Anda di halaman 1dari 5

Kalau Pecah Kita Yang Repot

Dram musical ini menceritakan tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di setiap butir
Pancasila.

Pembukaan : “Kalau pecah, kita yang repot” (suara gelas pecah)

*Sound kamu dan kenangan lalu disambung dgn orang yang bernyanyi

Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa

Scene 1

Seorang wanita menangis melihat rumah ibadah yang habis terbakar (video di layar/suara
kebakaran/gambar gereja terbakar)

“Hiks…hiks…Gereja ku… Apa salah kami?Kami hanya beribadah!”

Scene 2

Memperlihatkan umat muslim yang sedang melakukan kegiatan keagamaan dan diluar tempat kegiatan
ada sekumpulan remaja pria yang sedang bernyanyi dan bermain gitar tanpa memperdulikan orang-
orang yang sedang melakukan kegiatan keagamaan.

Ditengah kegiatan, sekumpulan remaja bernyanyi dengan gaduh dan seorang pria keluar dari tempat
ibadah untuk menegur mereka dengan sopan.

“Anak muda, di sini sedang ada ibadah tolong jangan ribut”

Anak-anak muda tersebut berhenti dari nyanyiannya sebentar. Lalu setelah pria tersebut masuk, anak-
anak muda itu bernyanyi lagi tanpa perduli ucapan pria tadi. Kemuidian pria tadi keluar lagi dan marah
dengan suara keras.

“Hehh kalian ini tidak punya adab! Di sini sedang ada ibadah tetapi kalian tidak bisa menghargai. Dimana
otak kalian? Saya heran dncjndfnncjdncjndcw”

Akhirnya anak-anak muda tersebut pergi dengan wajah yang tidak memiliki rasa takut.

Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab

Scene 1

*Instrumen musik

Ada seorang wanita dan pria yang ingin mendapatkan uang tetapi memperbudak orang lain.

Mereka berjalan dengan wajah yang gembira sambil memegang uang dan menciumi uang tersebut dan
menghampiri 6 budaknya.
Wanita : “Hai kalian, aku membutuhkan uang yang banyak jadi kalian harus bekerja lebih giat lagi. “

Pria : “Kalau kalian bermalas-malasan, maka kalian tidak boleh makan. Mengerti?!”

6 budak menunduk ketakutan “Mengerti pak…”

Lalu scene berubah ketika wanita dan pria tadi berjalan pergi dengan scene yang berjalan sambil
menciumi uang. 6 anak tersebut langsung berpencar untuk mengamen dan mengemis. (Dibantu oleh
beberapa pemeran pembantu sebagai orang yang mendengar pengamen, member pengemis uang)

Ketika adegan 6 anak-anak tersebut berlangsung, wanita dan pria tadi lewat dengan wajah bahagia lalu
tertawa sambil menatap uangnya.

Sila ketiga : Persatuan Indonesia

Scene 1

*Instrumen music cinta sejati dan di ikuti dgn seorang yang bernyanyi

Terdapat sepasang kekasih yang saling mencintai hendak berencana untuk menikah namun terhalang
restu orangtua karena suku yang berbeda. Pria suku Batak dan wanita suku Minang.

Pria dan wanita ingin menyatu (duduk berdua) tetapi dihalangi tali yang dipegang orangtua masing-
masing. Waktu lagu tiba-tiba berhenti, sepasang kekasih itu ditarik ortunya masing-masing agar terpisah.

Dialog :

Pria : “Aku sangat mencintainya pak, mak. Aku ingin bersamanya..”

Ortu Pria (Bapak) : “Tidak bisa nak, suku kita dan mereka sangat berbeda dan adat yang di jalani pun
sangat berbeda”

Ortu Pria (Mama) : “Susah nanti nak ku kalo beda sukunya sama suku kita. Gimana nanti omongan
tetangga kalo perempuan yang melamarmu. Apa mau keluarganya kalo kita buat kan borunya?”

Wanita : “Bundo, apak, izinkan aku bersamanya. Biarlah aku ikut adat mereka”

Ortu Wanita (Bundo) : “Supiak, jangan buat rumit. Nanti bundo carikkan orang Minang saja ya”

Ortu Wanita (Apak) : “Halahh, sudahlah supiak jangan melawan bundo dan apak”

Akhirnya masing-masing ortu menarik anaknya dengan tali itu dan tangan sepasang kekasih tersebut
tetap terulur seakan tidak mau berpisah. (kiri, kanan)

Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Scene 1

*Instrumen music

Adegan ini memperlihatkan orang yang hendak ingin ikut pemilu dan orang yang tidak mau ikut pemilu.

Cast :

1. Rio
2. Ilham

Rio : “Bro nanti waktu pemilu kira-kira lu mau pilih siapa?”

Ilham : “Ga ada bro gua golput”

Rio : “Loh kenapa? Satu suara sangat berarti bro dan suara dari kita bisa menentukan masa depan
Indonesia”

Ilham : “Ah ngapain bro, toh hidup gua bakal tetap gini-gini aja. Ga akan ada yang berubah walaupun
gua milih.”

Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Scene 1

*Instrumen music

Adegan pembunuhan yang dilakukan oleh anak seorang pejabat kepada temannya karena ia membenci
temannya yang selalu menang darinya. Namun temannya ini hanyalah rakyat biasa yang tidak memiliki
pengaruh apapun bahkan miskin.

Cast :

1. Cia (yang dibunuh)


2. Siska (Pembunuh)
3. Dodi (Ayah Kevin)
4. Surti (Ibu Dio)

Cia berdiri tersenyum bangga sambil memegang pialanya karena menang dari sebuah perlombaan dan
di sisi lain Siska yang mendapat juara 2 menatapnya dengan benci lalu menghampiri Cia.

Siska : “Woi sembunyiin muka lo, gua ga suka. Semua yang seharusnya jadi milik gua kenapa lu curi”

Cia : “Hahh? Apa? Curi? Cihh. Gua berusaha sendiri buat dapat ini dan sudah sepantasnya untuk dapat
penghargaan ini. Iri? Bilang bos.”
Siska : “Eh ga usah sombong. Kalo gua ngomong sama bokap gua, semua beasiswa lu bakal dicabut dan
semua lomba bisa aja gua menangin. Lu ga ada apa apanya miskinnn. Sedangkan gua anak pejabat yang
kaya raya.”

Cia : “Gunain kuasa ortu aja bangga. Bego mah bego aja. Kalau bukan karna bapak lu, lu bahkan ga dapat
juara 2.”

Adegan pun memperlihatkan Siska yang emosi lalu menarik piala Cia dan melemparkan piala Cia. Lalu
Cia menjambak rambut Siska. Lalu mereka berantam kjhdfjksdhfkjsdnmfcjkhefesnfk

Pada saat itu diam-diam Siska mengeluarkan pisau dari sakunya dan menghabisi nyawa Cia yang sudah
sedari lama ia benci. Tampaklah ibu Surti berlari dan menangis di atas tubuh Cia anaknya.

Lalu adegan menunjukkan hukum yang tak adil dimana ayah Siska memberi bayaran kepada penegak
hukum agar kasus ini di tutup lalu dan anaknya dinyatakan tidak bersalah. Selanjutnya adegan Siska dan
Dodi berjalan tertawa sambil menghamburkan uang di depan Cia yang terbunuh dan ibu Surti yang
menangis.

*Instrumen music

*Sound Soekarno Pancasila nbshduhskjadmn

Semua pemeran memainkan peranannya masing-masing dengan versi dari kebalikan penyimpangan
tadi.

Sila pertama :

Scene 1 : Tersenyum sambil membawa gambar gereja yang bagus dan utuh

Scene 2 : Umat muslim yang hendak beribadah dan di sapa oleh anak-anak muda lalu anak muda
tersebut pergi agar tidak mengganggu.

Sila kedua : Ada wanita dan pria yang mengayomi orang-orang yang membutuhkan pekerjaan

Sila ketiga : Tampak sepasang kekasih dan masing-masing ortu mereka sedang berbincang dengan
wajah ceria untuk mencari solusi terbaik agar saling menghargai suku masing-masing dan tidak
menghalangi kenahagiaan anak-anaknya.

Sila keempat : Kedua pria berbicara tentang pemimpin yang menurut mereka bisa mensejahterakan
Indonesia

Sila kelima : Dua anak dan masing-masing ortu mereka sedang gembira atas prestasi yang di dapatkan
dan melakukan foto bersama sambil memegang piala.

Ketika adegan itu berjalan, di iringi dengan sound Indonesia pusaka lalu di iringi dengan seorang yang
bernyanyi dan bait kedua semuanya ikut bernyanyi. Selesai
Lowongan Artis telah dibuka!

Sila pertama

Scene 1 : 1 Wanita

Scene 2 : 3 pria dan 3 wanita beribadah, 4 remaja pengganggu

Sila kedua : 1 wanita dan 1 pria tamak, 4 wanita 2 pria yg menjadi budak, 4 peran pembantu

Sila ke tiga : sepasang kekasih (2), 4 ortu

Sila ke empat : 2 pria

Sila kelima : 3 wanita dan 1 pria

1/2 org utk bernyanyi di sela adegan

Anda mungkin juga menyukai