Anda di halaman 1dari 9

ALERGI MAKANAN

Makanan merupakan salah satu reaksi alergi yang berbahaya. Walaupun kejadian
alergi makanan lebih sering ditemui pada anak anak, peneliti terbaru melaporkan 1,46% populasi dewasa juga pernah mengalami alergi makanan. Prevalensi pada
perempuan dewasa juga di laporkan lebih banyak dari pada laki-laki dewasa. Sebagian
besar alergi makanan tersebut sudah muncul pada masa kanak-kanak, kemudian
menghilang setelah usia 3 tahun. Alergi makanan yang muncul pada usia dewasa
jarang terjadi.
Tidak semua reaksi makanan yang tak diinginkan dapat disebut sebagai alergi
makanan. Klasifikasi yang di keluarkan EAACI (European association of allergy and
clinical immunology) membagi reaksi makanan yang tidak di inginkan menjadi reaksi
toksik dan reaksi non-toksik, reaksi toksik ditimbulkan iritan tertentu atau racun dalam
makanan, misalnya jamur, susu atau daging terkontaminasi atau sisa pestisida dalam
makanan. Reaksi non-toksi dapat berupa reaksi imunologis dan reaksi non-imunologis
(intoleransi makanan). Intoleransi makanan dapat diakibatkan zat yang terdapat pada
makanan tersebut (seperti histamine yang terdapat pada ikan yang diawetkan),
farmakologi makan (seperti tiramiin pada keju), atau akibat kelainan pada orang
tersebut (seperti difisiensi laktosa), atau idiosinkrasi. Sedangkan alergi makanan adalah
respons abnormal terhadap makanan yang di perantai reaksi imunologis. Sebenarnya
sebagian besar keluhan akibat makanan termasuk intoleransi makanan bukan alergi
makanan.
Seperti allergen lain, alergi terhadap makanan dapat bermanifestasi pada satu atau
berbagai organ target antara lain:

Kulit (urtikaria, angioedema, dermatitis atopik)


Saluran nafas (rhinitis, asma)
Saluran cerna (nyeri abdomen, muntah, diare)
System kardiovaskular (syok anfilantik)

Pada perempuan dapat juga terjadi kontraksi uterus.

PATOFISIOLOGI
Alergi makana pada orang dewasa dapat merupakan reaksi yang memang sudah
terjadi saat kanak kanak atau reaksi yang memang baru terjadi pada usia dewasa.

Di perantrai IgE

Secara imunologis, antigen protein utuh masuk ke dalam sirkulasi dan di sebarkan ke
seluruh tubuh. Untuk mencegah respons imun terhadap semua makanan yang di cerna,
di perlukan respons yang di tekan secara selektif yang di sebut toleransi.
Kegagalan untuk melakukan toleransi oral ini memicu produkal berlebihan anti body IgE
yang spesifik terhadap epitop yang terdapat pada allergen makanan. Anti body tersebut
berikatan kuat dengan reseptor IgE pada basofil dan sel mast, juga berikatan dengan
kekuatan lebih rendah pada makrofag. Monosit, limfosit, eosinofit dan trombosit.
Ketika protein makan melewati sawar mukosa, terikat dan bereaksi silang dengan anti
body tersebut, akan memicu IgE yang telah berkaitan dengan sel mast. Kemudian sel
mast akan melepaskan bebagai mediator (histamin, prostaglandin, dan leukotrein) yang
akan menyebabkan vasodilatasi, sekresi mucus, kontraksi otot polos, dan influx sel
inflamasi lain sebagai bagian reaksi bipersensivititas cepat. Sel mast yang teraktivitas
tersebut juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang dapat menginduksi reaksi tipe
lambat. Selama 4-8 jam pertama, neutrofil dan eosinofil akan di keluarkan ketempat
reaksi alergi. Sedangkan pada 24-48 jam berikutnya, limfosit man monosit
mengimfiltrasi lokasi tersebutdan memicu reaksi inflamasi kronik.

PENYEBAB ALERGI MAKANAN


Hampir setiap jenis makanan memiliki potensi untuk menimbulkan reaksi alergi. Sifat
fisikokimiayang berperan dalam alegenisitas masih belum banyak diketahui. Allergen
dalam makanan terutama berupa protein yang terdapat di dalamnya. Beberapa
makanan seperti susu sapi, telur dan kacang mengandung beberapa protein allergen
sekaligus. Namun demikian, tidak semua protein dalam makanan tersebut mampu
menginduksi produksi IgE.
Penyebab tersering alergi makanan pada orang dewasa adalah kacang-kacangan, ikan,
dan kerang. Sedangkan penyebab tersering alergi makanan pada anak adalah susu,
telur, kacang-kacangan, ikan, dan gandum. Sebagian besar alergi makanan akan
menghilang setelah pasien menghindari makanan tersebut dan kemudian melakukan
cara eliminasi makanan, kecuali alergi terhadap kacang-kacangan, ikan, dan kerang
cenderung menetap atau menghilang setelah jangka waktu yang sangat lama. Sebabsebab alergi makanan terlihat dalam table 1.
Table belum buat

Makanan sehari hari


Susu sapi
Tidak hanya susu sapi yang temukan dalam makanan bayi. Susus sapi sedikitnya
merupakan 20% komponen yang dapat menimbulkan produksi antibody. Fraksi protein
susu utama adalah kasein (76%) dan whey. Whey mengandung beta-laktoglubulin,
alfa-laktulbumin, imunoglobulin sapid an albumin serum sapi. Alergi di laporkan dpaat
terjadi terhadap semua komponen tersebut. Di temukan reaksi silang antara susu sapi
dengan susu domba, sehingga tidak dapat di gunakan sebagai pengganti pada anak
dengan alergi susu sapi. Manifestasi alergi susu sapi pada orang dewasa lebih berupa
gangguan saluran nafas dan kulit, namun menetap lebih lama dari pada alergi susu
sapi pada anak.
Telur
Telur ayam sering merupakan sebaba alergi makanan pada anak, putih telur lebih
alergenik dibandingkan dengan kuning telur dan reaksi terhadap kuning telur dapat
disebabkan oleh Karena kontaminasi protein. Allergen utama putih telur adalah
ovalbumin. Hanya sedikit reaksi silang daging ayam sehingga pasien alergi telur ayam
terbanyak dapat mengkonsumsi daging ayam. Pada orang dewasa alergi telur ungas
sering kali di dahului dengan alergi terhadap bulu unggasnya. Beberapa pekerja pabrik
pengolahan telut yang terpajan protein telur yang melalui inhalasi juga mengalami alergi
kelika memakan telur yang di sebut egg-eeg syindrome.
Daging
Walaupun daging merupakan sumber protein utama, alergi terhadap protein daging sapi
hamper tidak pernah dilaporkan. Reaksi alergi akibat daging yang pernah dilaporkan
antara lain alergi terhadap daging ayam, kalkun, dan babi.
Legume
terutama kacang tanah merupakan sebab utama alergi makanan. Berbagai jenis
legume memiliki beberapa antigen yang sama, tetapi tidak menunjukkan reaksi silang
yang relevan. Pasien dengan alergi kacang tanah dapat makan legume jenis lain.
Kacang tanah
Kacang mungkin merupakan makanan alergenik paling berbahaya. Reaksi dapat
berupa anafilaksis. Tiga jenis protein yang telah diidentifikasi sebagai allergen utama,
ara h1, ara h2, dan ara h3. Minyak kacang tanah yang dimurnikan adalah aman untuk
orang yang alergi kacang tanah.

Kedelai
Kedelai sering menimbulkan reaksi alergi. Kedelai bnyak digunakan sebagai sumber
protein yang murah. Telah diidentifikasi jenis allergen, dan tidak ada yang predominan.
Minyak kedelai yang dimurnikan meskipun aman, tetap harus diwaspadai.
Tree nuts
Tree nuts merupakan golongan allergen makanan utama pada orang dewasa. Seperti
halnya dengan kacang tanah, almond, kacang brazil,kacang mede, kemiri, kenari,
filbert, pine nuts, dan pistachio telah dilaporkan dapat menimbulkan anafilaksis.
Biji bijian
Beberapa biji-bijian seperti biji bunga matahari, opium, biji kapas, dan wijen sudah di
laporkan sebagai penyebab alergi makanan, terutama anafilaksis.
Ikan
Ikan dapat menimbulkan sejumlah reaksi. Allergen utama adalah codfish adalah gad c1
telah diisolasi dari fraksi miogen. Spesies ikan biasanya memiliki allergen yan analog
dengan Gad c1 yang juga menunjukkan reaksi silang dengan Gad 1c codfish. Antigen
rentan terhadap manipulasi dan penyimpanan, tetapi tidak untuk dalam kaleng. Antigen
tersebut mudah disebarkan ke udara dan dapat memicu reaksi alergi saluran nafas
akibat bau ikan yang dimasak. Alergi ikan juga dapat disebabkan kontak langsung
dengan kulit berupa dermatitis kontak.
Crustasea dan molluscum
Golongan kerang kerangan merupakan allergen utama yang mengenai sekitar
250.000 orang dewasa di amerika. Dalam golongan crustacean termasuk lobster,
kepiting, udang, dan udang karang. Dalam golongan kerang kerangan termasuk
remis, tiram, keong/siput, gurita, cumi-cumi. Udang mengandung beberapa allergen.
Antigen II dianggap sebagai allergen utama. Otot udang mengandung pena 1
(tropomiosin). Tropomiosin juga dapat menyebabkan reaksi silang antara crustacean,
molluscum, dan beberapa artropoda.
Sayuran
Alergi terhadap sayuran sering dilaporkan pada usia dewasa adalah terhadap seledri
dan wortel. Alergi terhadap kedua sayuran ini dapat bereaksi silang dengan polen.
Sedangkan alergi terhadap jenis sayuran lain sangat jarang dilaporka, demikian juga
dengan bawang. Patitin, sejenis allergen yang ditemukan pada tomat dan kentang juga
dilaporkan menyebabkan berbagai reaksi alergi, termasuk reaksi silang dengan allergen
lateks.

Buah buahan
Apel merupakan penyebab alergi buah buahan yang paling sering terjadi dengan
manifestasi utama berupa sindrom alergi oral, diikuti reaksi anafilaksis dan edema
laring, lalu manifestasi saluran nafas dan cerna lainnya. Sedangkan alergi peach 86%
manifestasinya berupa sindrom alergi oral, diikuti dengan urtikaria kontak, lalu reaksi
sistemik. Sebagian besar pasien alergi peach juga mengalami alergi terhadap polen.
Alergi melon dilaporkan menunjukkan reaksi silang dengan semangkan, pisang
kiwi, dan alpukat.
Sereal
Reaksi alergi terhadap sereal sering ditemukan terutama pada anak. Fraksi globulin
dan fraksi glutenin diduga merupakan allergen utama yang meimbulkan reaksi IgE,
sedang gliadin merupakan sebab penyakit celiac. Ada reaksi silang antara gandum, rye
dan barley. Tes kulit positif sering ditemukan pada anak, namun arti klinisnya harus
diintrepretasi dalam hubungan dengan sereal yang dikonsumsi. Berbagai variasi jenis
padi dan sereal lain dengan sifat allergen yang kurang lebih di kembangkan dengan
rekayasa genetik. Pada orang dewasa terutama yang bekerja di tempat pembuatan roti
ada risiko terjadinya sensitisasi yang menimbulkan rinitis dan asma akibat inhalasi debu
tepung. Namum pasien tersebut dapat memproduksi produk gandum.
Protein bukan makanan
Polen dilaporkan dapat bereaksi silang dengan makanan. Reaksi tersebut terjadi dalam
dua arah, pasien alergi terhadap hazelnut bereaksi dengan polen birch dan pasien
alergi terhadap polen birch menimbulkan reaksi bila makan hazelnut. Reaksi silang
terjadi antara polen birch dengan apel, kentang merah, wortel, sledri dan hazelnut.
Antara polen mugwort (semak) dengan seledri, apel, kacang tanah dan wiki. Antara
ragweed dengan melon. Antara lateks dan pisang, alpukat, kiwi, chestnut dan papaya.

GAMARAN KLINIS
Dari segi klinis dan penangan perlu dibedakan reaksi yang terjadi diperantai IgE. Dan
tidak di perantai IgE.

Reaksi hipersesitivitas diperantai IgE

Gambaran klinis reansi terhadap makanan terjadi melalui IgE dan menunjukkan
manifestasi terbatas gastrointestinal, kulit dan saluran nafas. Tanda dan gejalanya
disebabkan oleh pengelepasan histamin, leukotrin, prostaglandin dan sitokin. Awitan
respons alergi terjadi dalam 30 menit setelah mengkonsumsi makanan. Ada hubungan
tidak erat antara derajat alergi dengan cepatnya awitan. Pasien yang sangat alergi
dapat menimbulkan reaksi dalam menit atau bahkan detik setelah konsumsi. Cirri kedua
reaksi alergi nampaknya tidak tergantung dosis. Reaksi berat yang terjadi oleh dosis
kecil sama dengan yang ditimbulkan dosis besar. Anafilaksis dapat terjadi hanya melalui
kontak kacang tanah dengan bibir atau setelah memakan kacang tanah dalam jumlah
besar. Ciri reaksi lainnya ialah terjadinya reaksi berat diberbagai tempat dan organ.
Reaksi hipersesnsitivitas non-IgE
Reaksi hipersensitivitas non-IgE akibat makanan umumnya bermanifestasi sebagai
gangguan saluran cerna dengan berbagai variasi, mulai dari mual, muntah, diare,
steatorea, nyeri abdomen, berat badan menurun. Pada beberapa kasus dapat
ditemukan darah dalam pemeriksaan fesesnya. Berlawanan dengan reaksi
hipersesitivitas yang diperantai IgE, beratnya reaksi yang terjadi bergantung pada
jumlah allergen yang dikonsumsi dan awitannya sangat bervariasi, mulai dari beberapa
menit sampai beberapa jam kemudian.
Beberapa kasus reaksi hipersensitivitas non-IgE mekanismenya diatur IgE, misalnya
hipersensitivitas terhadap gliadin, protein utama gandum yang terjadi pada sariawan.
Pasien menunjukkan tanda malabsorbsi dan steatorea akibat reaksi antara IgG
terhadap gliadin dan gandum. Reaksi terjadi dipermukaan mukosa, meratakan vilus
mikro dan malabsorbsi.
Pada umunya pasien dengan hipersesitivitas menunjukkan reaksi berlebihan terhadap
makanan atau aditif. Sebagai contoh reaksi terhadap kafein, yang meimbulkan kesulitan
tidur setelah pasien mengkonsumsi kopi dalam jumlah sedikit. Banyak bahan kimia
yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas yang dapat dikaburkan dengan reaksi
alergi melalui IgE. Jenis reaksi hipersensitivitas terlihat pada tabel 2.
Tabel belum ketik
manifestasi alergi makanan juga dapat berupa manifestasi local dan sistemik.
Manifestasi local biasanya karena kontak langsung dengan makanan. Pada kulit berupa
urtikaria kontak, pada saluran nafas berupa rinitis atau sama setelah inhalasi partikel
makanan, dan pada saluran cerna misalnya sindrom alergi oral. Manifestasi sistemik
terjadi setelah menelan makanan. Factor penentu terjadinya reaksi sistemik maupun
local adalah reaksi biokimia protein makanan tersebut, absrobsi dan proses dalam
saluran cerna, respon imun individu, dan hiperaktifitas target organ. Berbagai macam
manifestasi alergi makanan pada target organ tersebut dapat dilihat pada tabel 3

belum di ketik

DIAGNOSIS
Anamneses dan pemeriksaan fisik yang diteliti merupakan hal penting dalam alergi
makanan. Kebanyakan reaksi cepat oleh makanan terjadi dalam beberapa menit, tetapi
dapat terjadi setelah 30 menit. Formulasikan makanan yang di duga sebagai penyebab,
dan singkirkan sebab-sebab lainny. Gambaran umum dalam pendekatan terhadap
diagnosis alergi makanan dapat dilihat pada tabel 4.
Bila pada pasien yang diduga alergi terhadap makanan ditemukan tes kulit positif, yang
pertama harus dilakukan ialah mengeliminasi jenis makanan tersebut dari dietnya. Tes
kulit tidak dilakukan pada pasien dengan reaksi akut yang berat. Bila keadaan kronis
(dermatitis atopi, asma) dan atau banyak jenis makanan terlibat, mungkin diperlukan
food challenge.
Oral food challenge
Double blind placebo controlled food challenge dianggap sebagai gold standard untuk
menegakkan diagnosis alergi makanan. Prosedur tersebut lama dan tetapi dapat
dimodifikasi. Pasien pantang makanan terduga untuk sedikitnya 2 minggu, antihistamin
dihentikan sesuai waktu paruhnya. Makanan diberikan dalam bentuk kapsul. Supervise
medis dan fasilitas gawat darurat termasuk epinefrin, antihistamin, steroid, inhalasi beta
2 agonis, dan peralatan resusitasi kardiopulmoner diperlukan untuk mencegah
terjadinya reaksi berat.
Selama diuji, pasien diawasi seringkali untuk perubahan kulit, dan saluran cerna dan
nafas tes tantangan dihentikan bila timbul reaksi dan terapi gawat darurat diberikan
seperlunya. Pasien juga diawasi untuk reaksi lambat. Hasil yang negative dikonfirmasi
jika setelah menelan makanan yang dicurigai dalam jumlah yang lebih besar, tidak ada
reaksi alergi yang terjadi. oral challenge tidak dilakukan bila pasien menunjukkan
riwayat hipersensitivitas yang jelas atau reaksi berat.

