ANALISIS
Spektrofotometri Visible
Sulfanilamid
Disusun Oleh :
Filania S. Kanja
Ni Made Uthari
Angelina Ajeng
Desi Setyowati
(2443013133)
(2443013195)
(2443013268)
(2443013288)
Golongan/Kelompok : T/D
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2015
A. DASAR TEORI
Sulfanilamid
(Farmakope Indonesia edisi III hal. 587)
Nama resmi
: SULFANILAMIDUM
Nama lain
: Sulfanilamida
Rumus Molekul
: C6H8O2N2S
Rumus bangun
Berat Molekul
: 172,21
Pemerian
: Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) p, sukar larut dalam kloroform P,
dalam eter p. Dan dalam benzen p, mudah larutdalam aseton p, larut dalam
gliserol p, dalam asam klorida p dan dalam alkali hidroksida.
Penyimpanan
Kegunaan : Antibakteri
UV-Vis
merupakan
salah
satu
teknik
analisis
spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer
(Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995).
Prinsip metode spektrofotometri UV-Vis, sampel menyerap radiasi
(pemancar) elektromagnetis yang pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat.
Spektrofotometri ini menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber
cahaya UV dan sumber cahaya visible. Penggunaan utama spektroskopi
ultraviolet-sinar tampak adalah dalam analisis kuantitatif. Penentuan kadar
senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau mengandung gugus
mempunyai
harganya
keuntungan yang
beberapa
keuntungan
yaitu
sederhana,
diperoleh
hanya
nilai
absorbansi
dari
larutan
yang
dimasukan.
T = Transmitansi
P = Intensitas sinar setelah melewati medium/larutan
Po = Intensitas sinar sebelum melewati medium/larutan
b = Tebal medium
P
A= - Log T = Po
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri sinar
tampak:
a. Panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum.
b. Kurva kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi.
Masing-masing
absorbansi
larutan
dengan
berbagai
adalah
pengukuran
absorbansi
selektif
radiasi
Zat yang menyerap warna atau panjang gelombang tetentu dari sinar
tampak akan meneruskan warna komplementernya. Warna komplementer inilah
yang dapat terlihat oleh mata sebagai warna.
Spektrum Sinar Tampak dan Warna Komplementer
Spektrofotometer
terdiri
atas
spektrometer
dan
fotometer.
atau tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari
serapan molar, Emax atau log Emax (Sastrohamidjojo, 2001).
Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi menuju ke tingkat
yang lebih tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan
listrik. Monokromator adalah suatu piranti optis untuk memencilkan radiasi dari
sumber berkesinambungan. Digunakan untuk memperoleh sumber sinar
monokromatis. Alat dapat berupa prisma atau grating (Khopkar, 1990).
Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi
maupun berbentuk silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel
pengabsorpsi, merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral
yang diminati. Sebelum sel dipakai dibersihkan dengan air atau dapat dicuci
dengan
larutan
detergen
atau
asam
nitrat
panas
apabila
dikehendaki
(Sastrohamidjojo, 2001).
Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beers law) adalah hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004). Menurut hukum
Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan lapisan (b) yang
disinari :
A= k. b
Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.
Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan
larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah proporsional:
A= k. c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan
dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan:
A= k . c. b
yang
merupakan
hubungan
antara
absorbansi
dengan
Kurva kalibrasi
3. Pembacaan absorbansi sampel
B. CARA KERJA
1. Pembuatan Blanko
Tambahkan HCl 0,5 N tetes demi tetes sampai warna merah hilang
N=
m 1000
x
x Valensi
mr
V
0,5 N =
m 1000
x
x1
40 25
Massa ( m ) = 0,5 g
homogen
Dari larutan Baku
( dipipet 1 ml,2 ml,3 ml )
Tambahkan HCl 0,5 N tetes demi tetes sampai warna merah hilang
C1 =
200 ppm
=4 ppm
50
C2 ( pipet 2 ml ) 2 ml ad 50 ml aquadest
Pengenceran 50 / 2 = 25 kali
200 ppm
=8 ppm
C2 =
25
C3 ( pipet 3 ml ) 3 ml ad 50 ml aquadest
Pengenceran 50 / 3 = 16,67 kali
200 ppm
=11,998 ppm
C3 =
16,67
Tambahkan HCl 0,5 N tetes demi tetes sampai warna merah hilang
Tambahkan 5 ml larutan NH4-sulfamat 0,5%
+ 5 ml larutan N-napthyl etilendamin 0,1%
HCl 0,5 N
m 1000
x
x valensi
N = mr
V
0,5 =
m 1000
x
x1
36,5
50
homogen
Larutan NaNO2 0,1 %
Timbang 0,1 gram NaNO2 + aquadest ad 100 ml aduk
homogen
NH4- Sulfamat 0,5%
Timbang NH4- Sulfamat 0,5 gram + aquadest ad 100 ml aduk
ad homogen
N- napthyl etilendiamin 0,1 %
Timbang N- napthyl etilendiamin 0,1 gram + aquadest ad 100
Absorbansi (A)
C1
4,124 ppm
1,183
C2
8,248 ppm
2,108
C3
12,372 ppm
2,398
208,8 ppm
=4,176 ppm
50
C2 ( pipet 2 ml ) 2 ml ad 50 ml aquadest
50
=25 kali
Faktor pengencer = 2
C2 = 206,2 / 25 = 8,248 ppm
208,8 ppm
=8,352 ppm
25
C3 ( pipet 3 ml ) 3 ml ad 50 ml aquadest
50
=16,67
Faktor pengencer = 3
C3 = 206,2 / 16,67 =12,372 ppm
208,8 ppm
=12,52 ppm
16,67
2. Pembuatan Sampel
Penimbangan Sampel 1 = 0,1253 gram
Penimbangan Sampel 2 = 0,1250 gram
Penimbangan Sampel 3 = 0,1248 gram
Sampel
Konsentrasi
Teoritis
( ppm )
Absorbansi
Konsentrasi
percobaan
Kadar
Sampel 1
25,06
1,244
4,5867
18,900%
Sampel 2
25,00
1,299
4,7898
19,150%
Sampel 3
24,96
1,227
4,5240
18,125%
1253
ppm
Sampel
125,0
mg/100mL
1250
ppm
1248
ppm
0,2539 gram
=2539 ppm
100 ml
0,2539 gram
=2539 ppm
100 ml
Pipet 1 ml ad 50mL = 50x pengenceran
C3 = 1248/50 = 24,96 ppm
Konsentrasi Percobaan :
C = Abs sampel
x 10.000
Rata-rata E1% 1cm
C1 =
Konsentrasi kuvet
x 100%
Konsentrasi sampel yang dipipet
% Kadar 1 = 4,5867 x 100 % = 18,30 %
25,06
% Kadar 1 = 4,7898 x 100 % = 19,15 %
25,00
% Kadar 1 = 4,5240 x 100 % = 18,12 %
24,96
D. PEMBAHASAN
Spektrofotometri adalah analisa instrument yang membahas tentang
molekul dan radiasi elektromagnetik obat golongan sulfadiamida yang
kuat sehingga
memungkinkan untuk
pengkopling
dari
senyawa
N-(1-Naftil)
etilendiamin,
sehingga
(1)
Ar NH2 + HNO2
Ar NH N = O
Ar NH N = O + H2O
Ar N = N OH
(2)
(3)
(4)
Penjumlahan ketiga reaksi di atas menghasilkan reaksi (1) yang merupakan dasar
analisis kalorimetri untuk diazotasi gugus amin aromatis.
Untuk mengetahui kadar sulfanilamid, dilakukan pembuatan larutan baku
dengan konsentrasi 200 ppm dan beberapa kali pengenceran dengan mengunakan
beberapa konsentrasi yaitu 4 ppm, 8 ppm dan 12 ppm, dengan menggunakan alat
yang di sebut spektrofotometer. Pengenceran ini di lakukan karena sampel sukar
larut dalam air, tetapi larut dalam alkali hidroksida. Dan larutan sampel dibuat
dengan tiga kali replikasi, dengan penimbangan masing- masing 200 mg dan juga
dilakukan pengenceran pada masing-masing sampel, pada sampel 1 dengan
konsentrasi 50,78 ppm, sampel 2 dengan konsentrasi 51,06 ppm dan terakhir
sampel 3 dengan konsentrasi 50,82 ppm.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan pada
sulfanilamid, dapat diketahui bahwa hubungan antara konsentrasi (ppm) dengan
nilai absorben (a) tegak lurus, sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi sulfanilamid, maka nilai absorbennya atau daya tembus cahaya yang
di lewati sampel semakin besar berdasarkan hasil perhitungan, maka di dapatkan
nilai y sampel 1, sampel 2 dan sampel 3 secara berurutan 2,194 : 2,168 : 2,260.
Dengan kadar yang diperoleh 21,32 %
Adapun faktor faktor yang dapat mempengaruhi dalam perhitungan pada
percobaan ini adalah :
1.
Kesalahan atau ketidaktelitian dalam pemipetan volume pelarut.
2.
Kurang teliti dalam melakukan pengenceran sampel.
3. Alat dan bahan kurang bersih.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dianalisa diperoleh kadar sulfanilamid dalam
sampel yaitu 18,525% dengan persen kesalahan 9,03%.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. dkk. 1991. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dachriyanus.
2004.
Analisis
Struktur
Senyawa
Organik
Secara