Anda di halaman 1dari 8

SIR

Karya : Teater Sabit

Tokoh : Ria (Kepala Desa)


Delsa (Anak Kepala Desa)
Risa (Teman Kepala Desa)
Ratih (Teman Kepala Desa)
Fira (Sekertaris)
Mirna (Pemilik Perusahaan)
Susi (Juru Bicara)
Adegan 1
Delsa dan teman-temannya bermain pemainan cublak-cublek suweng (dalam bayangan masa lalu
Delsa)
Adegan 2
Delsa tersenyum senyum sendiri dan tiba-tiba ibunya datang membubarkan lamunannya.
Delsa : (terkejut) “eh… ibu..”
Ria : (menggoda) “ehm.. anak ibu.. fikiran apa yang bergelanyut di kepalamu nak? Sudah 5 menit ibu
disini memperhatikanmu”
Delsa : (menghela nafas) “menjadi dewasa sangatlah rumit ya bu, hahl-hal kelam yang kerap berlalu kini,
makin berkutat rumit pada fikiran. Dari mata kanak-kanak kita tidak melihat mendung seperti mendung.
Ia bisa saja permen warna-warni atau nanah padah sebuah lutut, ya aku sedang mengenangnya.”
Ria : “anak ibu, semakin dewasa, makin menggemaskan saja.”
Delsa : “ahh, ibu bisa saja, aku jadi teringat dengan masa kecilku dulu, bermain cublak-cublek
suweng,dakon, bekel.”
Ria : “oh itu, iya ibu ingat. Kamu sering memainkan dengan teman-temanmu”
Delsa : (tersenyum malu)“hehe, iya bu, Delsa tiba-tiba teringat dengan masa kecil dulu. Almarhum
ayahlah yang memperkenalkan itu (hening).. Delsa rindu ayah”
Ria : (Ria menghampiri Delsa kemudiam memeluknya) “ayahmu memang meninggalkan banyak
kenangan nak dan ibu pun masih belum percaya atas kepergian ayahmu”
Delsa : “ayah adalah lelaki terhebat yang pernah Delsa temui. Dalam keadaan sakit pun dia masih
memikirkan kebahagiaan keluarga. (Delsa menengok ibu dan menatap ibu lebih mendekat).. Terima kasih
sudah menggantikan ayah, bu.”
Ria : (tersenyum kepada Delsa)
Delsa : “ibu adalah wanita terhebat yang Delsa miliki.Delsa bangga dengan Ibu yang saat ini juga menjadi
pemimpin warga, Delsa percaya dengan ibu bahwa ibu akan menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana”
Ria : “ah sudahlah.. lebih baik kita makan kemudian bantu ibu mempersiapkan makanan untuk arisan
nanti”
Delsa : “baik bu”
Adegan 3
Saat Delsa dan ibu pergi kedalam untuk makan dan menyiapkan arisan, beberapa jam kemudian
terdengar suara bel rumah yang menandakan bahwasanya ada tamu dirumahnya kemudian Delsa
membuka pintu itu dan menyambut teman-teman Ibunya.
Delsa : “Tante Ratih, Tante Risa, mari silahkan masuk. Sudah ditunggu ibu dari tadi hehe”
Ratih : “Delsa.., bagaimana kabarmu?, makin cantik aja kamu.”
Delsa : “ah tante bisa aja, mari silahkan duduk, sebentar Delsa panggilkan ibu dulu.”
Risa dan Ratih duduk. Kemudian delsa pergi kedalam untuk memanggilkan ibunya, dan keluarlah
Ria membawa makanan dan minuman yang sudah disiapkan.
Ria : (meletakkan makanan dan minuman kemudian berpelukan dan melakukan cipika-cipiki)“eh ibu-ibu
akhirnya yang ditumggu-tunggu sudah datang”
Ratih : “maaf bu kades kalau menunggu lama”
Risa : “aduh jadi gak enak sama bu kades hehehe, oh iya itu anaknya bu kades usia berapa ya?”
Ria : “oh iya yah, bu Risa belum pernah aku kenalkan dengan anakku, Delsa sekarang sudah 20 tahun,
dan dia sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di perguruan tinggi ternama disini. ”
Risa : “sudah cantik, pinter lagi sama seperti ibunya”
Ria : “ah bisa aja nih bu risa.”
Ratih : “eh, bu kades gelangnyanya baru ya?”
Ria : “iya tau aja deh bu Ratih ini”
Ratih : “kayaknya mahal nih, ya gak bu?” (menyenggol Ria)
Ria : “gak begitu mahal juga kok bu. Sekitar 40 jutaan lah”
Ratih : “ wah lumayan ya bu. Gak jauh beda sama harga cincin aku ini”
Risa : “kalau aku belum bisa beli gelang sama cincin”
Ratih : “loh kenapa bu?”
Risa : “kemarin uangku habis dibuat liburan sendiri di Bali”
Ratih : “oh iya pantesan beberapa minggu ini gak pernah kelihatan ternyata liburan di luar kota”
Risa : “hehe iya begitulah bu cara menghabiskan uangku.”
Ria : “eh mari diminum dulu ibu-ibu”
Ratih : “eh bu Ria, memangnya gaji kepala desa berapa sih bu?”
Ria : “tidak terlalu besar sih bu ya cuman Rp. 2.500.000.”
Ratih : “tapi kok bisa beli barang-barang branded!, atau jangan-jangan!”
Risa: “iya bu, kok bisa ya?”
Ria : “Saya kan punya investasi di teman-teman saya.”
Ratih : “owh.. investasi.”
Risa : “memangnya ikut investasi dimana bu?, ajak-ajak kami lah bu, kami kan juga pingin seperti bu
kades, bener enggak bu Ratih”
Ratih : “iya bu kades, gimana caranya bu?”
Ria : (Mengalihkan pembicaraan supaya Risa dan Ratih tidak makin curiga)“ah, masalah gampang itu
ibu, nanti aku kenalin sama temen aku, lebih baik kita mulai aja arisannya.”
Ratih : “bener ya bu, nanti dikenalin.”
Risa : “kita tunggu loh bu, ya sudah kita mulai aja yuk arisannya, sudah gak sabar, siapa yakira-kira yang
dapat?”
Risa mulai mengocok botol, dan menjatuhkan satu gulungan kertas yang berisi nama salah satu
dari mereka.
Ratih : ‘Goncang-digoncang oey! siapa yang dapat oey!’
Risa : “Saya buka ya (mengambil gulungan kertas yang keluar. Dan membacakan nama yang berada di
gulungan kertas.). Wah yang beruntung hari ini ternyata Bu Kades!”
Ria : (senang, mengangkat kedua tangan) “Yeeee!!!!, Nanti bisa shopping, beli perhiasan baru, liburan.
Wah, pasti asik deh!”
Ratih : “wah selamat ya bu, Kita tunggu lo traktirannya.”
Risa : “ehmm, tasnya baru ya bu?”
Ratih : “iya dong bu, cuman hanya ada satu di Indonesia. Eh gak usah di pegang-pegang bu, mahal”
Risa : “lihat nih ibu-ibu tas saya perancangnya dari london, lihat nih, baguskan”
Ratih : “baru tas aja yang pentingkan perihasan aku baru!!”
Risa : “yaa, kalau itu sih aku belum punya tapi lihat ini bu (sambil menunjukkan jam tangan barunya) eh
ngomong-ngomong delsa kemana bu?”
Ria : “Mungkin sudah tidur bu”
Risa : “eh baru jam berapa kok sudah tidur (sambil melihat jam), eh.. bu kita balik dulu ya, soalnya udah
malem juga, kasian suami sudah menunggu lama.”
Ratih : (sambil cipika-cipiki)“iya bu kita balik dulu ya.. ”
Adegan 4
Saat Ria hendak pergi menjalankan rutinnitas sebagai Kepala Desa. Tiba-tiba datang seseorang
tidak dikenal yang akan membeli tanah.
Susi : “Selamat Pagi”
Ria : “Selamat Pagi, ingin bertemu dengan siapa?”
Polisi : “Kami Ingin bertemu dengan Ibu Ria selaku Kepala Desa disini”
Ria : “ya, dengan saya sendiri, mari silahkan duduk, ada perlu apa kalau boleh tau?”
Susi : “Perkenalkan Saya Susilawati, biasa di panggil Susi, dan Ini Bos Saya. di PT Kebenaran yang tak
pernah padam”
Mirna : “(Sambil berjabat tangan) Mirna, ”
Susi : “langsung saja bu, begini, bos saya ingin membeli tanah yang berada di pinggir jalan raya dekat
dengan gapura desa ini.”
Ria : “tapi tanah itu….”
Mirna : “Soal Uang tidak menjadi masalah, Tinggal Ibu Ria sebutkan saja nominalnya yang Ibu
inginkan.”
Ria : “Tapi.. tanah itu tidak jual.”
Susi : “kami akan membangun pabrik di tanah itu, dan akan mempriaritaskan warga disini untuk
berkerja.”
