia dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
e)

Rumusan kaidah dibuat sederhana dan semudah mungkin yang sifatnya bukan

memerikan melainkan menunjukkan penggunaannya.


f)

Kaidah dirumuskan berdasarkan bahaa yang digunakan oleh pemakai bahasa.

g)

Setiap kaidah perlu diberi saran pada jenjang atau peringkat mana kaidah tersebut

sebaiknya diberikan.
3) Tata Bahasa Pendidikan dan Kegiatan Guru
Untuk menerapkan tata bahasa pendididkan, peranan guru sangat penting dalam
pelaksanaannya, guru harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Kegiatan guru ini
bertujuan agar si terdidik tuntas berbahasa. Pentingnya peranan guru dalam merancang
kegiatan pembelajaran yang mengarahkan agar peserta didik segera tuntas berbahasa
tampak pada gambar berikut ini.

4) Landasan Pengoperasian Tata Bahasa Pendidikan


Terdapat beberapa landasan pengoperasian yang sebaiknya dimiliki oleh setiap guru bahasa
di antaranya:
(1) Pemahaman dan penerapan teori linguistik;
(2) Memahami dan dapat menerapkan teori kependidikan yang terkait;
(3) Memahami dan dapat menerapkan subdisiplin linguistik yang berkaitan dengan
pengajaran bahasa, misalnya sosiolinguistik, psikolinguistik; dan
(4) Menguasai kaidah bahasa yang diajarkan.
Keempat landasan ini harus memadu dalam kepribadian seorang guru bahasa dan yang akan
disajikannya dalam proses belajar-mengajar di kelas. Pemahaman dan penerapan teori
linguistik mengacu kepada pemahaman guru bahasa terhadap teori linguistik, baik yang
berhubungan dengan teori yang didasarkan atas tatarannya maupun teori yang berhubungan
dengan aliran dan model teori linguistik yang dikemukakan oleh pakar.

5) Penerapan Tata Bahasa Pendidikan dalam Bahasa Indonesia


Berikut ini dikemukakan penerapan tata bahasa pendidikan dalam bidang fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.
a. Penerapan dalam Fonologi
Bahan yang diajarkan dalam bidang fonem terkait dengan pelafalan dan ejaan. Persoalan
yang ada di sini adalah bagaimana cara guru merumuskan aturan fonem bahasa Indonesia
agar dapat dipahami oleh si terdidik sehingga dapat menolong si terdidik ketika
menggunakan bahasa dalam kegiatan sehari-hari.
Chaer (dalam Pateda, 1991:163) merumuskan, misalnya untuk vokal /a/ dilafalkan dengan
cara menarik lidah ke belakang dan ke bawah, disertai dengan menghembuskan udara ke
luar dan mulut dibuka lebar-lebar membundar. Agar si terdidik lebih memahami rumusan
tersebut, perlu diberikan contoh dalam bentuk kata yang kemudian digunakan dalam kalimat.
Hal lain yang berkaitan dengan fonologi adalah ejaan. Ejaan adalah kaidah penyalinan
bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Selain berisi kaidah, ejaan juga memuat tanda baca yang
lazim digunakan dalam berbahasa. Latihan mengenai ejaan ini dapat diberikan contohnya
dengan menerapkannya dalam menulis surat, baik surat resmi maupun surat pribadi.

b. Penerapan dalam Morfologi


Morfologi berhubungan dengan tata bentuk, wilayah kajiannya mulai dari yang terkecil
seperti morfem dan yang terbesar adalah kata. Untuk menerapkannya kita memerlukan pokok
bahasan dan subpokok bahasan yang telah digariskan dalam kurikulum. Lalu uraian lebih
lanjut dapat dengan mengklasifikasikan kata ke dalam bentuknya disertai dengan penjelasan
kaidah penggunaannya.
Salah satu contoh penerapan dalam morfologi adalah pada pokok bahasan mengenai kata
benda. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pemberian ciri kata benda kemudian dapat
dilanjutkan dengan jalan mengklasifikasikan kata benda tersebut. Lalu pembelajaran dapat
dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang kata benda disertai kaidah
penggunaannya.

c. Penerapan dalam Sintaksis


Sintaksis mempersoalkan antara lain bagaimana membangun sebuah kalimat gramatikal.
Cakupannya adalah frase, klausa, dan kalimat. Hal yang berkaitan dengan tata bahasa
pendidikan dalam persoalan sintaksis yakni bagaimana rumusan mengenai cakupannya
dapat dipahami dan diterapkan oleh si terdidik dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh penerapan dalam sintaksis adalah saat pembelajaran mengenai kalimat
berita. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran kalimat berita ini dapat
dilakukan dengan menyampaikan tujuan khusus pembelajaran, menyampaikan hakikat
kaliamat berita dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kalimat berita.
d. Penerapan dalam Semantik
Semantik membicarakan makna, baik makna gramatikal maupun leksikal, untuk
merumuskannya maka sumber utama yang digunakan adalah kamus. Untuk merumuskan
makna kata dapat dipakai beberapa cara:
a. menggunakan asosiasi kata
b. konsep makna kata itu digambar
c. menempatkan kata dalam kalimat
d. menterjemahkaan ke dalam bahasa yang diketahui si terdidik
e. membuat kata lain yang berasal dari morfem dasarnya

f. latihan
g. mencari sinonim
h. mencari antonim
i. memerikan kata berdasarkan komponen yang terdapat dalam konsep kata
itu.

