Kelas : XI IPA 3
Mapel : B. Indonesia
Didapur.
Risa :”Ibuuu!!!”
Ibu :”iya nak? Ada apa?”
Risa :”Mana makanan kita bu!!!”
Ibu :”Ehm... “
Risa :”aku sangat lapar bu, aku mau makan sekarang cepat buuu!!!”
Ibu :”tunggu sebentar nak, ibu menunggu adikmu membawa uang untuk membeli beras
karena beras kita sudah habis..”
Risa :”Apaaaa!!! Aku bisa mati kelaparan!!”
Setelah beberapa jam kemudian, Risa bangun dari tidurnya ia merasa kelaparan dan segera
keluar kamar.
Risa :”Ibuuuuuuu....bu.... ibuuu.. makanannya sudah siap belum?? Aku sudah lapaaar.... “
Ibu :”iyaaa nak sebentar lagi nak..”
Risa :”ah dasar orang tua, kerjaaannya lama sekali.. “
Dibelakang..
Moko :”ibu kenapa?”
Ibu :”ibu tidak apa-apa nak.. “
Moko :”siapa diluar bu.. “
Ibu :”Nak mardi.. “
Moko :”Mau ngapain dia disini.. aku ke luar dulu yaa bu... “
Tiba-tiba...
Mardi :”eh bang moko.. “
Moko :”ngapain kamu disini.. Sari sedang pengajian ini hampir magrib lebih baik kamu
pulang.. “
Mardi :”tapi pembantumukan sedang membuatkan kita minum...”
Moko :”haaa? Pembantuu?”
Mardi :”Yasudahlah saya pulang duluu yaa.. assalamualaikum... “
Moko :”Wa’alaikum salam” (cetusnya)
Setelah kepulangan Mardi, terjadi pertengkaran hebat antara Moko dan Risa..
Moko :”apa yang kakak lakukan kak... “
Risa :”Memangnya apa yang aku lakukan... “
Moko :”kakak bilang dengannya kalau ibu kita itu adalah seorang pembantu!!!”
Risa :”memangnya kenapa?”
Moko :”Kak.. beliau itu ibu kita bukan pembantu kita kak, kakak sudah keterlaluan.. kakak
tidak menghargai ibu lagi... “
Risa :”aku sangat malu mengakui perempuan tua yang jelek itu ibuku, apa kata orang-orang
jika perempuan tercantik di desa ini mempunyai ibu seperti itu... “
Moko :”Kakak keterlaluan... “
Risa segera pergi masuk kekamar dan didepan pintu ia bertabrakan dengan ibunya..
Risa :”Issss.... “
Keesokan harinya.. Risa, Putri sulung Darmi, sedang berdandan. ia sangat malas dan jauh
berbeda dengan adiknya. Dia bersifat sombong dan durhaka. Kerjanya hanya bersolek dan
mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari
nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.
Setelah ibu dan adiknya pergi ke sawah, Risa pun kembali ke rumah, saat ia ingin kembali
mempercantik wajahnya, ternyata alat alat kecantikan yang ia miliki sudah habis, Sari merasa
kesal, yang ia lakukan hanya mondar mandir tak karuan.
Hari sudah menjelang siang, Risa teringat dengan alat-alat kecantikannya yang sudah habis, tak
lama kemudian ibu dan adiknya datang. Tanpa basi basi Risa langsung menghampiri ibunya
yang baru sampai di pintu dan masih terlihat lelah.
Risa :”Bu!! Alat alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus segera membelikan yang baru, ??”
Sari :” Kak, ibu baru saja pulang, seharusnya kakak bisa lebih menghargai ibu”
Ibu :”Risa, ibu masih lelah, besok saja ya, pasti ibu belikan…”(duduk menghela nafas)
Risa :”Tidak bu!! (membentak ibu) aku ingin sekaraang!!!”
Sari :”Kakak!!!”
Risa :”Diam kau anak kecil!!” (sambil melotot)
Ibu :”Sudah Tak apa apa Sari, biar ibu beli sekarang” (bicara kepada Sari) “tapi Risa, ibu
tak tahu alat kecantikan seperti apa yang kamu maksud, kamu harus ikut ke pasar juga”
Risa :”Hahh? Aku harus ikut juga”
Ibu :”iya nak, ibu kan tidak tau yang mana yang kamu maksud”
Risa :”Ahh, mana diluar masih panas lagi nanti kulitku terbakar bu”
Ibu : (diam memperhatikan tingkah Risa)
Risa :”yaudah deh, aku akan ikut ibu ke pasar tapi dengan suatu syarat..”
Ibu :”apa syarat nya nak??”
Risa :”Ibu harus berjalan di belakangku”
Ibu :”kenapa memangnya nak?”
Risa :”sudah jangan banyak tanya bu, dan satu lagi ibu harus memayungiku dari belakang
yaa.. “
Sari :”Kak, ini ibu kita bukan pembantu kakak kak.. “
Risa :”kalian seharusnya berkaca. lihat saja wajah kalian yang tak terurus dan pakaian
kalian pun sangat kotor sekali. apalagi ibu, sudah keriput,bau.. jelas aku malu!!”
Ibu :”sudahlah nak tidak apa-apa, ayo kita pergi sekarang nanti keburu malam nak.. “
Risa :”Itu lebih baik.. “
Ibu :”Kamu jaga rumah saja ya sari, biarkan ibu dan kakakmu yang pergi ke pasar”
Sari :”baik bu.. “
Walaupun sedih, sang Ibu pun menuruti permintaan putrinya. Setelah itu, berangkatlah mereka
ke pasar secara beriringan. Risa berjalan di depan, sedangkan Ibunya mengikuti dari berlakang
dengan memegang payung. Meskipun mereka satu keluarga, penampilan mereka kelihatan
sangat berbeda. Seolah-olah mereka bukan keluarga yang sama. Risa dengan pakaian yang
bagus, sedangkan sang Ibu kelihatan sangat kusut, dengan pakaian yang sangat kotor. Di tengah
perjalanan, Risa bertemu dengan temannya yang tinggal di kampung lain.
Laksana di sambar petir, Darmi mendengar ucapan putrinya seperti itu. Tapi dia hanya terdiam
sambil menahan rasa sedih.
Sang ibu tetap saja menjawab tidak pertanyaan anaknya. Ternyata ia sedang berdoa kepada
Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu. Risa melihat mulut ibunya komat-kamit
sambil menengadahkan tangannya ke atas.
Risa :”Heii!! Ibu sedang apa siihh??” (nada membentak, menoleh kepada ke ibunya)
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan suara
guntur bergemuruh memekakkan telinga. Hujan deras pun turun. Pelan-pelan kaki Risa berubah
menjadi Batu. Risa pun mulai Panik.
Risa :”Ibu!!.. Ibu!! Apa yang terjadi denganku bu?? Aduuhh keraas sekali bu.. Maafkan Risa
bu!! Bu Risa berjanji tidak akan mengulanginya lagi bu!!” (seru Risa semakin panik)
Sang ibu hanya bisa menangis melihat anaknya berubah menjadi batu. Namun, apa hendak
dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Gadis durhaka itu
hanya bisa menangis dan menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah
menjadi batu, sang Ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Semua orang yang
lewat di tempat itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali
terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Risa telah menjelma menjadi batu. Batu itu kemudian
mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh masyarakat setempat, batu itu mereka
beri nama Batu Menangis.