Anda di halaman 1dari 4

ANAK DURHAKA

Sebuah keluarga yang kehidupannya sangatlah sederhana. Keluarga yang terdiri atas ayah yang sedang
sakit-sakitan, ibu yang kesehariannya hanya bekerja apa saja untuk anaknya, dua orang anak perempuan
yang memilki karakter yang berbeda. Anak perempuannya yang satu sangat baik sedangkan yang satu
lagi karakternya sangat buruk. Meskipun mereka terlahir oleh satu rahim dan satu darah, namun kedua
anak tersebut memiliki watak yang sangat berbeda. Dan kedua anaknya tersebut masih duduk dibangku
SMA.
Pada suatu hari Meli dan mila mau berangkat ke sekolah
Ibu : (Sambil menjahit bajunya anaknya yang sedang sobek) nak kalau sudah keluar dari sekolah, langsung
pulang saja ya!
Meli : buat apa sih bu cepat pulang?
Ibu : nak kita semua harus sadar nak kalau kita ini miskin.
Meli : Terus? Apa hubungannya dengan saya yang harus cepat pulang (sambil siap-siap berangkat sekolah)
Ibu : nak hidup kita berbeda dengan yang lainnya jadi kita harus keja keras nak.
Meli : ibu kita miskin salah siapa? Salah saya? Ayah itu kerjanya Cuma sakiiiiit terus.
(tiba-tiba datang mila)
Mila : Li, kamu jangan begitu. Kita seharusya bersyukur masih punya orang tua. Diluar sana sudah banyak anak
yang tidak punya orangtua.
Meli : tapi hidup mereka tidak seperti kita kan? Kita ini apa? miskin terus kalian tau nggak sih aku malu. Aku
malu sama teman-temen.
Mila : kenapa mesti malu. Meskipun kita miskin harta tapi kita masih kaya dengan punya orang tua yang
semuanya masih hidup. Kamu harus sadar itu.
Meli : percuma punya orang tua kalau tidak bisa membuat anaknya bahagia.
(ibunya sambil memegang dada menahan sakit serta manarik nafas panjang mendengar itu semua
sambil merintih dan duduk di kursih)
Ibu : sudah, sudah cepat siap-siap nanti terlambat. Tunggu ya nak saya siapkan sarapan dulu supaya nanti tidak
kelaparan.
(sang ibu menyiapkan makanan sementara mila dan meli sedang bercakap-cakap)
Mila : Li, kamu tidak boleh seperti itu sama ibu. Jangan sampai air mata ibu menetes karena kata-kata kamu.
Meli : tapi kak aku malu sama teman-teman. Mereka semua hanya mau bergabung sama orang kaya. Jadi saya
bohong saja kalau saya orang kaya.
Mila : astagfirullah Li, yang mana kamu pilih menyenagkan teman atau orang tua? Kalau memang mereka tidak
mau berteman dengan orang miskin, berarti mereka tidak tulus dengan kamu Li.( menasehati adiknya
sambil memegang pundaknya).
Meli : udah deh kak. toh nyatanya mereka bisa membuat aku senang dan bahkan melupakan penderitaan saya
ketika di rumah. Ditambah lagi ayah sakit-sakitan tak jelas. Ihhh bisa stress saya kalau itu trus
dipikiranku.
(sementara itu, ibu mereka selesai menyiapkan makanan)
Ibu : nak sarapan dulu baru berangkat.
( mila dan meli menuju meja makan)
Meli : (melihat makanan) makanan apaan ini? Bagaimana anaknya bisa cerdas kalau makanannya setiap hari
begini terus. Tempe goreng terus tanpa sayur lagi.
Mila : Li, seharusnya kamu itu bersyukur kita bisa makan hari ini. Kalau kita ikhlas pasti semuanya akan terasa
enak.
Meli : kamu juga sok tahu sekali. Akhhhh saya makan di luar saja. (melihat ibunya) bu, ada duit nggak?
Ibu : (sambil mengambil uangnya dari lipatan sarung yang dipakainya) nak sisa ini uang ibu nak. Ini untuk beli
obat ayahmu nanti.
Meli : obat lagi, obat lagi. ibu yang mana ibu pentingkan yang sehat jadi sakit atau yang sakit tidak sembuhsembuh juga meskipun minum obat tiap hari?
Ibu : ( berlinang-linang air matanya sambil menatap mata anaknya) nak mana ada seorang ibu membiarkan
anaknya sakit? Tidak ada nak.
Meli : nah itu baru seorang ibu. Kalau begitu bu mana uangnya?
(sang ibu pun terpaksa memberikan pembeli obat untuk ayahnya)
Meli : nah gitu dong. Kan enak kalau kita damai.
Mila : Li kamu ini tidak punya perasaan sekali. Ayah butuh obat Li.
Meli : iyayayahh saya tahu. Tapi saya butuh makan kakak yang cantik. Kalau begitu saya berangkat dulu. (jabat
tangan dengan ibunya)
Ibu : hati-hati ya nak!
Meli : oke daaaaa..
Mila : eh kenapa tidak salaman dengan ayah?
Meli : maaf kak buru-buru.

( memegang pundak ibunya yang meneteskan air mata)


Mila : bu sabar ya bu sebenarnya Meli itu baik hanya saja dia belum bisa terima keadaan. Tapi semakin dia
dewasa saya yakin bu sifatnya pasti akan berubah.(mila mengelililngi kursih ibunya dan duduk tepat
dihadapannya).
Ibu : (memegang tangannya anaknya) nak maafkan ibu karena tidak bisa membuat kalian bahagia.
Mila : ( sambil menghapus air matanya ibunya) sssssttttt...ibu bagi saya ibu yang saaaangat baik dan menurut
saya ibu adalah seorang pahlawan. Ibu sudah kerja keras hanya saja Allah belum membuka rejeki untuk
kita. Jadi, ibu jangan bersedih yah. Ibu tau nggak kalau ibu itu cantik. Ibu itu sangat cantik kalau ibu
tersenyum. Ayo dong bu senyum. Kalau ibu tidak senyum saya akan tetap disini dan tidak ke sekolah.
Ibu : iya ya dasar anak nakal ( tersenyum sambil mencubit pipinya anaknya) nah ibu senyum. Nah sekarang
kamu berangkat. Ibu juga mau siapkan makanan untuk ayahmu.
Mila : yang romantis yah bu hehehehe. Saya pamit dulu bu ( sambil berjabat tangan) ayah mana bu?
Ibu : sepertinya dia masih tidur nak. Berangkat saja nak nanti saya sampaikan salamnya.
Mila : oh iya ibu. Jaga ayah baik-baik yah bu. Assalamu alaikum.
Ibu : waalaikum salam. Hati-hati nak.
ADEGAN II
(Sang ibu masuk dikamar untuk memberi makan ayah Mila dan Meli yang sedang sakit)
Ibu
: ternyata ayah sudah bangun yaahh. Ihhh kenapa ayah menangis?
Ayah : bu ayah mendengar semua tdi pembicaraan kalian.
Ibu
: astagfirullah. Ayah jangan ambil hati kata-kata Meli ya.
Ayah : kata-kata Meli tidak salah bu. Saya memang disini hanyalah parasit. Saya tidak tau malu bu. Seorang
suami tak berguna.
Ibu
: ya Allah. Ayah tidak boleh berkata seperti itu. Kami semua sangat sayang sama ayah. Saya yakin ayah
pasti sembuh. Makanya sekarang ayah makan dulu yah baru istirahat kembali.
Ayah : ( memegang tangan istrinya ketika mau disuap) aku tau bu ibu pasti berpura-pura tegar dihadapan ayah.
Aku tahu sebenarnya di hati ibu sedang menangis. Aku hanya bisa bilang terima kasih untuk semuanya.
Ibu : hanya tersenyum (menyuapinya)
ADEGAN III
( sementara itu, Meli dan ke dua temannya yang bernama Andi dan Ani bercakap-cakap di sekolah)
Ani : Meli ke mana yaahh? Kok jam segini belum datang.
Andi : iya yah mungkin dia lagi sakit kali.
Ani
: kalau sakit kok tidak ada kabar yah?
Andi : itu susahnya karena dia juga tidak mau beri tahu alamat rumahnya.
Ani : tuh dia sudah datang.
Meli : hey teman-temanku.
Andi : saya kira kamu sakit
Meli : khwatir yah.
Ani : ihhh mulai degh geeerrrrr... ekh kenapa telat?
Meli : beruntung saya datang sekolah. Tadi pernah ada niat tidak pergi.
Andi dan Ani : kok begitu? (bersamaan)
Meli : aduhhh saya tuh paling malas naik bus mana sopir saya pulang kampung lagi.
Andi : kamu tidak bilang sih. Coba kamu bilang saya jemput kok.
Ani : jadi kesini naik apaan.
Meli : yaaahhh terpaksa aku naik taksi.
Ani : yaaahhh ndag usah dipikir lah sekarang kan udah sampai dan tidak mati juga. Ehk ....tau nggak aku punya
BB baru loh.
Meli : masa sih? Mana coba saya liat. (sambil memegang dan melihat-lihat hp baru Ani). Wowwww cantik
yahhh?
Ani : kamu bisa aja degh Li. Jika kamu mau pasti kamu bisa. Kamu kan yang paling kaya dianatara kita. Iya
nggak Andi?
Andi : betul sekali
Meli : jelas. Saya pasti kan punya BB juga. Tapi jujur yah kalau masalah HP saya lebih suka yang sederhana aja.
Memaang saya kaya tapi terkadag saya lebih suka yang sederhana saja.
(tiba-tiba mila dan temannya datang menghampiri mereka)
Mila : Li kenapa tidak masuk kelas?
Meli : datang lagi sok campur urusan orang lain.
Teman Mila : ekh. Meli seharusnya kamu bersyukur dong masih punya kakak yang mau peduli dengan kamu.
Meli : ihh siapa sih kamu sok nasehati saya. Jangan ikut campur yah urusan orang.
Teman Mila : ihh judesnya ini orang. Coba bukan adiknya temanku, ku tonjok itu mulut ( sambil mengengkat
tangannya).

Ani : eh sorri yeah ( dengan ekspresi mengejek) kalau mau ikut campur urusan orang, lebih baik kamu pergi saja
degh. Husy...husy..hussyy.. sana, sana.
(andi hanya tertawa)
Teman Mila : pantasan Meli rusak, ternyata temannya lebih-lebih rusak. Mila daripada buang-buang waktu, lebih
baik pergi degh!
Mila : Li aku ke kelas dulu yah..
Meli : lapor aja sana di pak RT.
Teman Mila : ( memegang dadanya) astagfirullah.. Punya adek tapi seperti musuh saja. Ayo Mila.
Ani : (dengan Ekspresi mengejek) daaaaaaaaaaaa
(Mila pun pergi)
Ani : kenapa anak kumuh itu selalu campur urusan loh dan tadi saya dengar temannya mengatakan kakak kamu.
Apakah Mila itu kakak kamu?
Meli : bukan.
Ani : tapi kalau diliat-liat memang kamu ada sedikit mripnya sih dengan dia.
Meli : akh masa? Hanya penglihatanmu yang rabun kali. Masa saya mau mirip dengan anak pembantu.
(tiba-tiba lonceng berbunyi tanda masuk kelas)
Meli : ekh sudah bunyi bel tuh.
Andi : kok tiba-tiba saya malas yah.
Ani : ayo ah masuk kelas nanti saja malasnya.
(mereka semua pun masuk di kelas)
ADEGAN IV
(Meli dan Mila kembali kerumah setelah pulang dari sekolah)
Mila : assalamu alaikum bu
Ibu
: waalaikum salam.
Mila : Meli belum pulang ya bu
Ibu
: belum ini lagi ibu menunggunya.
(tiba-tiba Meli datang dan langsung masuk)
Meli : enak juga ya punya teman orang kaya bisa makan enak terus (menyindir dan langsung masuk di
kamarnya)
Mila : (menatap ibunya sambil tersenyum) ibu ayah mana?
Ibu : dia istrahat nak di kamar.
(tiba-tiba ada orang yang megetuk pintu)
Lk1 : permisi, permisi. Ada orang?
Mila : (membuka pintu) cari siapa yah?
lK 2 : benar ini rumahnya Meli ?
ibu : (mendekat dan bertanya) ada apa pak? Silahkan masuk!
Lk1 : terima kasih tapi saya tidak bisa lama-lama di sini. (mereka semua duduk)
Lk2 : begini bu maksud kedatangan kami mau bertemu dengan Meli.
Lk1 : kalau bisa Melinya dipanggilkan kalau dia ada.
Mila : iya pak tunggu sebentar. Li, Li ada yang nyari nih.
Meli : ( teriak) siapa? Saya mengantuk
Mila : kesini saja dulu.
(Meli keluar dari kamarnya)
Meli : siapa sih yang mengganggu tidur saja.
Lk2 : Meli, ingat kami?
Meli : (tergesa-gesa duduk dan ketakutan) ada apa pak?
lK 2 : ingat perjanjian kita?
Meli : ingat pak tapi saya belum ada uang.
Lk1 : itu bukan urusan kami yang jelas hari ini uang itu harus ada. Kalau tidak ada rumah dan tanah kalian saya
sita. Hahahah kalau tdk mampu bayar tidak usah sok pinjam-pinjam. Mau bergaya tapi tidak punya uang.
Mila : (langsung memotong pembicaraan) tunggu, tunggu kalau boleh tahu apa sebenarnya masalahnya?
Lk2 : apakah kamu tahu kalau anak ini sudah meminjam uang kepada kami sebesar 50 juta?
Ibu : (kaget) a..aa...aa.. apa?
Lk2 : iya dia sudah meminjam uang kepada kami sebesar 50 juta ditambah bunganya.
Lk 1: apakah ibu tidak tahu itu?
Sang ibu langsung duduk dilantai tak kuasa menahan sakit hatinya dan Mila langsung datang memeluk
ibunya yang sedang menahan rasa sakit
Meli : pak saya janji minggu ini saya bayar, beri saya waktu pak.
Lk1 : oke saya beri waktu 3 hari kalau tidak bayar, semuanya angkat kaki dari rumah ini. Terutama kau ! ingat
yah tiga hari lagi..
Lk 2 : camkan itu ya..3 hari lagi saya akan ada disini dan uangnya harus sudah tersedia.

Kedua lelaki itupun pergi dan meninggalkan mereka. Sementara itu, ibu dan Mila masih dalam keadaan
duduk dilantai. Perlahan-lahan Meli mendekat kepada mereka.
Meli : (suara pelan dan memegang tangan ibunya) ibu.
Mila : (langsung menyingkirkan tangan Meli dan memarahinya) kamu ini anak manusia atau anak iblis sih. Li,
kapan sih kamu sadar Li. ( Mila mengangkat ibunya duduk dikursih). Li kamu tau nggak kesalahan kamu
ini sangat besar. Kamu mau bayar pakai apa hutang kamu Li. Ya Allah pikir dong Li berpikir pakai otak.
Meli : kak aku tahu aku salah aku khilaf.
Mila : (langsung mengangkat tangannya) telat Li, telat. Kamu tau tidak bagaimana rasa sakitya ibu. Kamu tau
tidak kalau ayah itu sakit. Kamu mau menyimpan mereka di mana. Dimana?
Meli : kak aku tidak pernah melihat kakak semarah ini aku takut kak. Takut..
Mila : yaahh takut. (sambil menggelengkan kepala) Li kemana rasa takutmu selama ini. Kemana?
Ibu : sudah kalian semua sudah.
Meli : (mendatangi ibunya) bu maafkan saya bu.
Ibu : nak ibu itu sayang sekali sama kamu nak tapi ibu juga sayang sama ayah, kalau kita pergi ayah mau
disimmpan dimana ayahmu itu sakit keras.
Meli : ibu maafkan saya.
Ibu : karena kamu yang melakukan ini semua. Jadi, sebaiknya kamu yang pergi dari sini (dia menguji anaknya)
Meli : (menangis) ibu..ibu apakah saya salah dengar bu? Ibu, tapi dimana aku mau tinggal ibu. (berlutut) ibu
tolong bu berikan aku kesempatan memperbaiki bu.
Ibunya tetap cuek dan tidak mau menatap anaknya, kemudian Meli menghampiri Mila.
Meli : kak aku mau tinggal dimana kak.
Mila : Meli kamu sadar nggak disaat seperti ini apakh temanmu datang membuat kamu senang? Kata kamu
mereka selalu membuat kamu senang. Nah sekarang waktunya kamu panggil mereka.
Meli : kak
Mila : ayo panggil. Mengapa kamu diam saja.
Ibu : pergi sekarang! (berpura-pura tegar padahal dia tidak sanggup)
Meli : baiklah ibu saya akan pergi. Saya minta maaf atas semuanya.
Meli pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumah dan tiba-tiba ibunya memanggil.
Ibu : nak! mana ada seorang ibu mau membuat anaknya menderita nak.
Meli : (meli pun berhenti dan berbalik arah) ibu maafkan aku bu.
Ibu : nak harta yang paling berharga yang aku miliki adala keluarga nak.
Meli ; ibu maafkan saya bu saya janji akan memperbaiki semua. Tapi bu bagaimana dengan rumah ini?
Ibu : biarkan mereka ambil. Saya lebih rela kehilangan rumah daripada seorang anak.
Meli : jadi kita tinggal di mana bu?
Ibu : selama masih ada keluarga, kita tidak akan terlantar. Kita akan tinggal sementara di rumah orang tua ibu
sampai ayahmu sembuh.
Meli ; terima kasih bu ( melihat kakaknya) kak apakah kakak tidak memaafkan saya?
Mila : ibu saja sudah memaafkanmu apalagi dengan saya. Kamu minta maaf sana sama ayah.
Ibu : iya nak kalau bisa kamu haru memiliki sifat seperti kakakmu. Karena kalian terlahir dari rahim yang sama
dan darah yang sama.
Meli : ibu ( melihat ibunya) kak, saya minta maaf.. saya khilaf, saya akan memperbaiki semuanya.
(meli memegan tangan ibunya yang sementara duduk di kursih semtara Mila memegang pundak Meli
yang sedang berlutut memegang tangan ibunya)

Anda mungkin juga menyukai