https://undiksha.academia.edu/MasDewantara/Posts

F. Beberapa Segi Tata Bahasa Pendidikan


1) Konsep Tata Bahasa Pendidikan
Chaer dkk (dalam Pateda, 1991:158) menyatakan tata bahasa
pendidikan tidak bersifat deskriptif. Tata bahasa pendidikan tidak
menerangkan bagaimana struktur atau perikeadaan suatu bahasa,
melainkan menunjukkan bagaimana cara menggunakan bahasa itu
berkenaan dengan struktur atau perikeadaan bahasa itu.
2) Ciri-ciri Tata Bahasa Pendidikan
Ciri yang dikemukakan di sini adalah ciri tata bahasa pendidikan
yang berorientasi ke bahasa Indonesia, yakni :
a) Menunjukkan bagaimana menggunakan unsur-unsur kebahasaan
dalam rangka menperoleh kemampuan berbahasa, baik secara lisan
maupun tertulis.
b) Menjadi

sumber

untuk

menyajikan

bahan

pengajaran

bahasa

dalam

pengajaran

bahasa

Indonesia disetiap jenjang pendidikan.


c) Berusaha

memberikan

sumbangan

terutama yang berkenaan dengan pola-pola kebahasaan.

d) Digunakan istilah dengan urutan kriteria yang telah ada, dikenal


umum, lazim digunakan oleh ahli bahasa Indonesia dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
e) Rumusan kaidah dibuat sederhana dan semudah mungkin yang
sifatnya bukan memerikan melainkan menunjukkan penggunaannya.
f) Kaidah

dirumuskan

berdasarkan

bahaa

yang

digunakan

oleh

pemakai bahasa.
g) Setiap kaidah perlu diberi saran pada jenjang atau peringkat mana
kaidah tersebut sebaiknya diberikan.
3) Tata Bahasa Pendidikan dan Kegiatan Guru
Untuk menerapkan tata bahasa pendididkan, peranan guru sangat
penting dalam pelaksanaannya, guru harus berpedoman pada kurikulum
yang berlaku. Kegiatan guru ini bertujuan agar si terdidik tuntas
berbahasa. Pentingnya peranan guru dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang mengarahkan agar peserta didik segera tuntas
berbahasa tampak pada gambar berikut ini.

Guru Bahasa

Bahan

Si Terdidik

Teori Linguistik
Kompetensi tenaga kependidikan

Bahan Pengajaran Bahasa

Tuntas berbahasa

Teori Kependidikan

Gambar 1. Peran penting guru dalam menciptakan siswa tuntas belajar

4) Landasan Pengoperasian Tata Bahasa Pendidikan


Terdapat beberapa landasan pengoperasian yang sebaiknya dimiliki
oleh setiap guru bahasa di antaranya:
(1)Pemahaman dan penerapan teori linguistik;
(2)Memahami dan dapat menerapkan teori kependidikan yang terkait;
(3)Memahami
berkaitan

dan

dapat

dengan

menerapkan

pengajaran

subdisiplin

bahasa,

misalnya

linguistik

yang

sosiolinguistik,

psikolinguistik; dan
(4)Menguasai kaidah bahasa yang diajarkan.
Keempat landasan ini harus memadu dalam kepribadian seorang
guru bahasa dan yang akan disajikannya dalam proses belajar-mengajar di
kelas. Pemahaman dan penerapan teori linguistik mengacu kepada
pemahaman guru bahasa terhadap teori linguistik, baik yang
berhubungan dengan teori yang didasarkan atas tatarannya maupun teori
yang berhubungan dengan aliran dan model teori linguistik yang
dikemukakan oleh pakar.

5) Penerapan Tata Bahasa Pendidikan dalam Bahasa Indonesia


Berikut ini dikemukakan penerapan tata bahasa pendidikan dalam
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
a. Penerapan dalam Fonologi
Bahan yang diajarkan dalam bidang fonem terkait dengan pelafalan
dan ejaan. Persoalan yang ada di sini adalah bagaimana cara guru
merumuskan aturan fonem bahasa Indonesia agar dapat dipahami oleh si
terdidik sehingga dapat menolong si terdidik ketika menggunakan bahasa
dalam kegiatan sehari-hari.
Chaer (dalam Pateda, 1991:163) merumuskan, misalnya untuk
vokal /a/ dilafalkan dengan cara menarik lidah ke belakang dan ke bawah,
disertai dengan menghembuskan udara ke luar dan mulut dibuka lebarlebar membundar. Agar si terdidik lebih memahami rumusan tersebut,
perlu diberikan contoh dalam bentuk kata yang kemudian digunakan
dalam kalimat.
Hal lain yang berkaitan dengan fonologi adalah ejaan. Ejaan adalah
kaidah penyalinan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Selain berisi
kaidah, ejaan juga memuat tanda baca yang lazim digunakan dalam
berbahasa. Latihan mengenai ejaan ini dapat diberikan contohnya dengan

menerapkannya dalam menulis surat, baik surat resmi maupun surat


pribadi.
b. Penerapan dalam Morfologi
Morfologi berhubungan dengan tata bentuk, wilayah kajiannya mulai
dari yang terkecil seperti morfem dan yang terbesar adalah kata. Untuk
menerapkannya kita memerlukan pokok bahasan dan subpokok bahasan
yang telah digariskan dalam kurikulum. Lalu uraian lebih lanjut dapat
dengan mengklasifikasikan kata ke dalam bentuknya disertai dengan
penjelasan kaidah penggunaannya.
Salah satu contoh penerapan dalam morfologi adalah pada pokok
bahasan mengenai kata benda. Pembelajaran dapat dilakukan dengan
pemberian ciri kata benda kemudian dapat dilanjutkan dengan jalan
mengklasifikasikan kata benda tersebut. Lalu pembelajaran dapat
dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang kata benda disertai
kaidah penggunaannya.

c. Penerapan dalam Sintaksis


Sintaksis mempersoalkan antara lain bagaimana membangun
sebuah kalimat gramatikal. Cakupannya adalah frase, klausa, dan kalimat.
Hal yang berkaitan dengan tata bahasa pendidikan dalam persoalan
sintaksis yakni bagaimana rumusan mengenai cakupannya dapat dipahami
dan diterapkan oleh si terdidik dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh penerapan dalam sintaksis adalah saat
pembelajaran mengenai kalimat berita. Kegiatan yang dapat dilakukan
guru dalam pembelajaran kalimat berita ini dapat dilakukan dengan
menyampaikan tujuan khusus pembelajaran, menyampaikan hakikat
kaliamat berita dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
kalimat berita.
d. Penerapan dalam Semantik
Semantik membicarakan makna, baik makna gramatikal maupun
leksikal, untuk merumuskannya maka sumber utama yang digunakan
adalah kamus. Untuk merumuskan makna kata dapat dipakai beberapa
cara:
a. menggunakan asosiasi kata

b. konsep makna kata itu digambar


c. menempatkan kata dalam kalimat
d. menterjemahkaan ke dalam bahasa yang diketahui si terdidik
e. membuat kata lain yang berasal dari morfem dasarnya
f. latihan
g. mencari sinonim
h. mencari antonim
i. memerikan kata berdasarkan komponen yang terdapat dalam konsep
kata itu.

Tata bahasa pendidikan merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar


bahasa, baik yang dipandu oleh guru atau instruktur dalam lembaga
pendidikan bahasa maupun yang tidak. Kehadiran tata bahasa pendidikan
merupakan hasil rekayasa yang dimaksudkan untuk mempercepat dan
memperlancar proses penguasaan suatu bahasa. Artinya, penguasaan
bahasa yang tidak hanya sekadar berupa kesanggupan untuk
mengungkapkan pikiran dalam bentuk lisan dan tulisan, tetapi juga
kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajari dalam berbagai
kepentingan.
tata bahasa pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan penutur
untuk memahami dan memproduksi ujaran (Saporta, 1975:265).
Perbedaan lebih lanjut dan rinci diuraikan oleh Pablo E. Natividad
(1981:124).

Tujuan penulisan tata bahasa pendidikan adalah menciptakan alat bantu


belajar berbahasa agar proses penguasaan bahasa sasaran berjalan
dengan mudah. Tata bahasa ini berkenaan dengan bagaimana cara
membantu siswa agar ia dapat memahami dan memproduksi ujaran dalam
bahasa yang dipelajari.
keilmuan liguistik.
Sedangkan tata bahasa pendidikan , karena variabel pemakainya sangat
kompleks dan beragam, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, wajar
jika ruang lingkup pemakaian tata bahasa pendidikan menunjukkan
segmen pemakai yang sangat beragam pula.
III. Ciri Khas Tata Bahasa Pendidikan
Ciri khas atau karakteristik tata bahasa pendidikan dapat dilihat dari segi
internal tata bahasa tersebut dan dari segi keterkaitannya dengan para
pemakai tata bahasa ini. Ciri khas internal tata bahasa pendidikan
ditentukan oleh isi dan struktur pengorganisasiannya. Cakupan ini berarti
unsur-unsur bahasa dan aspek-aspek kegiatan berbahasa mana yang
dituangkan dalam tata bahasa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai