Disuatu Keramaian kota tinggalah sebuah keluarga yang amat bahagia yaitu keluarga Pak
Hendro, dia mempunyai seorang istri yang bernama Bu Sari dan seorang anak yang bernama Ira.
Tetapi setelah Ibu Sari telah lebih dulu meninggalkan mereka berdua untuk selama – lamanya
kebahagiaan itu berubah menjadi penderitaan untuk Ira karena ayahnya telah menikah lagi dengan
seorang janda beranak dua, dia bernama Mirna dan anaknya bernama Bunga dan Rosa. Setiap hari
Ira selalu disiksa dan dicemoohkan oleh Ibu tiri dan kedua anaknya karena mereka tidak suka kepada
Ira. Oleh karenanya Ira selalu mendapatkan siksaan dari ibu tirinya selagi ayahnya tidak ada di
rumah tetapi selalu ayahnya ada di rumah dia bermanis – manisan kepada Ira karena bu Mirna tidak
ingin kalau ayahnya tahu bahwa ia sering menyiksa anaknya. Terungkap di suatu hari ayahnya pergi
Rosa : Mamah........
Ibu Mirna : Iya disini sayang, ada apa sih pagi – pagi ko sudah teriak –
Rosa : ayo dong Mah cepetan udah siang nih mau berangkat
Rosa : Bunga....
Bunga : Iya...
Rosa : Kesini !
Ketika mereka sedang diberi uang, datanglah Ira dengan membawa secangkir teh. Rosa dengan
Ibu Mirna : Maaf... maaf .... lihat nih baju saya jadi basah tahu ! kamu
semua ruangan ini dan jangan lupa cuci semua piring dan baju
yang kotor.
Ibu Mirna : emangnya saya pikirin apa itu urusan kamu ! udah sekarang
beserin !
Ketika Bunga dan Rosa sampai di sekolah mereka bertemu dengan Sinta di depan kelasnya.
Bunga : Idih emang gue pikirin ! Dia mau mati ke, jungkir balik ke itu
Sinta : Lho ko kalian gitu banget sama Ira ! gitu – gitu juga Ira juga
Rosa : Biarin, terserah kita – kita dong itu bukan urusan kamu ! awas
Waktu berganti siang ketika Ira sedang mengepel ruang tamu tiba – tiba Bunga dan Rosa datang lalu
mereka berdua dengan sengaja menginjak lantai yang telah dipel dengan memakai sepatu yang
kotor.
Ira : Maaf Bunga, Rosa ! tolong dong sepatunya dibuka ini kan
sudah dipel.
Bunga : Ih Ros kamu dengar enggak kayanya ada yang ngomong tapi
Bunga : Apa.... cape ha... emangnya gue pikirin itu kan gara – gara
Ira : Tapi......
Bunga : Tapi apa ? kamu udah pinter ngelawan yah ? bilangin mama
tulalit !
Bunga : Ini mah si Ira ngebentak – bentah aku ! katanya yang tumpah
Ibu Mirna : Sudah sekarang kamu lanjutkan pekerjaan kamu ? ( Ibu Mirna
Ibu Mirna : Ini Pah, Ira itu rajin sekali sampai – sampai dia mau
Ibu Mirna : Mm....udah dong Pah dari tadi nanya Ira melulu papakan
Pak Hendro : Ya udah deh mah ! ( dengan penuh curiga Pak Hendro berpikir
Ketika Pak Hendro pergi mandi Ibu Mirna mengancam Ira untuk tidak buka mulut kepada ayahnya
Ibu Mirna : Heh, Ira sudah sekarang kamu pergi mandi sana ! Awas yah
Setelah beres mandi Pak Hendro pun tidur sejenak untuk mengistirahatkan badan, lalu penyiksaan
Lalu Ira pun pergi untuk menyetrika baju itu, ketika sedang menyetrika Ira selalu melamun meratapi
Lalu Ira pun melihat ke arah pakaian yang disetrikanya, ternyata sudah bolong lalu Ira pun
kebingungan.
Rosa : Lihat nih mah kelakuan si Ira dia telah membuah bajuku
Ibu Mirna : Aaaah saya sudah bosan mendengar ucapan itu lebih baik
Ira : Tapi, saya mau tinggal dimana saya tidak punya tempat lagi
Ibu Mirna : Dimana saja, dikolong jembatan masih kosong, sekarang kamu
Lalu Ira pun pergi menuju makam ibunya sambil menangis ketika itu Pak Hendro bangun dari
tidurnya.
Pak Hendro : Ada apa ini, kok kayanya ada yang ribut ( tidak ada yang
menjawab )
Bi Inah : Ini Tuan tadi ada keributan sampai – sampai non Ira di usir
Pak Hendro : Pantesa, saya sudah curiga sejak dulu, sekarang pergi kemana
Ira ?
Bi Inah : Tidak tau Tuan, dia todak bilang, mungkin dia pergi ke makam
ibunya ?
Ketika itu terlihat Ira berada di sana sambil menangis ( nyanyi ) Pak Hendro pun datang
menghampiri Ira.
Pak Hendro : Apa benar kamu selama ini sering disakiti ibu tirimu ?
Ira : Iya Pak, selama ini saya sering disiksa oleh ibu tapi saya
Pak Hendro : Jadi, benar semua ini nak ! sudah sekarang mari kita pulang,
Ibu Mirna : Ada apa Pak ? ( Ibu Mirna terkejut ketika melihat Ira pulang
Pak Hendro : Ternyata kamu mempunyai hati yang busuk lebih dari yang
ibu Mirna : Tidak Pak, saya tidak pernah menyiksa apalagi mengusirnya 1
Pak Hendro : Diam kau ....! didepan saya kamu bermanis manisan tapi di
ibu Mirna : Apa ? saya tidak terima atas tuduhan semua ini !
Pak Hendro : Saya tahu semua ini dari Bi Inah, karena dia selalu melihat
Ibu Mirna : Jangan Pak, jangan usir kami, kami tidak punya rumah lagi !
Pak Hendro : Tuh lihat Mirna ! anak yang selalu kau siksa, masih berbesar
Ibu Mirna : Terima kasih Pak, mulai sekarang kami akan merubah sikap
memaafkan kami ?