Anda di halaman 1dari 5

Ketika Merah Putih Hilang Dari Pandangan

Para petinggi negara yang menjanjikan segala kemajuan Indonesia selama ini hanya bualan belaka; Omong
kosong, tanpa bukti, dan akhirnya pasti menuju pada keegoisan mereka.

Berita korupsi di Indonesia dan kakus DPR meminta uang dua miliar untuk memperbaiki toilet yang masih
sangat layak dan malah lebih mewah, membuatku benar-benar muak kepada mereka

Tuhan menciptakaan mereka dengan sepasang mata dan kaki yang benar-benar berfungsi, harusnya mereka
memandang kemiskinan di negara ini dan memperbaikinya

( tokoh kakak memasuki panggung yang berisi pengemis jalanan dan pedagang kaki lima)

Kakak : untuk pertama kalinya aku memberi mereka dangan uang seribuan, tapi selanjutnya sih tidak. Bukannya
aku tidak tau diri, hanya saja aku berfikir kenapa banyak orang yang mau menghina diri mereka dengan menjadi
pengemis

( tokoh Aura membawa seruling dan berjalan melewati Kakak )

Tiupan serulingnya dan jarinya yang membuka tutup lubang pada seruling itu sangat lincah telah
menghentikan langkah kakak dan membuat kakak berbalik untuk menghampirinya

(tokoh Aura membalikkan badan dan menatap polos saat tokoh kakak menyentuh bahunya)

Kakak : maaf, kamu mencari uang dengan itu? (sambil menunjuk serulingnya)

Aura : maksud kakak ini? (bertanya sambil mengacungkan serulingnya) ya, setiap hari aku ngamen di sekitar sini
pake seruling ini

kakak : permainanmu cukup bagus

Aura : terimakasih (malu, lalu menunduk) kakak mau coba main seruling ini?

(tokoh kakak merogoh kantungnya dan meyodorkan uang lima ribu)

Kakak : ini uang untukmu. Gunakan sebaik mungkin ya. Untuk makan, jajan atau apa

Aura : (menatap dengan binar) terimakasih kak

(aura pergi sambil memainkan seruling)

Kakak : (menatap kepergian Aura) padahal jika dikembangkan, permainan seruling anak itu bisa menghasilkan
karya bagus dikalangan masyarakat. Sayangnya tidak ada orang yang benar benar perduli dengan hal itu, benar
benar sayang

beberapa hari setelahnya, saat melewati jalan yang sama dengan tempo hari, kembali dia bertemu dengan
gadis seruling itu. Masih menggunakan baju yang sama dengan waktu itu

(tokoh Aura, Icha, Haikal, Kiki, dan Galih membentuk lingkaran dan bersenda gurau, tokoh kakak menghampiri
Aura lalu menyentuh bahu Aura)

Aura : kakak yang waktu itu? kakak ngapain disini?

Kakak : ini teman teman kamu?


Aura ; ya, aku ngamen bareng mereka setiap hari (lalu tokoh Aura menunjuk kelima temannya sambil menyebut
nama mereka masing-masing) oh ya kak ngomong ngomong namaku Aura

Kakak : kalian tinggal di mana?

Aura : di dekat sini, ada rumah bekas nggak dipakai, sudah rubuh sebagian sih. kami tinggal di sana

Kakak : di rumah yang rubuh sebagian?

(di jawab dengan anggukan dan senyum manis Aura)

Aura : (menatap ke arah jalan raya yang ramai dengan kendaraan) ups, lampu merah kak. permisi, kami mau
ngamen dulu (dengan nada ceria)

(mereka langsung menyebar di jalanan dan menunjukkan kemampuan mengamen mereka dengan terampil)

Kemapuan mengamen mereka yang bagus, walaupan dibandingkan dengan orang yang mampu bermain
musik memang tidak seberapa

tapi jika dibandingkan dengan pengamen-pengamen jalanan mereka termasuk bagus. Dan hal itulah yang
membuat kakak tertarik dengan mereka

(saat lampu merah selesai mereka kembali di tempat tokoh kakak berdiri dengan wajah sebagian puas dan sebagian
kecewa menggerutu dan berkeluh kesah)

Kakak : kalian bisa mainin Indonesia Raya enggak, mainin barengan kalian semua pake alat kalian masing-masing

(Tokoh Aura,Icha, Haikal, Galih, Kiki diam dan menatap Kakak dengan diam)

Aura : Indonesia Raya? kami enggak bisa (sambil memilin- milin rok panjangnya)

Haikal : kami pernah denger lagunya, tapi kami enggak bisa. Kami nggak hapal lagu itu, kami sudah lupa, dan kami
nggak perlu

Kakak : enggak... perlu? (menunjukkan wajah yang sangat bingung)

Haikal : iyalah kami benar-benar enggak perlu lagu itu

Kakak : kenapa?

Kiki : kita cuma nggak perlu. percuma kita tau lagu itu, kita enggak bakal nyanyiin lagu itu dimana-mana

(kakak terdiam akan pernyataan itu, dan teman-teman yang lain mengangguk serempak)

Maksudnya, mereka menyesali keberadaan mereka di indonesia

***

Mulai saat itu kakak sering menemui mereka. kadang menemuinya di tempat tinggal mereka. Disana Kakak
banyak bercerita tentang kelebihan dan kekurangan Indonesia. Tentang pendidikan, perkembangan bakat
dan lagu Indonesia Raya. ya, kakak bertekat untuk meluruskan mereka

Icha : aku tau bendera Indonesia warnanya merah-putih, tapi kapan aku ikut baris waktu upacara dan menghormati
bendera itu (sambil menopang dagu dikedua tangan)
Haikal : jadi, percuma aja kakak ngajarin kita beginian. Ujung-ujungnya sama saja. bukannya aku enggak
menghargai kakak, tapi itu memang nyata kok. yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin

Kakak : kenapa kamu bilang begitu?

Haikal : soalnya.... emang begitu

Kakak : Kita bisa ngubah itu semua (sambil tersenyum penuh tekat dan keyakinan) kalau kalian mau, kakak bisa
kok membuat kalian ikut upacara menghormati bendera merah-putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Asalkan kalian yakin sama kakak

(Tokoh Aura,Icha, Haikal, Galih, Kiki terdiam, menatap wajah tokoh kakak sebentar lalu berpaling)

Tiara : percuma kak, kita malah di hina sama orang orang kaya kalau kita ikutan upacara bareng mereka. Mereka
bakal bilang kita enggak selevel sama mereka

Kakak : karena itu kakak di sini

Galih : apa peduli kakak sama kita? orang kaya semuanya sama. Belagu. Sok baik, padahal mereka cuma mau dapat
pujian dari orang! kakak juga gitu kan? sok peduli sama kita padalah cuma mau dipuji orang

Kakak : enggak semuanya begitu, kok

Haikal : buktinya?

satu kata yang menjadi pertanyaan dari Haikal membuat kakak diam telak. Bukti. Bukti selalu menjadi penghalang.
Saat ini kakak benar benar-benar tidak punya bukti yang kuat.

sialnya mereka tidak mempercayaiku lagi kalau saat ini aku benar-benar kalah dalam pembuktian

Kiki : kakak engga punya bukti, kan? (sembari mendesah kecewa)

( Aura menatap kakak dengan kesedihan dan kekecewaan lalu kakak membalas dengan memberikan senyuman yang
meyakinkan kearah Aura)

(kakak mengambil tas ransel lalu pergi )

Kakak : aku akan mencari bukti untuk menyakinkan mereka. Di antara jutaan orang di sini, hanya aku yang bisa
mengembalikan pandangan mereka tentang merah-putih. Hanya aku.

***

Sekitar seminggu kakak tidak menemui Aura dan teman-temannya waktu seminggu itu

digunakan kakak untuk memeprsiapkan segala hal yang digunakan saat menyadarkan mereka tentang
merah-putih itu. aku tidak perduli seberapa putus asanya mereka, aku akan terus menyemangati meraka

Kakak : hai kalian, ( sapaan dibalas dengan tatapan enam pasang mata) kakak sudah memiliki bukti yang kuat atas
pernyataan kalian, ini ( sambil mengangkat sebuah tas jinjing) ini, kalo kakak sama seperti orang kaya lainnya,
kakak enggak akan membawa ini dan enggak ke sini

Haikal : itukan cuma tas? (tersenyum meremehkan)


Kakak : memang, tapi ini bukan tas kosong ( berlutut lalu mengeluarkan semua isi tas) Alat tulis, Buku lagu-lagu
wajib, dan yang paling penting (mengambil sehelai kain berwarna merah-putih lalu membuka lipatan kain dan
membentangkan kain itu)..... bendera merah-putih

Icha : itu buat apa?

kakak : ini buat persiapan upacara kalian nanti.Kalau kau mau ikut upacara kalian harus hafal lagu Indonesia Raya

Icha : harus bisa nulis juga

Kakak : yaaaa, begitulah (sambil memalingkan muka karena ucapannya tidak betul)

Aura : kalau gitu aku mau (sambil mengangkat satu tangan)

Galih : Aura! kakak itu cuma nyari pujian orang!

Kiki : dia udah cukup bukti kok kalu dia benar-benar perduli (tersenyum kepada kakak) dia rela datang bawa semua
barang itu setelah seminngu enggak datang. itu sudah cukup

(mereka semua kecuali Galih memghampiri kakak )

Kakak : galih mau ikut upacara kan? (sambil tersenyum)

(galih menganguk pelan, lalu tertunduk)

Kakak : kalau begitu sini. Kamu harus belajar dulu sebelum upacara

( Galih berjalan pelan menghampiriku, dan bergabung bersama teman-temannya)

***

Lima hari sudah berlalu. keenam murid ini sudah mulai lancar menulis, juga membaca.

Sementara itu lagu "Indonesia Raya" mulai mereka hapal dengan baik. Disela-sela belajar mereka, mereka
juga berlatih mengibarkan bendera layaknya upacara-upacara penting umumnya.

Awalnya semua itu berjalan lancar, sampai suatu hari, orang tua kaka mengabari kakak bahwa keluarganya
harus pindah ke Semarang besok pagi. Termasuk aku

(tokoh kakak dan ibu sedang mengemas baju )

Kakak : besok pagi?

Ibu : ya, besok pagi, jam enam (sembari mengemas baju)

Kakak : memang enggak bisa ditunda beberapa hari, bu

Ibu : enggak bisa, itu desakan pekerjaan ayah

Kakak : kan bisa bu, aku tinggal dulu di sini beberapa hari baru nyusul ke Semarang

Ibu : enggak, di Jakarta ini, kita enggak punya keluarga yang bisa titipin kamu
(tokoh kakak menghela nafas lalu melihat jam dinding)

Kakak : sudah jam sebelas malam, tidak mungkin aku menemui Aura untuk melaksanakan upacara itu sebelum aku
pindah, jangankan untuk upacara, untuk pamit saja tidak bisa

Kakak : ibu, kumohon, tunda satu hari saja

Ibu : ayah sudah memesan tiketnya, enggak bisa ditunda-tunda lagi

(tokoh kakak menggeram marah lalu m

Anda mungkin juga menyukai