Anda di halaman 1dari 12

2.1.

1 Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di
daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, di
bungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum atau di
luar rongga peritoneum. (Nursalam,2009)
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri
karena hubungannya dengan hati. Setiap ginjal memiliki panjang
sekitar 10 cm, lebar 6,5 cm dan tebal sekitar 3 cm. Setiap ginjal
memiliki berat 100g, kecil apabila dibandingkan dengan masa
tubuh total, tetapi menerima sekitar 25% dari curah jantung.
Pasokan darah ginjal berasal dari aorta melalui arteri renalis dan
kembali ke vena cava inferior melalui vena renalis. Tiap-tiap ginjal
terbungkus oleh kapsul fibrosa dan memiliki dua lapisan berbeda,
yaitu korteks yang coklat kemerahan, yang mendapat banyak
darah, dan medulla di bagian dalam, yaitu ditemukannyasatuan
fungsional ginjal, yaitu nefron. (Jane, 2006)
Dalam ginjal terdapat nefron dan pembuluh arteri yang
menunjang ginjal dalam bekerja. Berikut penjelasannya :
Nefron
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang
merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar
1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron di mulai sebagai
berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang
tertanam dalam ujung atas yang lebar pada urin nefrus atau
nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok kelok dan
sebagian lurus. Bagian pertama berkelok kelok dan sesudah
terdapat sebuah simpah yang di sebut simpai henle.
Kemudian, tubulus itu berkelok kelok lagi, di sebut kelokan
ke dua atau tubulus distal, yang bersambung dengan

tubulus penampung yang berjalan melintasi korteks dan

medulla, lalu berakhir di salah satu piramidalis.


Pembuluh Arteri
Arteri renalis membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting
di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masingmasing membentuk simpul dari kapiler-kapil er di dalam
salah satu badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen
membawa darah dari glomerulus kemudian di bagi ke dalam
jaringan peritubular kapiler. Kapiler ini menyuplai tubulus
dan menerima materi yang direabsorbsi oleh struktur
tubular. Pembuluh eferen menjadi arteriola eferen yang
bercabang-cabang membentuk jaringan kapiler disekeliling
tubulus uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena
renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena cava
inferior. Kapiler arteriola eferen lainnya membentuk vasa
vecta yang berperan dalam mekanisme konsentrasi ginjal.
(Nursalam, 2009)

Ginjal Sebagai alat vital manusia memiliki beberapa fungsi


diantaranya yaitu :
1. Mengeksresikan sebagian terbesar produk akhir metabolism
tubuh ( sisa metabolism dan obat-obatan)
2. Mengontrol sekresi hormone-hormon aldosteron dan ADH
dalam mengatur jumlah cairan tubuh.
3. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
4. Menghasilkan beberapa hormon antara lain :
Eritropoetin yang berfungsi sebagai pembentukan sel darah merah
Renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah serta
hormone prostaglandin. (Setiadi, 2007)

5. Glukoneogenesis atau pembentukan glukosa dari asam amino


dan prekursor lain. (Elly, 2011)
2.1.2 Ureter
Ureter adalah saluran yang menyalurkan urine dari ginjal ke
kandung kemih. Panjangnya sekitar 23-30 cm dengan diameter
sekitar 3 mm. Ureter terhubung dengan pelvis renal yang
berbentuk corong. Bagian bawah ureter terhubung dengan
rongga abdomen di belakang peritoneum yang berada di depan
otot psoas menuju rongga pelvis, dan terletak obliq di dinding
posterior kandung kemih. Karena susunan ini, saat urin
terakumulasi dan tekanan kandung kemih meningkat, ureter
tertekan dan pintunya tersumbat. Hal ini mencegah refluks
urine ke ureter ( menuju ginjal) ketika kandung kemih terisi dan
saat berkemih (mikturisi), serta saat tekanan meningkat karena
kontraksi otot kadung kemih.
Ureter terdiri atas tiga lapisan jaringan.
1. Lapisan luar adalah jaringan fibrosa yang bersambung
dengan kapsul fibrosa ginjal.
2. Lapisan tengah adalah lapisan otot yang terdiri atas serat
otot polos yang menyatu dan membentuk unit fungsional
yng berbentuk spiral mengitari ureter, sebagian berputar
searah jarum jam dan sebagian lagi berputar berlawanan
arah dengan jarum jam serta lapisan longitudinal luar
tambahan.
3. Lapisan dalam adalah mukosa, yang terdiri atas epithelium
transisional.
Fungsi Ureter :
Ureter merupakan saluran yang berfungsi mendorong urine
dari ginjal ke kandung kemih melalui kontraksi peristalsis
lapisan otot polos. Peristaltis berasal dari suatu pemacu

yang ada di kaliks minor. Gelombang peristalsis terjadi


beberapa kali per menit, dimana frekuensinya meningkat
seiring volume urine yang diproduksi, dan mengantarkan
semburan kecil urine ke kandung kemih. (Elly, 2011)
2.1.3 Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
halus. Kandung kemih berada di rongga pelvis dimana ukuran serta
posisinya bervariasi, bergantung pada volume urine di dalamnya. Saat
mengalami distensi, kandung kemih naik ke rongga abdomen. Dalam
kandung kemih terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang di
tengah dan melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk
mengeluarkan urine. Pada dasar kandung kemih terdapat lapisan tengah
jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut
sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung
kemih dan uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urine dan
kandung kemih keluar tubuh. (Musrifatul, 2011 )
Dinding kandung kemih terdiri atas 3 lapisan :
1. Lapisan luar jaringan ikat longgar, berisi pembuluh limfe dan darah
serta saraf, menutup permukaan atas peritoneum.
2. Lapisan tengah terdiri massa serat otot polos yangbersatu dengan
jaringan ikat longgar elastic. Otot ini di sebut otot detrusor dan
saatberkontraksi menyebabkan pengosongan kandung kemih.
3. Mukosa, terdiri atas epithelium transisional.

Kandung kemih tampak menyerupai buah pir, tetapi menjadi


semakin oval saat terisi urine. Permukaan posterior disebut basal.

Kandung kemih terhubung dengan uretra di bagian terbawahnya (leher


kandung kemih). (Elly, 2011)
Kandung kemih pria dan wanita berbeda. Perbedaannya yaitu
pada kandung kemih pria, posterior kandung kemih dikelilingi rectum
sedangkan pada wanita dikelilingi uterus.
Kandung kemih di kosongkan secara intermiten di bawah
pengaruh kesadaran. Reseptor regang di dalam otot dan trigonum
menghasilkan sinyal yang mengisyaratkan bahwa kandung kemih sudah
penuh.

2.5 Masalah Dalam Eliminasi Urine


Dalam proses urininasi terdapat beberapa gangguan yang disebabkan
oleh pola dan kebiasaan individu serta virus. Masalah eliminasi urine
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami disfungsi eliminasi urine. Pemasangan kateterisasi
merupakan salah satu solusi pada individu yang mengamai disfungsi
eliminasi urine. Berikut ini beberapa disfungsi urine yang terjadi pada
manusia :
1. Retensi Urine
Retensi

urine

(yang

akut

maupun

kronis)

merupakan

ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat


keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. Retensi kronis
sering menimbulkan inkontinensia overflow (akibat tekanan urine
yang tertahan dalam kandung kemih) atau urin sisa. Urin sisa
adalah urin yang tertinggal dalam kandung kemih setelah buang
air kecil. (Suzanne, 2001)
Tanda klinis retensi urine, yaitu :

Ketidaknyamanan daerah pubis.


Distensi vesika urinaria.
Ketidaksanggupan untuk berkemih.

Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-

50ml).
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan

asupannya.
Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih.
Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung
kemih.

Penyebab retensi urine yaitu :

Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.


Trauma sumsum tulang belakang.
Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah.
Sphincter yang kuat
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

(Musrifatul, 2011)
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine

merupakan

ketidakmampuan

otot

sphincter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol


ekskresi urine. ( Eny, 2009)
Eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali
atau terjadi di luar keinginan. Jika inkontinensia urine terjadi akibat
kelainan inflamasi (sistitis), mungkin sifatnya hanya sementara.
Namun jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang
serius (paraplegia) , kemungkinan besar sifatnya akan permanen.
Usia, jenis kelamin serta jumlah persalinan per vaginam
yang pernah dialami sebelumnya merupakan faktor resiko yang
sudah dipastikan dan secara parsial menyebabkan peningkatan
insidensnya pada wanita. Faktor resiko lain yang diperkirakan
merupakan penyebab gangguan ini adalah infeksi saluran kemih,
menopause,

pembedahan

penggunaan berbagai obat.

urogenital,

penyakit

kronis

dan

Inkontenensia Urin memiliki beberapa tipe yaitu :


Inkontinensia akibat stres merupakan eliminasi urine di
luar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari

peningkatan mendadak pada tekanan intra-abdomen.


Urge incontinence terjadi bila pasien merasakan
dorongan atau keinginan untuk urinasi tetapi tidak
mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai

toilet.
Overflow incontinence ditandai oleh eliminasi urin
yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus
menerus dari kandung kemih. Kandung kemih tidak
dapat

mengosongkan

mengalami

distensi

isinya
yang

secara

normal

berlebihan.

dan

Meskipun

eliminasi urin terjadi dengan sering, kandung kemih


tidak pernah kosong. Faktor penyebab incontinence ini
yaitu kelainan neurologi dan penyumbatan saluran

keluar urin oleh obat, tumor dll.


Inkontinensia
funsional
merupakan

inkontinesia

dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh


tetapi ada faktor lain seperti gangguan kogtitif berat
yang membuat pasien sulit

untuk tidak mungkin

menjangkau toilet untuk emlakukan urinasi . (Suzanne,


2001)
3. Enuresis
Enuresis

merupakan

ketidaksanggupan

menahan

kemih

( mengompol ) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol


sphincter eksternal . biasanya , enuresis terjadi pada anak atau
orang jompo .
Faktor penyebab Enuresis :
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.

Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari


indikasi

keinginan

berkemih

tidak

diketahui.

Hal

itu

mengakibatkan terlambatnya bangun tidu untuk ke kamar

mandi.
Vesika urinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat

menampung urine dalam jumlah besar.


Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis

sistem perkemihan.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral.
Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

(Musrifatul, 2011)
4. Sistitis
Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri.Sistitis merupakan inflamasi yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra .
Mikroorganisme yang menyebabkan sistitis adalah e.colly ,
Enterecolly , proteus , staphylococcus aureus.
Tanda klinis :
Kemerahan dan edema pada kandung kemih .
Kandung kemih hypersensitive jika berisi urine
Inkotinensia
Sering berkemih
Nyeri didaerah suprakubik
Eritema mukosa kandung kemih
Hematuria
Mual , muntah ,lemah , dan kondisi umum menurun .
Bakteriuria 10.000 ml : infeksi (Nursalam, 2009)
5. Perubahan pola eliminasi urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang
yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karna okstruksi
anatomis , kerusakan motorik sensorik , dan infeksi saluran
kemih .perubahan pola eliminasi terdiri atas :
a. Frekuensi

Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam


sehari

peningkatan

frekuensi

berkemih

dikarenakan

meningkatnya jumlah cairan yang masuk . frekunsi yang tinggi


tanpa suatu tekanan asupan cairan dapat disebabkanoleh
sistifis frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan
stress dan hamil .
b. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih . pada umumnya , anak kecil
memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sphincter
eksternal . urgensi dapat pula disebabkan oleh kelainan
inflamasi pada kandung kemih , prostat atau uretra , infeksi
bacterial yang akut atau prostatitis kronis pada laki laki , pada
uretrotrigonitis ( inflamasi uretra dan trigonum fesika urinaria )
posterior .
c. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih . hal
inisering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih ,
trauma , dan striktur uretra . (Musrifatul, 2011)
d. Poliuria
Poliuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar
oleh ginjal , tanpa adanya asupan cairan . biasanya , hal ini
dapat ditemukan pada penyakit diabetes mellitus dan penyakit
ginjal kronis .
e. Oliguria
Oliguria adalah pengeluaran urine dengan jumlah yang
sedikit antara 100 dan 500ml /24 jam .
f. Anuria
Anuria adalah tidak adanya urine dalamkandung kemih ,
menunjukkan

adanya

disfungsi

renal

yang

serius

dan

memerlukan interfensi medis yang segera . kondisi ini dapat

terjadi akibat keadaan seperti syok , trauma , transfusi darah


yang inkopatibel dan keracunan obat . tidak adanya urine sama
sekali ( anuria absolute ) merupakan petunjuk adanya obstruksi
total traktus urinarius .
g. Nokturia
Nokturia yaitu urinasi yang berlebihan pada malam hari
menunjukkan

penurunan

kemampuan

ginjal

untuk

memekatkan urine , gagal jantung , diabetes mellitus ,atau


pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas .
h. Hematuria
Hematuria aadalah adanya sel darah merah dalam urine .
hematuria dianggap sebagai suatu tanda yang serius karna
dapat

menunjukkan

adanya

kanker

traktus

urogenital

glomerulonefritis akut atau ttuberculosis renal . hematuria


dapat juga di sebabkan oleh kelainan sistenik .
i. Proteineria
Yakni jumlah protein yang abnormal dalam urine . secara
khas terlihat pada semua bentuk penyakit ginjal yang akut
maupun kronis . urin yang normal tidak mengandung protein
yang persisten dalam jumlah yang signifikan . (Suzanne, 2001)

Anda mungkin juga menyukai