Ria : “(sambil berfikir) sebetar (bicara dalam hati) kalau aku terima tawaran ini, pasti aku akan untung
banyak, dari uang penjualan dan dapat suntikan dana dari pemerintah, tapi kira- berapa nominal yang aku
harus lontarkan.(kembali berbicara dengan susi) jadi ibu berani bayar berapa untuk tanah itu?”
Susi : “kami berani membayar tanah itu 1.500.000 per meter,”
Ria : “sebentar.. (berbicara dalam hati) 1.500.000 per meter sedangkan luas tanah 50 hectar berarti aku
mendapatkan uang Rp. 750 juta, wah… bisa beli barang brandet lagi ini.. sebentar sebentar, untutk
mengelabui warga 30% cukuplah.. untuk memperbaiki jalan yang rusak dan membangn jembatan sisanya
cukuplah untuk aku, ini baru ide yang cermelang..(kembali berbicara dengan Susi) mohon maaf bu, saya
tidak bisa.”
Susi : “Baiklah bu, jika ibu tidak bersedia menjual tanah itu. Kami pamit”
Ria : “Tunggu Sebentar.”
Susi : “Jangan terlalu lama berfkir Ibu, Ingat kesempatan tidak datang dua kali.”
Mirna : “baiklah bu, ini ada Rp. 10 Juta, silahkan Ibu tarima dan anggap sebagai tanda bahwa ibu sepakat
dan bersedia untu menjual tanah itu.”
Ria : “Sebentar.. (berbicara dalam hati) Bagaimana ini apa aku harus terima, atau tidak, (mengumpat) jika
aku menolaknya aku akan kehilangan kesempaan emas ini. Tapi…. Arghh lebih baik aku terima”
Susi : “kami tidak bisa lama-lama, jadi bagaimana bu?”
Ria : “begini bu, saya terima tawaran bu, tapi ingat bu, jangan sampai semua orang tau.”
Susi : “(tertawa) jangan khawatir semua bisa di atur, kalau begitu silahkan tanda tangan surat ini, dan
kami pamit.”
Mirna : “terimakasih atas kerjasamanya, besok Notaris Saya yang akan mengurus semua.”( Kemudian
Mirna dan Susi Meninggalkan Rumah Ria.)
Ria : “(tertawa bahagia) aku bisa membeli apa saja dengan uang ini, tapi tunggu sebetar, aku butuh
bantuan untuk mengelabui ini semua, tapi siapa….”
Adegan 5
Disaat Delsa hendak berpamitan ke rumah Arin untuk pergi ke toko buku, tiba-tiba Delsa
mendengar pembicaraan ibunya dengan fira sekertaris desanya yang membahas mengenai
keinginan ibunya untuk mengkorupsi asset tanah yang akan di gunakan untuk warga desa itu.
Fira : “Asalammualaikum, Bu Ria.”
Ria : “walaikumsalam, ada apa Fira tumben pagi-pagi kerumah saya?”
Fira : “jadi begini bu, maksud kedatangan saya kemari, saya mau meminjam uang untuk biaya kemoterapi
ibu saya.”
Ria : “(berbicara dalam hati) wah.. ini kesempatanku mengajak Fira untuk membantuku mengolah uang
penjualan tanah itu. (kembali berbicara dengan Fira) ehmm, memangnya kamu butuh uang berapa?”
Fira : “saya butuh unag sekitar 10 juta bu.”
Ria : “Baiklah Fira, saya bisa membantumu untuk meminjamkan uang dan kamu tidak perlu
membayarnya kepada saya, tapi ada persyaratannya.”
Fira : “apa bu persyaratanya?”
Ria : “ehmm.. jadi begini Fira, kamu tau tanah yang ada di pinggir jalan raya dekat dengan gapura?
Fira : “iya bu, saya tau.”
Ria : “jadi, uang penjualan tanah yang ada di dekat dengan gapura desa akan segeera cair, dan aku
berencana mengajakmu bekerjasama untuk mengelolah uang itu.”
Fira : “maksud ibu?”
Ria : “jadi begini, semua akan baik-baik saja kalau bermain dengan bersih, saya sudah berkali-kali dan
aman-aman saja, tapi kali ini kita harus kerjasama!”
Fira : “TIDAK BU!!, saya tidak bisa.”
Ria : “demi Ibumu!!.”
Delsa : “IBU!!!..”
Adegan 6
Ria : “hahahahaha, Tidak ada siapapun yang bisa yang bisa menghalangi niatku.”
Fira : “tidak seorangpun kecuali waktu!”
Ria :”Justru waktu yang akan tunduk kepadaku, Waktu selalu memihakku dimana Ria berkata maka
disitulah kebahagiaan ada !”
Fira: “ Tapi kau lupa punya Tuhan! dan kebenaran tidak pernah salah tempat Ibu Kepala Desa Yang
Terhormat!”
Ria: “Fira! Aku tau kau adalah gadis yang baik tapi kau tetap manusia yang memiliki kemunafikan yang
tinggi. Heh ! (tertawa sinis)
Fira : “manusia diciptakan dengan akal dan Sir. Keduanya seharusnya dipakai sebagai bekal untuk hidup.
Tapi ternyata tidak semua menggunakannya dengan baik, salah satunya adalah kamu… Tolong jangan
libatkan aku!”
Ria : “hahahahaha, aku tidak akan menyakiti sekretaris muda kesayanganku, aku hanya ingin bermain-
main seperti biasa, kita bekerja seperti biasa. Kau akan aman denganku Fira. aku hanya ingin kamu
membantuku itu saja”
Fira : “Sampai kapan pun aku tidak akan pernah membantumu!”
Ria : “hahahahaha, apa kamu lupa siapa yang telah mengangkatmu sebagai sekertaris desa, siapa yang
telah merubah nasibmu, kamu tidak ingin membalas budiku?”
Fira : “saya berterimakasih banyak, karena ibu sudah merubah nasib saya, tapi untuk menerima tawaran
tersebut saya tidak bisa, karna jika berurusan dengan hukum, ibu saya hanya punya saya.”
Ria : “jangan bertindak bodoh Fira, aku tahu kamu butuh banyak biaya, hanya dengan ini kamu bisa
membiayayai pengobatan ibumu, apa kamu tidak ingin berkumpul bersama ibumu?”
Fira : “memang aku membutuhkan banyak biaya, tapi tidak dengan cara seperti ini.”
Ria : “jadi kamu tetap dengan pendirianmu, hahahahahaha, fira, fira, jangan bersikap bodoh, fikir dengan
matang-matang, sebelum semuanya menjadi runyam.”
Delsa : “ibu…”
Ria : “Delsa.. (berlari ke Delsa) kau bilang ibumu ini adalah wanita yang hebat, kau masih percaya itu
kan? Kau masih percaya itu kan Delsa?”
Delsa : “ibu… (menangis)”
Ria : “Delsa.. Delsa.. nak dengarkan ibu, ini semua untuk kebahagiaanmu. Kau ingat ibu pontang-panting
mencari biaya untuk pengobatan ayahmu? Kau ingat saat kau terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan
sepeninggal ayahmu Dan kau juga ingat ibu mati-matian berjuang membiayaimu kuliah? Ini semua demi
kamu Delsa.. demi kamu! ”
Delsa : (menangis)
Ria: (melihat Delsa tetap menangis Ria mulai naik pitam karena tidak bisa meyakinkan Delsa)
“ Ahhh! Munafik! Kau bahagiakan, ketika semua yang kau inginkan bisa kau miliki Delsa? Aku
menyayangimu lebih dari apapun, Ibulah yang bisa mencukupi kebutuhanmu selama ini seharusnya kau
bangga padaku!”
Delsa: “ Tidak bu, Bukan ini yang Delsa inginkan. Apa gunanya berlimpah harta tanpa menggunakan
nurani yang bersih.”
Ria : “(tertawa) jangan terlalu polos menjadi manusia, kita tidak akan bahagai jika ibu tidak melakukan
hal itu!”
Delsa : “Ingatlah bu, ketika kebaikan yang ditanam maka hasilnya akan baik, jika kebukurukan yang
ditanam maka bersiaplah keburukan juga yang akan diterima.”
Ria : “(mengumpat) Sekarang pilihan ada dikalian, Fira jika kamu tetap dengan pendiriannmu, maka
bersiaplah kamu akan ditinggal dengan orang yang kamu sayang, dan kamu Delsa bersiap akan
kehilangan kebahagian.”
Adegan 7
Kemudian Delsa Menyanyikan Lagu Cublak-cublek suweng dan Ria teringat dengan suaminya
yang sangat dia cintai
Delsa : (menyanyikan lagu cublak-cublek suweng) “ingat bu pesan terakhir ayah, ayah berpesan pada ibu
jadilah pemimpin yang tidak mudah terkalahkan dengan hawa nafsu dan sekarang ibu harus kembali ke
hati nurani ibu.”
Ria : (menangis penyesalan dan menyanyikan lagu cublak cublek suweng)“aku sadar bahwa dalam
mencari harta dan tahta harus menggunakan hati nurani yang bersih bukan menggunakan keegoisan diri
sendiri, maafkan ibu nak, maafkan saya Fira, aku akan menyerahkan diri, dan kembali kejalan yang
benar, maafkan aku….”

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai