Anda di halaman 1dari 4

Dua orang remaja yang sedang jatuh cinta, Si Kipli dan Si Jamilah.

Si Jamilah
bunga Desa yang diperebutkan oleh banyak pria di desanya. Si Kipli pemuda Desa
sebelah, yang belum memiliki pekerjaan tetap. Singkat cerita keduanya bertemu di
salah satu pesta pernikahan. Seiring waktu berjalan mereka pun saling mengenal
akhirnya jatuh cinta. Namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ibu Jamilah
karena Kipli belum memiliki pekerjaan yang layak. Semakin hari semakin besar
perasaan mereka, dan sampai mereka berkomitmen untuk menikah, sampai
kejadian itu pun terjadi, sepasang muda-mudi yang lepas kendali, saling mengasihi
layaknya suami istri. Akhirnya Jamilah telah berbadan dua, dan hal ini memicu
kemarahan keluarga Jamilah, Namun apa hendak di kata, cinta kedua insan
manusia ini sangat besar dan tidak bisa dipisahkan lagi. Sehingga mereka
berkomitmen untuk menjaga bayi yang ada dikandungan agar tetap sehat, yang
nantinya mereka harapkan bisa mendapat restu dari keluarga Jamilah.

Scene I. (Kekesalan dan kemarahan Orang tua Jamilah kepada Kipli pemuda yang
dicintai si Jamilah)
Dikediaman Orang tua Jamilah
Ibu jamilah bersama 2 tetangganya sedang meluapkan kemarahan karena
mengetahui anak gadisnya telah berbadan dua bersama pria yang di Cintainya.
Ibu Zulaiha :

apa yang di pikiran si jamilah sehingga tega pergi


meninggalkan keluarga demi seorang pemuda yang
pekerjaannya tidak jelas,

Tantenya Jamilah :

mungkin si Kipli sudah memelet anak ibu, sehingga dia


rela dan ikut saja apa kata si bocah ingusan itu

Tantenya Jamilah :

Iya.. iya.. mungkin anak ibu sudah di santet di dukun, bu.

Ibu Zulaiha :

(dengan ekspresi wajah geram, seperti harimau yang


hendak menerkam mangsa) aghhhhhhh! Awas ya kalau
ketemu, nanti ku beri pelajaran anak itu biar tau rasa, dia
pikir dengan modal cinta saja sudah cukup untuk memiliki
anak saya, pufttt jangan harap saya akan memberi restu
kepada kalian.

Tantenya jamilah:

iya zaman sekarang, semua butuh duit, duit, dan duit,


kalu tidak ya kelaut saja mancing ikan, yah,,,itu juga kalau
dapat

Tantenya jamilah :
yupp, saya setuju ibu, eh tapi ngomong-ngomong si Kipli
itu pekerjaannya apa ya?

Ibu Zulaiha
:
yah itulah alasan saya tidak setuju pada dia, sebab
pekerjaan saja tidak jelas, petani Musiman, penghasilan tak menentu.
Tantenya jamilah :
ow gitu toh, berarti gak jelas dong penghasilannya? La
trus untk makan istri dan anak-anak bagaimana? Walh-walah.. saya juga gak maw
punya anak mantu kaya begitu,
Ibu Zulaiha
:
aduh, kacau, kacau, Ya Allah Ya Tuhan, harus bagaimana
aku ini, (dengan wajah pasrah dan penuh permohonan, dengan sesekali melihat ke
atas)
Tantenya Jamila
:
sudah, sudah ibu tenang saja, yang penting
sekarang kita harus temukan dulu mereka, nanti baru kita bicarakan baik-baik
dengan mereka Ibu
Tantenya Jamilah :
iya ibu, saya dan Ibu Lastri akan membantu mencari tau
keberadaan mereka, kalau saya ada kabar langsung saya kasih kabari
Ibu Zulaiha
membantu

Iya ibu, aduh terima kasih banyak sudah bersedia

2 orang tetangga pun berlalu meninggalkan rumah Ibu Zulaiha..


Schene 2 (disebuah gubuk kecil, Jamilah dan Kipli sedang membicarakan nasib bayi
mereka, dengan penuh rasa tanggungjawab Kipli meyakinkan Jamilah untuk
merawat buah cinta mereka, apapun yang terjadi nantinya)
Jamila
:
terus terang saya tidak begitu yakin dengan rencana kita untuk
tetap melahirkan bayi ini, saya takut nantinya bukan restu yang kita dapat tetapi
malah sumpah serapah,
Kipli
:
jangan berkata seperti itu, sekejam-kejamnya harimau tidak
akan tega memakan anaknya sendiri, bayi di dalam kandunganmu itu adalah buah
cinta kita, dan saya siap bertanggung jawab, menikahi dan membesarkan anak kita,
bagaimanapun caranya.
Jamilah

tetapi bagaimana dengan keluarga kita yang menetang?

Kipli
:
saya yakin ketika bayi ini lahir mereka juga akan luluh dan mau
menerima dan merestui hubungan kita, karena inilah satu-satunya yang bisa
meyakinkan mereka tentang keseungguhan saya untuk membahagiakan kamu
Jamilah.
Jamilah
:
(menangis terseduh-seduh) saya hanya khawatir saja
tentang keselamatan kamu, saya tidak mampu membayangkan sesuatu yang buruk
terjadi padamu, saya takut Kipli. Saya mencintai dan tak ingin kehilanganmu

Kipli
:
(memegang tangan dan menatap dalam-dalam mata Jamilah)
Iya, saya juga sangat mencintai kamu jamilah, tapi sekarang kita punya tanggung
jawab yang lebih besar lagi yaitu merawat dan membesarkan bayi kita bersamasama
Jamilah
:
(sambil menatap wajah Kipli dengan penuh rasa sayang
dan terharu) saya sangat beruntung memiliki pasangan yang maw bertanggung
jawab seperti kamu. (memeluk erat Kipli)
Kipli
:
sudah-sudah jangan bersedih lagi, sekarang hapus air matamu,
dan besok pagi kita siap-siap berangkat ke Pustu untuk memeriksa kandunganmu.
Dan jangan lupa kamu juga harus menjaga kesehatan ya. Jangan terlalu dipikirkan
masalah ini, biar aku saja. Nanti kalu kamu pikir pikir terus bisa stress dan
berpengaruh pada kesehatan janin kita.
Jamilah

iya Sayang. Terima kasih untuk semuanya.

(Malam semakin larut , dan mereka pun menginap di gubuk kecil tersebut dengan
kedaan seadanya.)

Schene 4 ( Ibu Jamilah mendapat Informasi tentang keberadaan Jamilah dan Kipli)
Ibu Zulaiha :
oemuda?

apa benar kemarin ibu melihat anak saya bersama seorang

Masyarakat :
iya benar ibu, saya yakin benar, kalau itu si Jamilah, siapa lagi
gadis cantik di kampung ini kalau bukan anak ibu.
Ibu Zulaiha :

Aduh . Kemarin mereka di sekitar sini ya bu?

Masyarakat :
iya ibu (sambil menunjuk gubuk tua tempat Jamilah dan Kipli
menginap) di gubuk itu mereka semalam menginap,
Ibu Zulaiha :

ibu , kalau boleh tau mereka kemana ya sekarang?

Masyarakat :
kemarin si Pemuda itu sempat cerita dengan saya kalau hari ini
dia maw ke Pustu Desa Zuriyati untuk memeriksakan kandungan anak ibu.
Ibu Zulaiha :
Wah, terima kasih banyak ibu atas informasinya, kalau begitu
saya langsung kesitu..
(ibu Zulaiha pun bergegas menuju Pustu)

Schene 5 ( konsultasi hampir rampung, dan selang beberapa saat Ibu Zulaiha pun
Tiba dan langsung memasuki ruang bidan tempat Jamilah dan Kipli berkonsultasi,
dan langsung memarahi mereka berdua.
Ibu Zulaiha :
(dengan nada tinggi dan suara membentak-bentak, Ibu zulaiha
langsung melabrak mereka) apa yang kalian sudah gila? Apa yang kalian lakukan
disini,? Ayo pulang Jamilah, pulang sekarang!
Kipli
orang.

sabar ibu, sabar kita bicara baik-baik kan, tida enak dilihat

Jamilah
:
iya Ibu jangan marah-marah dulu, kami datang kesini
karena kami peduli dengan kesehatan bayi ini, dan ingin mempertanggungjawabkan
apa yang telah kami lakukan
Ibu Zulaiha :

alaaahhh, tida usah banyak jawaban, ayo pulang..

Bidan Santi :
maaf ibu, bukannya saya membela bapak dan ibu ini, tapi tugas
saya disini adalah memastikan ibu dan calon bayi sehat dan tak ada masalah. Dan
unutk masalah keluarga Ibu, bisa dibicarakan lagi setelah konsultasi ini selesai.
Kipli
:
Ibu, tolong dengarkan saya dulu, saya punya niat baik kepada
anak ibu, saya maw tanggung jawab, ini bukti kesungguhan saya, saya tidak lari
dari tanggung jawab, saya hanya ingin Jamilah dan Bayi kami selamat. Dan setelah
semua selesai saya akan segera menikahi anak ibu,
Jamilah
:
dengan ekspresi memohon dengan sangat dan dengan
berlinang air mata) Ibu tolonglah, kami saling mencintai ibu, tolong jangan pisahkan
kami. Bayi ini adalah calon cucu Ibu juga, keluarga dan darh daging saya bu.
Ibu Zulaiha :
(tak mampu berkata apa-apa lagi) ibuibu. Sayang sekali
sama kamu Jamilah, Ibu sangat sedih kamu lari dari rumah
Jamilah
:
Jamilah ibu, maafkan,

(langsung memmeluk sang Ibu dan menangis) maafkan

Ibu Zulaiha :
(sang ibu pun akhirnya luluh dan menangis karena menyadari
bahwa dia juga bersalah karena terlalu keras terhadap anaknya sendiri) iya Nak,
maafkan Ibu juga sudah keras dan egois tidak mau mendengarkan kamu
Akhirnya mereka pun menyadari bahwa apa yang telah terjadi tidak perlu lagi di
sesali tetapi segera di carikan solusi. Pada akhirnya Jamilah dan Kipli mendapat
restu dan langsung menyelenggarakan pesta pernikahan. Dan tak lama setalah
pernikahan, anak pertama mereka pun lahir dan diberi Nama Naura Assyafa)

Anda mungkin juga menyukai