Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

IV. Pengerjaan Struktur


IV. 1. Sub Struktur
a. Pondasi
Struktur bagian bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruska
n beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus d
apat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gay
a luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, a
man, agar tidak mengalami penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit un
tuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :
-kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain -lain
-lantai pecah, retak, bergelombang
-penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan
bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya meleb
ihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal b
erikut :
a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati
serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
b. jenis tanah dan daya dukung tanah.
c. bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
d. alat dan tenaga kerja yang tersedia.
e. lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan.
f. waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut s
oil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapis
an tanah yang cukup keras dan padat.
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/ daya duku
ng tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara :
a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes)
, diketahui contoh-contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboratur
ium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang d
isebut sondir static penetrometer. Ujungnyaberupa conus yang ditekan masuk keda
lam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2)
.
Pondasi Pada Gedung Kwarnas
Proyek gedung kwarnas menggunakan sistem pondasi bored pile .Yang dimaks
ud dengan sistem ini adalah pengerjaan pondasi diawali pengerjaan pembuatan lo
bang pondasi dengan bor, kemudian juga dilakukan casing yang berfungsi untuk men
garahkan pengeboran dan mengarahkan penempatan tulangan. Pada sistem pondasi ini
gaya-gaya dari upper structure dimbangi oleh gaya pikul tanah (20%) seluas pena
mpang dasar pondasi dan friksi dari dindingnya (80%). Bored pile termasuk kateg
ori pondasi dalam, yang termasuk sub kategori pondasi tiang pancang cor ditempat
.
keuntungan :
a.getaran kecil, tidak gaduh, sehingga lebih cocok untuk digunakan didaerah pada
t penduduk.
b.diameter dapat besar, tiang dapat lebih panjang, dan ketepatan lebih baik.
c.letak tanah pendukung pondasi dapat lansung diketahui.

d.pondasi bored pile tidak memerlukan kedalaman seperti tiang


pancang, misalnya pondasi pada gedung Kwarnas ini hanya memerlukan kedalaman
sekitar 10m, karena pondasi ini mengandalkan gaya friksi yang terjadi antara din
ding pondasi dengan lapisan tanah (80% gaya friksi).
e. hanya menggunakan selongsong besi (casing) sepanjang 2.5 m.
kerugian :
a.pemeriksaan kualitas tiang hanya dapat dilakukan secara tidak lansung, karena
beton terletak dibawah muka air tanah.
b.adukan beton bisa bercampur tanah atau lumpur, untuk itu harus ditangani denga
n seksama.
c.biaya lebih besar.
d. lokasi pengerjaan menjadi kotor akibat lumpur dan air yang di angkat dari has
il pemboran.
e. pemboran tidak sampai pada tanah keras.
cara pelaksanaan pembuatan pondasi :
Terlebih dulu tanah digali sesuai dengan rencana gambar. Bangunan gedung
Kwarnas ini menggunakan basement (2 lapis, struktural), oleh karena itu penggal
ian dilakukan sesuai dengan kedalaman basement. Tahap pelaksanaan pondasi adala
h sebagai berikut :
tahap pembuatan pondasi bangunan
tahap ini dilakukan sebelum pembuatan basement. Adapun cara pelaksanaannya adala
h sebagai berikut:
-lubang tempat pondasi dibuat dengan cara menggunakan mesin bor sampai keda
laman sekitar 10-20m, tanpa memperhatikan kedalaman lapisan tanah keras, karen
a daya dukung pondasi terletak pada gaya friksi antara beton dengan lapis
an tanah setelah itu pipa baja sesuai ukuran mesin bor (casing) dipasang s
ekaligus berfungsi sebagai pengarah pada saat penulangan dan pengeboran.
Casing dipasang tidak sampai pada cut off level, tetapi hanya sampai eleva
si -6,30 m baja tulangan dimasukkan sampai kedalaman pondasi
-kemudian dimasukkan beton cor dengan cara 'tremi' , yaitu suatu sistem pengeco
ran pada dasar pondasi dimana pada saat penyemprotan cor beton, kotoran aka
n sekaligus terdorong keatas. Volume pengecoran dilebihkan sekitar 15 % agar
dapat mengisi dinding-dinding lapisan tanah (meningkatkan friksi) sampai sebata
s casin
- ketika pengecoran berlangsung secara bersamaan casing diangkat perlahan - laha
n mengikuti volume coran yang diisikan hingga pengecoran selesai, casing diangk
at kembali
tahap pertama penggalian tanah
-perataan tanah existing sampai pada elevasi - 250 m
-pembuatan soldier pile dengan panjang 15 m yang berfungsi sebagai penahan
gerakan tanah, yang dipasang mengelilingi denah pondasi yang direncanakan.
Soldier pile ini dapat dikategorikan sebagai retaining wall. Selain itu sol
dier pile pada bangunan ini difungsikan juga sebagi penahan desakan air, oleh ka
rena itu diantara pemasangan soldier pile dipasang pula secara overlapping
bahan yang disebut bentonite , dimana bahan ini bila terkena air akan menge
mbang sampai 50 kali dari volume aslinya yang berbentuk gel. Untuk mencegah pe
mbesaran volume sampai 50 kali tersebut maka bentonite dicampur dengan semen. Ca
ra pembuatannya yaitu pertama-tama dilakukan pemboran lubang bagi bentonite,
kemudian dilakukan pengecoran bentonite (dengan tremi), setelah itu baru dilaku
kan pemboran lubang bagi soldier pile. penggalian tanah untuk keperluan perimete
r beam yang berfungsi sebagai titik pengukuran kedalaman penggalian (standar e
levasi lantai dasar) penggalian terbuka sampai elevasi -7,45 m dengan kemiringan
galian 45 derajat
tahap kedua penggalian tanah
- Use pile additional bored pile adalah pondasi yang berfungsi sebagai penahan
strut miring, setelah penggalian selesai fungsinya hanya sebagai pemadat tanah s
aja (tidak struktural)

- penggalian pada cut off level pada pondasi bored pile


- pembuatan pile cap additional bored dan pemasangan strut
miring
- strut miring dapat dilepas setelah perimeter beam pada basement terpasang dan
lantai basement 1 selesai.

b.Basement
Kondisi II
- pembuatan basement
1 lantai selesai
- pembuatan basement
2 lantai selesai, dinding basement 1 dan 2 berfungsi sebagai retaining wall (
dinding penahan beban)

Fungsi tie beam pada pondasi


1. Tie beam merupakan balok pengikat antar pile cap
2. meratakan gaya beban bangunan
3. berfungsi sebagai balok penahan gaya reaksi tanah
4. bila ada penurunan pada bagian bangunan, maka penurunan
akan sama.
5. peningkatan kekakuan antar pur

Pemisahan system struktur


Pada gedung Kwarnas ini massa bangunan terbagi menjadi 2 bagian yaitu ba
gian tower dan auditorium, dimana pembebanan antara kedua massa tersebut berbeda
. Pada umumnya untuk mengatasi masalah perbedaan beban ini digunakan delatasi.
Akan tetapi pada gedung Kwarnas ini tidak digunakan delatasi antara towe
r dan auditoriumnya. Alternatif yang dipilih adalah dengan membedakan jumlah pon
dasi dan perbedaan dimensi bored pile antara substruktur kedua massa bangunan,
dimana pada tower menggunakan bored pile berdiameter 120 cm dan pada auditorium
menggunakan diameter 60. Dengan perbedaan ini diperhitungkan penurunan yang terj
adi akan sama.
IV.2. Upper Structure

IV.2.1. Konstruksi Horisontal


Floor System :
Pemilihan dari sistem lantai adalah sistem plat lantai beton bertulang.
Pemilihan ini didasarkan pada :
- tipe dan besarnya beban yang ada
- ukuran dan proporsi pada tumpuan struktur
- ketebalan konstruksi plat lantai yang diinginkan
Dari hal diatas, maka ditentukan sistem konstruksi lantai 2 arah, penyal
uran gaya ke 2 arah atau lebih. Semua unsur lantai bekerja sama dalam menopang
beban, rumus ketebalan lantai t = 1/20 bentang, mempunyai kekakuan 2 arah,
jadi tidak perlu ditumpu keempat sisinya.
keuntungan sistem konstruksi lantai 2 arah :
- dapat lebih baik meredam suara
- meredam getaran
- meredam panas dan kelembaban dengan lebih baik
- ketebalan lantai menjadi lebih tipis
kerugiannya :
- ada bahaya 'pons' , maka kolom harus dapat
lapisan lantai

diletakkan pada rusuknya pada

Cara mengatasi pons/punching shear pada bangunan ini adalah dengan memp
ertebal semua petak yang tertumpu kolom

Cara lain untuk mengatasi masalah pons yaitu dengan kolom diletakkan pad
a rusuk lantai .

balok
Balok bersama dengan plat lantai merupakan struktur yang berfungsi menah

an gaya-gaya horisontal. Juga merupakan elemen struktural dari suatu bangunan ya


ng biasa digunakan dengan pola berulang. Fungsi utama balok adalah membentuk bid
ang kaku horisontal. Bidang ini memperkokoh dan bergabung dengan struktur bangun
an vertikal sehingga memungkinkan bangunan untuk bertindak terhadap gaya-gaya se
bagai suatu unit tertutup.
Pada gedung Kwarnas ini sistem struktur yang digunakan adalah struktur
rangka kaku, maka terdapat suatu hubungan yang kaku antara balok dengan kolom. B
ahan yang digunakan untuk balok adalah beton bertulang (reinforced concrete)

IV.2.2. Konstruksi Vertikal


elemen tekan : kolom
Kolom adalah merupakan elemen vertikal yang sangat banyak digunakan. Kol
om tidak selalu harus berarah vertikal , meskipun suatu elemen struktur bisa ber
arah miring, asalkan bisa memenuhi definisi kolom, yaitu beban aksial hanya dibe
rikan diujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal.
Dengan demikian kolom tidak mengalami lentur secara lansung ( tidak ada
beban tegak lurus terhadap sumbunya ).
jenis kolom pada bangunan Kwarnas
1. kolom pada auditorium
Kolom pada auditorium menggunakan kolom miring dengan berbentuk Y pada b
agian tepi bangunan. Alasan digunakan struktur Y pada auditorium ini adalah untu
k mendapatkan bentang lebar sesuai dengan fumgsi sebagai teater. Dari segi estet
ika, dimana perancang bangunan ingin menimbulkan analogi bentuk buah tunas kelap
a.

2.Kolom pada tower


Struktur kolom pada bangunan ini menurut dimensinya dibagi tiga tipe dim
ensi kolom berdasarkan besar beban yang dipikul. Tiap - tiap tipe dimensi kolom
berukuran dan berbentuk sama dari lantai dasar sampai lantai 17 ( tidak ada peng
ecilan dimensi kolom), namun dalam tulangannya berbeda pada tiap lantai menurut
beban yang dipikulnya.

3. Shearwall
Shearwall pada bangunan tower berupa dinding core yang berfungsi sebagai
penahan gaya geser yang terjadi.
Pada tiap lantai berbeda pada penulangannya menurut beban yang diteriman
ya, makin keatas beban semakin kecil sehingga jarak antara tulangan besi semakin
renggang ( lihat gambar )
Penyaluran gaya pada shearwall
Gaya - gaya dari pembebanan mati, berat balok sendiri dan plat lantai pa
da tiap lantai disalurkan ke shearwall yang terletak pada tengah bangunan ( liha
t gambar ).

Roof System
Roof system pada bangunan ini terdiri dari roof system auditorim dan roo
f system tower.
a. Roof System Auditorium
Auditorium membutuhkan bentang lebar maka dipilih struktur rangka atap b
aja ( steel joist roof system ).

Pola dasar segi tiga pada rangka atap baja sama bentuk dan komposisinya.

b. Roof System Tower

Rangka atap menggunakan rangka baja dengan bentuk dan susunan pada roof
system sederhana bangunan rumah tinggal, yaitu bentuk limasan dengan penutup ata
p kriplok.

IV.2.3 .Utilitas Bangunan


1.System Core
System utilitas pada bangunan ini menutut suatu ruang (shaft) penempatan
pipa - pipa utilitas untuk air bersih, pemadam kebakaran, saluran air kotor, sa
luran kotoran padat, lalulintas vertikal, dan listrik. Semua itu ditempatkan pad
a core.

2. Sewage Treatment
Sewage treatment merupakan system pengolahan air pembuangan dan kotoran
dari bangunan, sewage treatment ini terletak di belakang bangunan dekat dengan p
ower house. Air bersih sebagai hasil dari pengolahan sewage treatment yang bera
sal dari air kotoran tadi dipergunakan untuk kebutuhan air pada cooling tower (
lihat gambar ).
3.Distribusi Air
Pada bangunan, distribusi air melalui pipa-pipa dengan pompa air bertek
anan tinggi, karena air selalu bergerak dalam satu arah pada suatu system maka
harus dipisahkan antara system pemanfaatan air yang berbeda, system yang diguna
kan pada bangunan Kwarnas adalah system distribusi air secara downfeed, tanpa ad
anya zona pada tower dianggap pompa mampu memompa sampai reservoir atas, kemudia
n didistribusikan secara grafitasi.
- system distribusi air bersih ( lihat gambar )
- system pembuangan air kotor ( lihat gambar ).
-. system pembuangan kotoran padat dengan memakai venting
berupa saluran penghawaan yang berada pada lantai toilet.

Bagan distribusi air bersih


4. Trasportasi vertikal
4.1. Tangga
Tangga terdiri dari :
- tangga darurat pada tower yang sekaligus berfungsi sebagai tangga kebakaran, s
emua pintu tangga hanya terbuka satu arah yaitu kearah dalam, kecuali di lantai
dasar pintu terbuka keluar dan langsung ke luar bangunan.
- tangga pada lobby ( tower ) dan tangga pada auditorium
merupakan pela
yanan sirkulasi untuk umum.
III.4.2. Lift
Terdapat pada core terdiri dari :
- 4 lift penumpang
- 1 lift service ( lift maintenance )
Pada perencanaan gedung, lift pada tiap lantai dibuat pintu, akan tetapi
dalam pelaksanaannya akan dibuat zona pelayanan lift. Pembagian zona berdasarka
n kap[asitas lift dan seberapa besar frekwensi arus sirkulasi pada bangunan ters
ebut.
Apabila terjadi kebakaran semua lift akan turun secara otomatis menuju l
antai dasar.
Tapi apabila listrik mati, secara otomatis lift akan menuju lantai yang
terdekat lalu terbuka.
5. Tata Udara ( Air Conditioning)
Pada bangunan ini digunakan All Water System dengan cooling tower pada r
oof yang terdiri dari dua wing kanan dan kiri yang masing - masing berjumlah tig
a cooling tower ( chiller )
AHU terdapat pada tiap - tiap lantai yang penempatannya terdapat pada co
re yang berfungsi sebagai distribusi AC ke masing - masing ruang melalui ducting
.

6. Instalasi Listrik
Instalasi listrik bersumber dari PLN dan sebagai cadangan sumber listrik
digunakan Genset yang terdapat pada Power House di luar bangunan.

7. Penangkal Petir
Menggunakan system Faraday berupa jaring - jaring kabel yang menghubungk
an 4 titik tiang pada sudut atap bagunan di hubungkan dengan pengantar pada dind
ing atau di dalam bangunan sebagai penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dar
i tembaga, baja galvanis atau aluminium.
8. System Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Alat pemadaman berupa :
- Springkler pada tiap lantai, penyemprotan air terjadi apabila suhu mencapai 60
derajat celcius.
- Smoke detector / alat deteksi asap
- Flame Detector / alat deteksi nyala api dengan cara
menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api.
- Hydran terdapat pada core yang berjumlah dua pada tiap
lantai.
- Gas halon ( pemadam portable ).
- Pemadam powder ( Dry Chemical ), bahan pemadam
berupa serbuk kimia kering, menyemprot secara otomatis
pada suhu 72 derajat Celsius.
9. System Telekomunikasi
Berupa jaringan telfon dengan panel pembagi ( PABX).
Parabola sebagai alat komunikasi satelit yang diletakkan di atas atap core seber
at 20 ton.

10. Sound System


Pada Auditorium dilengkapi dengan sound system yang memadai untuk keperl
uan teater. Untuk menunjang dari efek yang ditimbulkan oleh sound system tersebu
t maka digunakan bahan - bahan acoustic pada plafon berupa grasswall dan alumini
um foil.
Pada tower tiap lantai dilengkapi loudspeaker yang bersumber dari tempat
kontrol.

IV.4.Estetika Bangunan
IV.4.1. Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan Kwarnas ini berbentuk geometris yang sederhana balok per
segi empat pada towernya. Adanya keterpaduan antara bangunan auditorium dan towe
r yang dapat dilihat dari unsur bentuk kolom miring ( Y ) pada auditorium yang d
ipadukan pada bentuk kolom miring pada bagian atas tower ( lihat gambar ), dapat
dilihat juga pada bentuk atap yang mempunyai kesesuaian bentuk atap antara audi
torium dan tower yaitu berbentuk limas ( lihat gambar ).
Adanya keseimbangan simetris yang tampak pada muka bangunan secara visua
l. Proporsi bangunan dapat dilihat dari jarak kolom yang sama pada tower, lebar
dan tinggi antara auditorium dan tower adanya perbandingan ketinggian satu berba
nding tiga ( tower : auditorium ).

IV.4.2. Ekspresi Bangunan


Bangunan Kwarnas mengekspresikan dan lambang Pramuka berupa tunas kelapa
. Dasar filosofinya mengambil suatu analogi bahwa Auditorium dianalogikan sebaga
i buah kelapanya dan towernya sebagai tunasnya.
Ekspresi struktur tampak pada struktur "Y" yang melawan gravitasi. Bentu
k "X" pada tower merupakan unsur estetis bangunan bukan unsur struktural yang me
ngekspresikan suatu ikatan yang kuat dan seimbang.
Dilihat dari warna exterior bangunan dapat dipastikan mengadopsi dari al
am yaitu coklat, putih yang juga merupakan warna dari Pramuka.
Gaya bangunan merupakan gaya bangunan modern dan memakai bahan bahan mod
ern untuk strukturnya dan finishingnya yang menggunakan penutup kaca dan menonjo
lkan kolom - kolomnya serta dipadu unsur tradisional yang dapat dilihat pada ben
tuk atap dan bahan penutup atap auditorium memakai bahan tradisional yaitu Bermi
s berupa campuran asbes dan serat kayu.
IV.5 .Permasalahan Yang Timbul
Selama pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pr
amuka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dibagi menjadi 2 jenis permasalh
an umum yaitu : 1. Permasalahan yang menyangkut bidang administrasi dan 2. Perma
salahan yang terjadi pada pelaksanaan fisik bangunan.
IV.5.1. Masalah Administrasi
Pada pelaksanaan anggaran biaya yang diperuntukkan untuk proyek Gedung K
wartir Nasional Gerakan Pramuka didapat adanya kenaikan biaya proyek yang diseba
bkan adanya kenaikan biaya bahan (kenaikan harga semen dipasaran dan faktor kela
ngkaannya). Hal ini merambat pada bertambahnya dana pinjaman yang terjadi karena
penyandang dana proyek tidak hanya harus melunasi beban pinjaman yang bertambah
tiap bulannya tetapi juga beban bunga yang ikut membebaninya.Dan akibat dari pe
rpanjangan proses pembangunan adalah tingginya biaya pelaksanaan pembangunan (se
makin lama proyek berjalan, semakin banyak cost yang ditanggung untuk membiayai
pekerja-pekerja dan alatnya).
Keterlambatan dalam bidang administrasi ini bukan hanya disebabkan oleh
masalah pasar yang mempengaruhi hal-hal lainnya tetapi juga didapat adanya fakto
r lain yang menyebabkan keterlambatan ini. Adanya koordinasi yang kurang menyelu
ruh dari pihak Manajemen Konstruksi dalam hal ini adalah Tripanoto Sri yang meny
adari banyaknya jumlah subkontraktor-subkontraktor yang ikut melaksanakan pemban
gunan yang mempunyai jadwal kerja yang saling mempengaruhi (subkontraktor yang s
edang melakukan suatu pekerjaan, cepat lambatnya mempengaruhi terhadap subkontra
ktor yang melakukan penyempurnaan dari pekerjaan sebelumnya walaupun jadwal peke
rjaan telah terjadi over laping.(subkontraktor yang melakukan pekerjaan plafon h
arus menunggu subkontraktor yang melakukan pekerjaan ducting , dan jika penangan
an pekerjaan ducting terlambat maka penanganan pekerjaan plafonpun terlambat jug
a)
IV.5.2. Masalah Pelaksanaan Fisik
Pada pelaksanaan fisik bangunan terjadi kemunduran dari jadwal acara tim
e scedule yang telah disepakati, hal ini dikarenakan :
*
Curah hujan yang datang pada saat pelaksanaan pengecoran beton, baik itu pa
da saat melakukan pekerjaan persiapan yang meliputi pekerjaan pondasi maupun bas
ement maupun pada saat pengecoran lantai gedung .
*
Adanya perbaikan-perbaikan yang tidak terduga (misalnya perhitungan ulan

g pada balok silang GRC dimana ditemukan adanya pergeseran titik persilangan pad
a salah satu crossing pada balok silang )dan juga adanya permintahan tambahan ya
ng datang dari owner
BAB V. Kesimpulan Dan Saran
V.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan selama menjalani kerja praktek dan membuat laporan
kerja praktek ini, kami mencoba mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Penggunaan Multiplex Film sangat menguntungkan, karena dapat digunakan berulan
g kali dan juga menghasilkan permukaan beton yang halus dan rata.
- Untuk pengecoran dengan volume yang cukup besar, seperti dalam proyek ini digu
nakan pompa beton, agar beton yang dicor dapat lebih banyak dan dalam waktu rela
tif singkat.
- Untuk pengecoran dengan volume yang kecil digunakan bucket beton karena lebih
praktis pelaksanaannya.
- Untuk mengontrol prestasi pekerjaan, maka dipakai Bar Chart dan kurva S sebaga
i acuan agar pekerjaan diselesaikan tepat pada waktunya.
- Dalam pelaksanaan suau proyek diperlukan adanya keharmonisan dan keselarasan h
ubungan kerja yang baik diantara seluruh staff proyek yang terlibat didalamnya.
- Dalam proses pelaksanaan kerja harus diusahakan agar dapat dicapai sasaran ses
uai dengan rencana, baik mutu, teknis maupun waktu pelaksanaan.
- Untuk tercapainya hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan rencana maka
dilakukan pengawasan di lapangan secermat mungkin.
V.2. Saran :
Selain kesimpulan diatas, kami juga mempunyai beberapa saran yang mudahmudahan dapat memberikan sedikit manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya :
- Untuk menjaga bentuk beton agar permukaannya tetap baik maka hendaknya Multipl
ex yang sudah agak rusak tidak dipakai lagi.
- Agar pelaksana Kerja Praketek dapat belajar secara optimum, dan sebaiknya pada
saat Kerja Praktek mereka aktif bertanya dan mencari informasi kepada semua ten
aga ahli yang ada.
- Disarankan agar pelaksana Kerja Praktek berusaha meminta kesempatan untuk turu
t serta dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada sehingga semua pengetahua
n yang didapat di bangku kuliah dapat dibandingkan dengan kenyataan yang ada.

LAPORAN KERJA PRAKTEK II


GEDUNG KWARTIR NASIONAL
GERAKAN PRAMUKA

Anda mungkin juga menyukai