Anda di halaman 1dari 14

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gunung Api

Gambar 2.1 Letusan Gunung Berapi

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang
didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan saat dia meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah
gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya
(Rukaesih, 2004).
Gunung berapi yang aktif mungkin akan berubah menjadi separuh
aktif, padam dan akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Gunung berapi akan
padam dalam waktu 610 tahun sebelum akhirnya aktif kembali. Oleh karena
itu, sukar bagi kita untuk menentukan apakah suatu gunung itu sudah mati
ataukah masih aktif. Karena sudah mengalami letusan berulang kali di
sepanjang hidupnya, gunung berapi mempunyai beberapa bentuk. Apabila
gunung berapi meletus,magma yang terdapat di bawah gunung berapi akan
keluar sebagai lahar atau lava. Lava ini sangat panas dan berbahaya bagi

makhluk hidup. Selain aliran lava, material lain yang juga berbahaya dari
gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan gas beracun.
Selain itu, meletusnya gunung berapi juga akan mengakibatkan kebakaran
hutan, gelombang tsunami, bahkan gempa bumi.
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas
vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua
kegiatan gunung api berkaitandengan zona kegempaan aktif
yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas
lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat
tinggi, sekitar 1.000oC sehingga mampu melelehkan material
sekitarnya membentuk cairan pijar (magma). Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahanrekahan mendekati permukaan bumi. Cairan magma yang
keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan dapat mencapai 700-1.2000C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya dapat
membanjiri sampai radius 90 km (Hartuti, 2009).
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika
ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya.
Akan tetapi, apa pun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya
letusan gunung api memiliki risiko merusak dan mematikan
(Hartuti, 2009).
B. Jenis Letusan Gunung Api
Magma panas dan cair cenderung naik ke permukaan bumi karena
lebih ringan atau lebih rendah rapat beratnya dibandingkan dengan batuan
pada di sekitarnya. Magma kemudian terkumpul dalam dapur magma (magma
chamber). Saat mendekati permukaan bumi tekanan berkurang sehingga gas-

gas yang terkandung dalam magma mengembang. Pengembangan gas ini


dapat melontarkan magma melalui bukaan atau lubang kawah (vent) yang
menyebabkan terjadinya letusan atau erupsi gunung api. Magma yang
terlontar kemudian disebut sebagai lava. Aktivitas gunung api sangat
bervariasi, mulai dari emisi gas dan lava secara non-eksplosif sampai letusan
dahsyat yang berlangsung lama. Tipe erupsi /letusan dipengaruhi atau
ditentukan oleh volume relatif dan tipe bahan gunungapi yang pada akhirnya
secara bersamaan juga mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu gunung api/
Erupsi/letusan gunung api akan bersifat eksplosif atau tidak eksplosif secara
garis besar dipengaruhi oleh dua faktor berikut. Yaitu Viskositas/derajat
kekentalan dan kandungan gas dan air.
Berdasarkan posisi sumber erupsi/letusan maka dikenal paling tidak
dua tipe gunung api, yaitu :
- Gunung api dengan letusan/erupsi terpusat (central eruption) dan
- Gunung api dengan letusan/erupsi celah (fissure eruption).
Pada erupsi terpusat, lava dan bahan lain dilontarkan melalui satu
kawah utama yang terdapat pada puncak gunungapi. Kawah tersebut
dihubungkan ke dapur magma oleh satu saluran atau lubang kepundan.
Gunung api dengan erupsi terpusat merupakan gunungapi yang umum hampir
di semua tempat, jadi tidak ada lingkungan yang khusus bagi terbentuknya
gunungapi dengan erupsi /letusan terpusat. Gunung api dengan erupsi/letusan
terpusat dapat pula menghasilkan erupsi/letusan melalui celah / rekahan yang
terbentuk di lereng dan disebut sebagai erupsi samping.

Gambar 2.2 Sebaran Gunung Api di Indonesia

C. Tingkat Bahaya Gunung Api


1. Aktif Normal (Level I)
Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual,
kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya
kelainan.
2. Waspada (Level II)
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara
visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
3. Siaga (Level III)
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan
kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis,
perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.
4. Awas (Level IV)
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap.
Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
D. Gunung Api di Aceh
Pulau Sumatera, salah satu wilayah yang termasuk dalam jalur ring of fire
atau cincin api pasifik. Sebagai jalur cincin api pasifik, daerah ini berbentuk

seperti tapal kuda mencakup wilayah sepanjang 40.000 Km mulai dari


Selandia Baru sampai ke Chili Amerika Selatan. Kawasan yang mengelilingi
cekungan Samudera Pasifik itu merupakan daerah yang paling sering
digoyang gempa bumi dan letusan gunung api.
Di Aceh saat ini ada tiga terdapat 5 gunung api yang hingga saat ini masih
dinyatakan aktif yaitu : Bener Meriah (Gn. Bur Ni Telong 2.646 mdpl), Gayo
Lues (Gn. Leuser 3.466 mdpl), Pidie dan Pidie Jaya (Gn. Peut Sagoe 2.431
mdpl), Aceh Besar (Gn. Seulawah Agam 1.726 mdpl), dan Sabang (Gn. Cot
Simeuregun Jaboi 617 mdpl).
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (2010) kelima gunung
api aktif itu berada dalam status level 1 (normal), namun rekomendasi untuk
kelima gunung itu berbeda-beda. Rekomendasi terhadap Gunung Seulawah
Agam tidak diperbolehkan masuk ke kawasan solfatra dan tidak
diperbolehkan bermalam di sekitar kawah. Hal ini disebabkan konsentrasi gas
vulkanik yang tinggi dapat membahayakan kehidupan manusia.
Sementara rekomendasi terhadap Gunung Peut Sagoe tidak diperbolehkan
masuk ke kawasan kawah aktif dan tidak diperbolehkan bermalam di sekitar
kawasan kawah, karena hembusan gas-gas beracun yang berbahaya bagi
kehidupan. Sedangkan rekomendasi terhadap Gunung Burni Telong tidak
diperbolehkan bermalam di sekitar solfatra/fumarola karena konsentrasi gas
vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia.
Dari kelima gunung api aktif itu, hanya Gunung Peut Sagoe yang tidak
ada permukiman di sekitarnya. Sedangkan Gunung Seulawah Agam
dikelilingi oleh permukiman, termasuk Sekolah Polisi Negara, Mako Brimob,
dan bentangan jalan negara menuju Banda Aceh tepat di kaki gunung ini.
Demikian pula halnya dengan Gunung Burni Telong, kurang dari 3 Km dari
kakinya terletak Kota Simpang Tiga Redelong ibukota Kabupaten Bener
Meriah beserta permukiman padat penduduk.
E. Bahaya Gunung Berapi

Berdasarkan mekanismenya bahaya gunung api dapat dibedakan


menjadi bahaya langsung dan bahaya tidak langsung.
1. Bahaya langsung (primer) merupakan bahaya yang ditimbulkan secara
langsung oleh erupsi gunung api. Bahaya tersebut berupa aliran lava, awan
panas, longsoran gunung api, guguran batu pijar, lontaran batu, hujan abu,
hujan lumpur, lahar letusan, gas racun dan tsunami gunung api.
a. Lava merupakan magma yang keluar dari dalam ke permukaan bumi,
biasanya membentuk aliran dengan kecepatan aliran rata-rata 5 sampai
dengan 10 meter per hari, bersuhu tinggi (600 sampai dengan
1000C) sehingga daerah yang terlanda aliran lava akan terbakar dan
b.

tertimbun secara permanen.


Awan panas merupakan aliran massa panas (300 sampai dengan
600C) berupa campuran gas dan material gunungapi bersifat lepas
dari berbagai ukuran, bergumpal..gumpal terlihat seperti awan
bergerak menuruni lereng gunung api dengan kecepatan 70 sampai
dengan 150 km per jam sehingga dapat mematikan. membakar, dan

c.

merusak kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.


Longsoran gunung api merupakan endapan yang terbentuk dari
sebagian tubuh gunung api yang longsor sebagai akibat letusan gunung

d.

api.
Guguran batu pijar merupakan pecahan batuan gunungapi yang panas
membara atau pijar, yang terbentuk seketika sebagai akibat runtuhnya
kubah lava atau ujung aliran lava yang dapat mematikan, membakar,

e.

merusak kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.


Lontaran batu merupakan lontaran sebagian magma ke permukaan
bumi baik berupa bom gunung api dan atau bongkah batuan gunungapi
yang terbentuk pada saat letusan gunung api yang dapat menyebabkan

f.

kematian dan kebakaran.


Hujan abu merupakan hujan material jatuhan piroklastika lepas
berukuran halus sampai kasar yang dapat mengakibatkan robohnya
atap bangunan, rusaknya hutan dan tanaman pertanian, menyebabkan

sakit mata dan saluran pernafasan, dan dapat pula meningkatkan sifat
g.

keasaman air apabila hujan abu masuk kedalam sumber air.


Hujan lumpur merupakan hujan material jatuhan piroklastika yang
terjadi apabila abu gunung api hasil letusan gunung api berdanau
kawah bercampur air di udara kemudian jatuh bersama-sama sebagai
hujan lumpur yang dapat merusak sarana prasarana karena bobotnya

h.

yang cukup berat.


Lahar letusan merupakan lahar yang terbentuk sebagai akibat letusan
pada gunung api berdanau kawah yang dapat melanda daerah
pemukiman atau pertanian di sepanjang lembah aliran sungai yang

i.

dilaluinya.
Gas racun atau mofet merupakan gas gunung api beracun yang
dikeluarkan berupa hembusan gas berkonsentrasi tinggi yang terutama
menempati celah, lembah atau cekungan pada saat cuaca mendung,
berkabut, hujan serta tidak ada angin, dan umumnya tidak berwarna,
tidak berbau serta tidak berasa sehingga sulit dikenali dan dapat

j.

mematikan.
Tsunami gunung api merupakan gelombang pasang air laut atau danau
yang terjadi akibat masuknya material hasil erupsi gunung api ke
dalam air laut atau danau sehingga dapat merusak lingkungan yang

2.

terlanda.
Bahaya tidak langsung (sekunder) merupakan bahaya yang ditimbulkan secara
tidak langsung oleh erupsi gunung api, yang berupa lahar hujan dan longsoran
gunung api.
a. Lahar hujan merupakan lahar yang terbentuk akibat terjadinya hujan
lebat di daerah puncak atau lereng atas gunung api, dimana air hujan
tersebut bercampur dengan material hasil letusan gunung api di daerah
puncak lereng dan membentuk massa cair yang bergerak menuruni
lereng melalui lembah.lembah.
b. Longsoran gunungapi merupakan longsoran sebagian tubuh gunungapi
sebagai akibat proses alterasi hidrotermal.

10

F. Dampak Letusan Gunung Api


Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan
gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),
Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang
membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat
tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer
mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang
ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar
gunung berapi. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri
dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar
dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan
gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas
kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung.
Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan
dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental
dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang
paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan
panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan
panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas,
dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas
jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang
dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran
besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai
puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh
hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian
tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga
menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas.

11

Abu letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus.
Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer
jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah terjadi di Gunung Krakatau, abu
yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai berminggu-minggu.
G. Mitigasi Bencana Gunung Api
Mitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana
terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana
terhadap masyarakat dan lingkungan (King dalam Kusumasari, 2014:22).
Tujuan mitigasi adalah pengurangan kemungkinan resiko, pengurangan
konsekuensi resiko, menghindari resiko, penerimaan resiko, serta transfer,
pembagian, atau penyebarluasan resiko (Kusumasari, 2014:22).
Gunung berapi atau gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan
lainnya) dipermukaan bumi yang dibangun oleh tibunan rempah letusan, atau
tempat munculnya batuan lelehan atau magma/rempah lepas/gas yang berasal
dari dalam bumi (Nurjanah dkk, 2012: 30). Dalam buku Manajemen Bencana
disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana gunung berapi, yaitu :
a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting
harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana.
b. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri
lava dan atau lahar.
c. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
d. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban
akibat abu gunung api.
e. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar
gunung api.
f. Membuat fasilitas jalan dan tempat pemukiman ke tempat
pengungsian untuk memudahkan evakuasi.
g. Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah
pengungsian.
h. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko letusan gunung api di
daerahnya.

12

i. Mengidentifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data Dasar


Gunung api Indonesia atau Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
api).
j. Tingkatkan kemampuan pemadaman api.
k. Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk
kondisi kedaruratan.
l. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar
gunung api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta
kawasan Rawan Bencana Gunung Api (penyuluhan).
m. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar
gunung api hendaknya faham cara menghindar dan tindakan yang
harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api (penyuluhan).
n. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari
peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat gunung api
(penyuluhan).
o. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan
koordinasi dengan aparat/pengamat gunung api.
H. Penanggulangan Bencana Gunung Berapi
Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat
banyak. Tidak kurang dari 130 gunung aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh
gunung api yang ada di dunia terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana
letusan gunungapi. Sejak tahun 1.000 telah tercatat lebih dari 1.000 letusan
dan memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan
Gunung Tambora pada 1815 dan Gunung Krakatau pada tahun 1883
merupakan dua di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan
banyak korban.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa
kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya. Oleh karena itu,
penduduk selalu tertarik untuk menetap dan mendekati gunung api, walaupun
tempat tersebut diketahui berbahaya.