TERAPI
Menghindari makanan

Sebenarnya terapi alergi makanan adalah menghindari makanan penyebab. Hal itu
kadang sulit untuk dilakukan. Konsultasi dengan ahli gizi dapat berguna.

Medikamentosa
Pada reaksi alergi makanan ringan hanya diberikan antihistamin, dan jika perlu
ditambahkan kortikosteriod pada reaksi sedang. Sedangkan pada serangan anafilaksis
terapi utamanya adalah epinefrin/ adrenalin.

ALERGI OBAT
PENDAHULUAN
Perkembangan yang pesat dalam penemuan, penelitian dan produksi obat diagnosis,
pengobatan, maupun pencegahan telah menimbulkan berbagai reaksi obat yang tidak
diinginkan yang disebut yang tidak diinginkan yang disebut reaksi adversi. Reaksi
tersebut tidak saja menimbulkan persoalan baru di samping penyakit dasarnya, tetapi
kadang-kadang dapat membawa maut. Hiperkalemia, intoksikasi digitalis, keracunan
aminofilin, dan reaksi anafilaktik merupakan contoh reaksi adversi yang potensial
sangat berbahaya. Gatal alergi obat, dan efek mengantuk antihistamin merupakan
contoh lain reaksi adversi obat yang ringan. Karena pada umumnya adversi obat dan
pada khususnya alergi obat sering terjadi dalam klinik, pengetahuan mengenai
diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan masalah tersebut amat penting untuk
diketahui.
INSIDENS
Insidens reaksi adverse obat belum diketahuai dengan pasti. Penelitian di luar negeri
menunjukkan bahwa reaksi adverse obat yang terjadi pada pasien yang di rawat
kerumah sakit berkisar antara 6-15%. Anga insidens di luar rumah sakit biasanya kecil,
karena kasus-kasus tersebut bila ringan tidak dilaporkan. Reaksi alergi obat merupakan
6-10% dari reaksi adverse obat. Di masyarakat nilai ini berkisar 1-3% tetapi mungkin
angka ini lebih kecil lagi, mengingat idiosinkrasi dan intoleransi obat sering dilaporkan
sebagai reaksi alergi obat.

KLASIFIKASI REAKSI ADVERSI


Reaksi adversi yang terjadi pada orang normal

1. Overdosis yaitu reaksi yang secara langsung berhubungan dengan pemberian


dosis yang berlebihan.
Contoh: depresi pernafasan karena obat sedative.
2. Efek samping yaitu efek farmakologis suatu obat yang tidak diinginkan tetapi
juga tak dapat dihindari yang terjadi pada dosis terapeutik. Missalnya efek
mengantuk pada pemakaian antihistamin.
3. Efek sekunder yaitu reaksi adversi yang secara tidak langsung berhubungan
dengan efek farmakologis primer atau obat.
Contoh: pengelepasan antigen atau endotoksin sesudah pemberian antobiotik
4. Interaksi obat yaitu efek suatu obat yang mempengaruhi respons satu atau lebih
obat-obat lain misalnya induksi enzim suatu obat yang mempengaruhi
metabolism obat lain.

Reaksi adversi pada orang-orang yang sensitiv


1. Intoleransi yaitu adverse yang disebabkan oleh efek farmakologis yang
meninggi. Misalnya gejala tinnitus pada pemakaian aspirin dosis kecil.
2. Idiosinkrasi adalah reaksi adversi yang tidak berhubungan dengan efek
farmakologis dan tidak juga disebabkan reaksi imunologis, misalnya primakuian
yang menyebabkan anemia hemolitik.
3. Reaksi alergi atau hipersensitivitas dapat terjadi pada pasien tertentu. Gejala
yang ditimbulkan adalah melalui mekanisme imunologis. Jadi reaksi alergi obat
merupakan sebagian dari reaksi adverse.
4. Pseudoalergi (reaksi anafilaktoid) yaitu terjadinya keadaan yang menyerupai
reaksi tipe I tanpa melalui ikatan antigen dengan IgE (IgE independent).
Beberapa obat seperti opiate, vankmisin, polimiskin B. D tubokurarin dan zat
kontraks (pemeriksaan radiologis) dapat menyebabkan sel mast melepaskan
mediator (seperti tipe I). proses di atas tanpa melalui sensitisasi terlebih dahulu
(non-imunologis).

Anda mungkin juga menyukai