13

Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api


tidak hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunung api
yang kadang tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya, selain karena
keterikatan rumah dan lahan pertanian, juga karena adanya kepercayaan
tertentu terhadap gunung api. Jadi penanggulangannya juga mencakup aspek
sosial budaya.
Setiap gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau
perilaku yang berbeda antara satu jenis gunung api dengan gunung api
lainnya. Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung pada
karakteristik gunung api itu sendiri.
Penanggulangan bencana letusan gunung dibagi menjadi 3 bagian
yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan, dan sesudah
letusan.
1. Sebelum terjadi letusan dilakukan :
a.

Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-

b.
c.
d.

ancamannya.
Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman.
Membuat sistem peringatan dini.
Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi

e.

status gunung api.


Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang

f.

diterbitkan oleh instansi berwenang.


Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan
tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air,

g.
h.

jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan.


Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan
perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.

2. Saat terjadi krisis/letusan gunung api :

14

a.

Membentuk tim gerak cepat.

b.

Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh


penambahan peralatan yang lebih memadai.

c.

Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran


sungai kering dan daerah aliran lahar. Hindari tempat terbuka, lindungi
diri dari abu letusan.

d.

Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas.

e.

Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang


bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi
dan lainnya.

f.

Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata Jangan memakai lensa kontak.

g.

Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.

h.

Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.

3. Setelah terjadi letusan :


a.

Menginventarisir data, mecakup sebaran dan volume hasil letusan.

b.

Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya.

c.

Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

d.

Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.

e.

Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

4. Penanggulangan dan Pertolongan Pertama yang Diberikan Pemerintah

Sedangkan upaya yang di lakukan pemerintah setelah terjadi bencana


gunung meletus adalah sebagai berikut :
a. Menjauhkan para korban dari tempat bencana.

15

b. Mendirikan posko pengungsian bagi masyarakat yang terkena


bencana.
c. Mendirikan dapur umum darurat/penyedian bahan makanan.
d. Menyediakan posko kesehatan.
5. Konseling Untuk Korban Bencana Gunung Berapi
Selain

pertolongan

pertama,

pemerintah

pun

mengupayakan

pemulihan mental para korban, Salah satunya dengan cara konseling yang
diberikan oleh para konselor baik itu yang ditinjuk langsung oleh
pemerintah, maupun para sukarelawan.
Upaya konseling terhadap korban bencana selayaknya diberikan. Para
korban memerlukan bantuan mengatasi perasaan kehilangan orang yang
dicintai. Mereka butuh menata masa depan yang tak menentu akibat
lingkungan baru. Banyak orang yang kehilangan, dan hancur semangatnya
ketika orang dekat mereka meninggal. Upaya konseling singkat berfokus
pada solusi menjadi alternative menolong orang-orang yang cemas dan
penuh rasa takut ditengah bencana. Bagaimana bentuk konseling
Pertama, konselor menanyakan keadaan korban tentang perasaan
mereka. Apa keluhan dan kesakitan yang tengah mereka hadapi.
Bagaimana sedihnya kehilangan keluarga dan harta benda yang mereka
cintai. Konselor mesti mengetahui persis kerisauan-kerisauan yang
dihadapi oleh korban pasca gempa. Ketakutan yang tengah menimpa jiwa
mereka dan bersikap empatik atas penderitaan yang tengah dihadapi.
Kedua, setelah menanyakan tentang kerisauan dan ketakutan yang
dialami oleh Korban, selanjutnya konselor melangkah pada pertanyaan

16

yang berfokus solusi. Konselor segera mengalihkan pada upaya solusi


yang akan dilakukan oleh korban. Bagaimana korban menyikapi situasi
krisisnya. Korban diajak untuk berpikir rasional tentang langkah-langkah
yang akan mereka lakukan menghadapi situasi sulit. Misalnya, bagaimana
korban akan terus eksis di saat kehilangan orang tua mereka? Upaya apa
yang akan di tempuh untuk meneruskan pendidikan mereka? Dan langkah
apa yang akan dilakukan saat ini mengatasi kesedihannya? Dengan
kolaborasi antara korban dan konselor, akan mempercepat upaya bangkit
dari kegelisahan.
Ketiga, Konselor membantu korban menemukan kekuatan diri mereka
untuk melangkah maju. Misalnya, konselor menanamkan nilai berani
mengambil resiko untuk tinggal di tempat baru yang lebih aman dari
sasaran weddus gembel atau hujan debu. Dengan menemukan insight
(pengetahuan) pada diri korban bencana, akan meringankan beban mereka
dari keputus asaan. Para korban akan tegak berdiri menerima realitas
mereka yang kehlangan sanak saudara dan rumah serta pekerjaan. Para
korban menemukan cara untuk melanjutkan hidup yang telah hancur
disambar gunung berapi. Membantu mengajak mereka untuk menyikapi
hidup secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai