Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar.
Minyak kelapa sawit merupakan minyak sayur yang bisa dikonsumsi langsung,
terbuat dari ekstrak daging buah kelapa sawit dan mengandung beta karotin yang
tinggi. Sampai saat ini, kurang lebih 85% minyak kelapa sawit dunia diproduksi
di Indonesia dan Malaysia. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit hanya bisa
tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia sendiri, kelapa sawit merupakan produk
pertanian paling sukses di urutan kedua setelah padi.
Kebutuhan minyak sawit di tingkat dunia mengalami perkembangan pesat
dalam beberapa dasawarsa terakhir. Peningkatan permintaan dunia akan minyak
sawit menawarkan prospek ekonomi yang sangat menjanjikan bagi Indonesia.
Industri dan perkebunan kelapa sawit dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk
menyelamatkan perekonomian ketika negara menghadapi krisis. Sebagai bukti,
defisit perdagangan ekspor Indonesia dapat tertutupi dari surplus perdagangan
non-migas yang produk terutamanya adalah produk kelapa sawit. Faktanya,
perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh industri dan perkebunan
kelapa sawit milik swasta, rakyat, maupun BUMN.
Pengaruh positif ini tidak hanya berlaku bagi perekonomian Indonesia
saja, tetapi juga berlaku bagi sosialnya. Sangat dipahami bahwa pembangunan
agribisnis kelapa sawit merupakan industri yang diyakini bisa membantu
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dikarenakan

industri kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
berupa lahan yang subur dan tenaga kerja yang produktif. Kelapa sawit
merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar
yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sebagai
perbandingan, kelapa sawit mampu menghasilkan minyak hingga 4,00
ton/ha/tahun, sementara canola hanya 0,53 ton/ha/tahun, bunga matahari 0,50
ton/ha/tahun, kedelai 0,52 ton/ha/tahun dan kacang tanah 0,38 ton/ha/tahun.
(Pahan, 2011 : 2)
Industri kelapa sawit mampu menampung sekitar 14% PDB (Produk
Domestik Bruto), perkebunannya menyediakan lapangan pekerjaan bagi hampir
45% penduduk Indonesia dan menjadi mata pencaharian bagi dua pertiga rumah
tangga di pedesaan. Dengan lebih dari 50% penduduk tinggal di daerah pedesaan
dan 20% di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan, industri kelapa sawit
menjadi sarana pengentasan kemiskinan yang sangat efektif.
1.2. Identifikasi Masalah
1) Bagaimana manajemen dan budidaya kelapa sawit di Afdeling V PTP PTP.
Nusantara - I (PERSERO) Kebun Baru Langsa ?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui sistem manajemen dan teknis budidaya kelapa sawit di
Afdeling V PTP. Nusantara - I (PERSERO) Kebun Baru Langsa

1.4. Kegunaan
Adapun kegunaan kuliah kerja profesi adalah sebagai berikut:
1) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
2) Sebagai aplikasi ilmu bagi mahasiswa dalam upaya memperdalam
pengetahuan di bidang Sosial Ekonomi Pertanian.
3) Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sistem manajemen
perkebunan kelapa sawit sehingga lebih siap menghadapi dunia kerja.
4) Diharapkan bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membaca dan
berkeinginan untuk mengembangkan usaha perkebunan sawit

BAB II
METODE KULIAH KERJA PROFESI
2.1. Lokasi dan Ruang Lingkup Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan di PTP. Nusantara - I (Persero),
khususnya pada Afdeling V Kebun Baru Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa
Baro Kota Langsa Provinsi Aceh.
Ruang lingkup Kuliah Kerja Profesi ini adalah budidaya tanaman kelapa
sawit di Afdeling V yang meliputi pembibitan, penyiraman, pemupukan, tanaman
belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), dan panen.
2.2. Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan. Jadwal
pelaksanaannya dimulai dari tanggal 18 Juni 2014 sampai dengan 16 Juli 2014.
Rincian kegiatan Kuliah Kerja Profesi dapat dilihat pada LogBook yang terlampir.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Lokasi Kuliah Kerja
3.1.1. Sejarah Singkat PTP. Nusantara I (PERSERO)
PTP. Nusantara - I (PERSERO) merupakan hasil konsolidasi BUMN
Perkebunan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor : 6 tahun 1996 tanggal
14 Pebruari 1996 yang dikukuhkan dengan akta pendirian Nomor 34 tanggal 11
Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta, dengan modal dasar
PERSEROan sebesar Rp. 400 milyar dan yang sudah ditempatkan dan disetor
pemerintah sebesar Rp. 120 mllyar, yang kemudian telah dilakukan perubahan
dengan akta Nomor : 6 tanggal 8 Oktober 2002 oleh Notaris Sri Rahayu A.
Prasetyo, SH.
Sesuai pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 PP Nomor : 6 tahun 1996, PTP. Nusantara - I
(PERSERO) berkembang dan merupakan penggabungan dari beberapa badan
usaha perkebunan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri dari :
a. Ex. PT. Perkebunan I (PERSERO)
b. Ex. PT. Cot Girek Baru (PERSERO)
c. Ex. PT. Perkebunan V (PERSERO)
d. Ex. PKS Cot Girek PT. Perkebunan IX (PERSERO)
PTP. Nusantara - I (PERSERO) Langsa memiliki 13 unit usaha kebun
yang seluruhnya berada di Provinsi Aceh, yaitu seperti : Pulau Tiga, Kebun Lama,
Kebun Baru, Tualang Sawit, Karang Inong, Jr. Selatan, Jr. Utara, Cot Girek,
Ujung Lamie, Kreung Luas, Kreung Pase, Batee Puteh, Kuta Makmur.

Visi dan Misi


Visi
Menjadi Perusahaan agribisnis perkebunan yang tangguh serta mampu
memberikan kesejahteraan bagi stakeholders dan kontribusi yang optimal kepada
negara.
Misi
1. Meningkatkan pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan dengan
mengusahakan 2 komoditi yaitu kelapa sawit dan karet secara efisien dan
ekonomis, dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance.
2. Meningkatkan profitabilitas perusahaan secara berkesinambungan melalui
value creation.
3. Meningkatkan Pengelolaan budidaya Kelapa Sawit dan Karet dengan
menggunakan teknologi maju.
4. Mengusahakan, memelihara dan meningkatkan kesejahteraan Karyawan
serta kepuasan pelanggan.
5. Berpedoman dan menjunjung tinggi nilai-nilai religius.
Tata Nilai
Selain visi dan misi, PTP. Nusantara I (PERSERO) memiliki tata nilai.
Tata nilai ini diterapkan tidak hanya untuk para karyawan saja tetapi juga untuk
seluruh pegawai dan pekerja yang berada di ruang lingkup PTP. Nusantara I
(PERSERO).

Gambar 1. Tata Nilai PTP. Nusantara I (PERSERO)


Tata nilai yang diterapkan di PTP. Nusantara I (PERSERO) mengatur
nilai keorganisasian, nilai kepemimpinan, nilai hubungan antar individu dan nilai
insan. Penerapan tata nilai ini bertujuan untuk mewujudkan individu yang
kompeten.
3.1.2. Gambaran Umum PTP. Nusantara I (PERSERO) Kebun Baru
Kebun Baru merupakan salah satu kebun pada PTP. Nusantara I
(PERSERO) yang pada masa penjajahan Belanda bernama NV. Rubber
Matchapay Vico. Setelah Indonesia merdeka, Kebun Baru dikembalikan kepada
Pemerintah Indonesia.
Pada masa itu terjadi 4 kali reorganisasi dalam meningkatkan kinerja dan
pada tahun 1973 dengan Instruktur Menteri Pertanian No. 3/INS/UM/8/1973 atas
bantuan PNP lain, Kebun Baru melakukan konversi dari komoditi karet menjadi

komoditi kelapa sawit yang pertama kali berlokasi di Afdeling I Alur Gading
sampai akhirnya menjadi monokultur seperti saat ini.
Kebun Baru terbagi atas 7 afdeling yang hamaparan arealnya di kawasan
Kota Langsa (Langsa Timur dan Langsa Barat) serta Kabupaten Aceh Timur
dengan ketinggian 10-60 mdpl, jenis tanah pada umumnya padsolik dengan
tekstur lempung liat berpasir, memiliki drainase yang cukup baik, pH tanah
berkisar 5,4-5,9.
Areal tanaman Kebun Baru memiliki tingkat kemiringan yang berbedabeda. Kondisi areal tanaman Kebun dapat dikelompokkan menjadi 5 kelas dasar
topografi :
Tabel 1. Kelas Topografi Areal Tanaman Kebun Baru
Topografi Tanah
Datar
Berombak
Gelombang
Berbukit
Berbukit agak bergunung

Kemiringan
0-3%
3-8%
8-15%
15-30%
>30%

Persentase Luas
45%
8%
15%
29%
3%

Topografi tanah datar merupakan areal dengan persentase luas yang paling
mendominasi, hampir separuh dari total areal tanaman di Kebun Baru. Sementara
itu, areal tanaman dengan kemiringan > 30% yang merupakan topograi tanah
berbukit agak bergunung memiliki persentase luas paling sedikit.
Komposisi areal Kebun Baru relatif ideal dimana areal konsesi seluas
4.885 Ha dengan areal tanaman seluas 4.578 Ha. Pembagian penggunaan areal
lahan Kebun Baru terbagi sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi Luas Lahan Areal Kebun Baru

No
A
1
2
3
B1
2
3

Uraian
Areal Tanaman
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Belum Menghasilkan
Tanaman Ulang
Jumlah Areal Tanaman
Areal Lain-Lain
Pembibitan
Emplasment
Jumlah Areal Lain-Lain
Total

Luas (Ha)
2.308
1.969
301
4.578
20
58
229
307
4.885

Areal tanaman ulang (TU) di Kebun Baru hana 301 Ha, masih sangat
sedikit jika dibandingkan dengan areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman
belum menghasilkan (TBM).
Tenaga kerja pada PTP. Nusantara I (PERSERO) Kebun Baru dapat
digolongkan menjadi 7 kelompok, yaitu karyawan pimpinan, papam, karyawan
pelaksana, karyawan asistensi kampus, insenti bantuan Kebun Baru, insentif
Kantor Pusat, dan BHL panen/outsorching.
Tabel 3. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Baru
No
1
2
3
4
5
6
7

Uraian
Karyawan Pimpinan
Papam
Karyawan Pelaksana
Karyawan Asistensi Kampus
Insentif Bantuan Kebun Baru
Insentif Kantor Pusat
BHL Panen/Outsorching
Jumlah

Jumlah
13
1
644
136
16
23
99
932

Dari 932 orang tenaga kerja di kebun baru, tenaga kerja paling banyak di
alokasikan sebagai karyawan pelaksana dan karyawan asistensi kampus.
3.2. Bidang Fokus Kuliah Kerja Profesi

10

Rabu, 18 Juni 2014 pukul 05.00 WIB, rombongan kelompok 1 dan


kelompok 3 mahasiswa KKP 2014 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala tiba di PTP. Nusantara I (PERSERO). Pukul
08.00 WIB dilakukan serah terima mahasiswa KKP dari pihak Universitas ke
pihak PTP. Nusantara I (PERSERO) serta pembagian kelompok, dimana
kelompok 1 menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang ditempatkan di Kebun
Baru dan kelompok yang ditempatkan di Kebun Lama, sementara kelompok 3
juga menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang ditempatkan di Julok dan
kelompok yang ditempatkan di Karang Inong. Setelah pembagian kelompok,
kami, kelompok 1 yang ditempatkan di Kebun Baru langsung menuju kantor PTP.
Nusantara I (PERSERO) Kebun Baru. Sesampainya disana, salah seorang
pegawai memberikan gambaran umum mengenai PTP. Nusantara I (PERSERO)
Kebun Baru Langsa dan aturan-aturan yang terdapat di perkebunan.
3.2.1 Pembibitan
Pada minggu ke-1, kami ditempatkan di areal pembibitan Afdeling V. Hari
ke-1 dilakukan briefing dan pengenalan asisten Afdeling V oleh Bapak
Khairuddin, Manajer PTP. Nusantara I (PERSERO) Kebun Baru di ruang
manajer. Setelah itu kami menuju areal pembibitan Afdeling V. Disana kami
melakukan peninjauan langsung ke areal pembibitan pre-nursery dan mainnursery.

11

Gambar 2. Areal Pembibitan Afdeling V


Selama lebih kurang seminggu berada di areal pembibitan, kami melihat
dan mempraktekkan secara langsung semua kegiatan pemeliharaan bibit kelapa
sawit, yaitu pemupukan, penyiraman, pemasangan mulsa dan penyiangan gulma.
Selain itu kami juga belajar bagaimana memperkirakan umur tanaman kelapa
sawit. Pembelajaran tentang pembibitan dan pemeliharaannya dilakukan secara
langsung dengan pemberian materi oleh Asisten Afdeling V serta wawancara
dengan mandor pembibitan dan para pekerja (BHL/Buruh Harian Lapangan).
Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 07.00 sampai dengan 12.30.
Pembibitan pada PTP. Nusantara I (PERSERO) menggunakan sistem 2
tahap (double stage system), yaitu pembibitan awal atau pre-nursery (PN) dan
pembibitan utama atau main-nursery (MN). Berikut adalah materi yang kami
peroleh pada bagian pembibitan.
3.2.1.1. Pembibitan Awal atau Pre-Nursery (PN)
a. Lokasi
Lokasi pembibitan menentukan kualitas dan produktivitas kelapa sait.
Agar bibit tumbuh seragam dan mampu berproduktivitas tinggi, maka lokasi

12

pembibitan harus sesuai memenuhi kriteria tertentu. Pemilihan lokasi untuk prenursery memiliki kriteria sebagai berikut :
-

Dekat dengan sumber air


Selama masa pembibitan, bibit tanaman kelapa sawit membutuhkan air
dalam jumlah yang cukup besar dan harus rutin. Sumber air yang dekat
akan mempermudah tenaga kerja dalam melakukan penyiraman bibit dan

memastikan bahwa bibit tidak kekurangan air.


Bebas dari hama dan penyakit
Hama dan penyakit dapat merusak bibit tanaman kelapa sawit. Bibit yang
rusak tidak dapat digunakan dan akan merugikan perusahaan.
Berada di sekitar areal rencana penanaman
Usahakan lahan pembibitan berada dekat dengan areal rencana
penanaman. Tujuannya agar biaya pengangkutan bibit pada saat akan
penanaman dapat ditekan menjadi lebih rendah.

Dekat dengan kantor/perumahan


Kegiatan pembibitan membutuhkan banyak tenaga kerja. Dekatnya areal
pembibitan

dengan

kantor/perumahan

akan

mempermudah

dalam

perekrutan tenaga kerja.


-

Areal pembibitan datar


Areal pembibitan datar diperlukan untuk mempermudah kegiatan
pembibitan.

b. Mempersiapkan Polybag
Pada pre-nursery, polybag yang digunakan adalah baby polybag yang
berukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm dan tebal 0,1 cm.
c. Pengisian Tanah

13

Media tanam yang digunakan umumnya adalah campuran top soil dengan
pasir 3 : 1, hal ini diperlukan selain untuk menyediakan unsur hara yang cukup
untuk pertumbuhan bibit, juga komposisi tanah yang memudahkan perkembangan
sistem perakaran bibit serta mencegah terjadinya penggenangan air yang dapat
merusak/membusukkan perakaran bibit. Baby polybag diisi tanah sampai 1 atau 2
cm dari bibir atas baby polybag. Sebelum dipergunakan, baby polybag yang telah
diisi tanah, disiram hingga jenuh agar tanah padat dan suhunya turun. Minimal
seminggu sebelum kecambah ditanam, baby polybag harus sudah siap.
d. Penanaman Kecambah
Kecambah yang digunakan oleh PTP. Nusantara I (PERSERO) adalah
persilangan dari Dura x Pasifera unggul produksi PPKS yaitu Tenera. Kecambah
berasal dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Marihat. Permukaan media
harus digemburkan dengan jari kemudian dibuat lubang untuk tempat meletakkan
kecambah. Kecambah yang telah diterima harus segera ditanam, paling lama 3
hari setelah kecambah diterima. Keterlambatan penanaman dapat menyebabkan
kelainan pada kecambah. Kecambah yang telah diterima diseleksi sesuai
kelompoknya dan disimpan ditempat ditempat yang sejuk. Ciri kecambah normal
yaitu pada pucuknya bentuknya runcing sedangkan akar agak
tumpul dengan panjang 8-25 mm berwarna putih gading (lebih
tua dari warna pucuk) dengan posisi saling bertolak belakang.
Perhatikan kecambah pada saat penanaman. Letakkan benih kecambah dengan
benar, yaitu radikula (bakal akar) mengarah ke bawah dan plumula (bakal daun)

14

mengarah ke atas. Biji kecambah ditanam hingga 2 cm dibawah permukaan tanah


dan lubang berisi bii ditutup rata dengan permukaan tanah.
e. Penyusunan Baby Polybag
Polybag yang telah ditanami kecambah disusun pada petakan atau
bedengan. Bedengan dibuat memanjang dari arah barat ke timur dengan lebar 1,2
meter dan panjangnya disesuaikan dengan luas areal bibitan. Jarak antar bedengan
0,8-10 meter untuk jalan kontrol dan aktivitas pemeliharaan lainnya. Tepi
bedengan dibuat dengan menggunakan papan sepanjang 10-20 meter, lebar 1-10
cm dan tinggi 2 meter. Papan bedengan tidak lupa diberi patok agar kuat dan
kokoh. Setiap petak atau bedengan diberi papan mana (label) yang memuat
keterangang asal usul benih tersebut dan tanggal penanaman.
f. Penyiraman
Setelah biji ditanam, disiram setiap hari dengan air. Jangan berlebihan agar
media tidak tercuci, yang nantinya bisa melemahkan akar dan pertumbuhan dan
harus dilakukan dengan hati-hati agar kecambah adan akar bibit tidak terangkat ke
permukaan tanah. Penyiraman harus dilakukan tiap hari dengan teratur pada pagi
hari hingga jam 10.30 WIB dan pada sore hari setelah jam 15.00 WIB sebanyak
0,5 liter/ polybag.

g. Pemupukan

15

Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat suhu udara terlalu panas dan
kering. Jadwal serta dosis pemupukan pada tahap pre-nursery dapat dilihat di
tabel berikut.
Tabel 4. Jadwal dan Dosis Pemupukan Pembibitan Pre-Nursery (PN)
No
Umur
Kebutuhan Untuk
Jenis Pupuk
Urea
CF. 15, 15,6,4
Urut
(Minggu)
Air
Bibit
1
4
2 gram
3 gram
1 Ltr
100
2
5
3 gram
4 gram
2 Ltr
100
3
6
4 gram
5 gram
3 Ltr
100
4
7
5 gram
6 gram
4 Ltr
100
5
8
6 gram
7 gram
5 Ltr
100
6
9
7 gram
8 gram
6 Ltr
100
7
10
8 gram
9 gram
7 Ltr
100
8
11
9 gram
10 gram
8 Ltr
100
9
12
10 gram
11 gram
9 Ltr
100
Sumber: Standard Operating Procedure (SOP) PT Perkebunan
Nusantara - I (PERSERO)
h. Naungan
Naungan dapat berupa pohon hidup, atau naungan buatan yang berupa
atap nipah atau daun kelapa sawit. Naungan dipertahankan sampai kecambah
berdaun 2-3 helai. Ukuran tratak untuk naungan adalah : lebar = 3 m, panjang =
50 m, tinggi = 2 m. Rangka tratak terdiri dari bambu-bambu bulat yang dibuat
dengan ukuran 1 tratak. Bagian dalam tratak 90 cm, jalan kontrol 120 cm, parit 40
cm dan arah adalah panjang tratak sejajar dengan Timur-Barat dan lebar sejajar
dengan Utara-Selatan.
Naungan dibuat untuk 10 minggu pertumbuhan. Pengurangan naungan
dilakukan secara bertahap agar bibit mampu beradaptasi dengan panas matahari.
Jika pengurangan naungan dilakukan secara spontan dan cepat, maka akan

16

membuat kejutan pada bibitan, dan bila pengurangan naungan terlalu lambat,
maka pertumbuhan bibit akan lambat (etiolasi).
i. Seleksi
Pada tahap pre-nursery, seleksi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu :
-

Ketika kecambah diterima. Kecambah afkir adalah kecambah yang


tidak memiliki kutikula dan tidak memiliki batang tunas. Kecambah
ketika di seleksi pada tahap ini umumnya berkurang sebanyak 2,5%
Ketika bibit akan dipindahkan ke main-nursery (transplanting).

Kecambah afkir adalah kecambah yang kerdil, daunnya bergulung,


daun tegak lurus, daun keriting. Kecambah ketika di seleksi pada tahap
ini berkurang sekitar 5-10%.
j. Hama dan Penyakit
Hama yang umumnya mengganggu bibit pada pre-nursery adalah semut,
jangkrik, belalang, tikus, ulat api dan ulat kantong. Hama ini merusak batang dan
daun bibit
Penyakit yang menyerang pembibitan awal terdiri dari 2 jenis yaitu
penyakit akar yang disebabkan oleh bermacam-macam cendawan antara lain
Rhizoctonia sp. dan Pythium sp. dan penyakit daun yang disebabkan oleh
bermacam-macam cendawan antara lain, Botriodiploida sp., Glomerella singulata
dan Melanconium clacidis.

k. Penyiangan Gulma

17

Penyiangan gulma pada baby polybag dilakukan dengan cara dicabut


dengan tangan dan dikumpulkan di pasar kontrol, sekaligus tanah digemburkan
dengan tongkat kayu. Lahan diluar baby polybg juga harus disiangi dengan bersih.
l. Pemindahan Bibit
Pada umur 2,5-3 bulan merupakan saat yang paling baik untuk
pemindahan bibit ke pembibitan utama (main-nursery) Hal yang perlu
diperhatikan pada saat pemindahan (transplanting) adalah :
-

Akar yang menembus baby polybag harus terputus


Perlu adanya pengawasan intensif
Kemungkinan masih ada ketinggalan bibit kurang sehat ikut tertanam
main-nursery

3.2.1.2. Pembibitan Utama atau Main-Nursery (MN)


Pada pembibitan utama atau main-nursery, perlakuan yang diberikan
untuk pemeliharaannya hampir serupa dengan perlakuan di pre-nursery, namun
dengan beberapa penyesuaian.
a. Media Tanam
Polybag yang digunakan berukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tebal
0,2 cm. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag merupakan tanah top soil
yang dicampur dengan fungisida marfu dengan dosis 0,02 litar/polybag. Tanah
diisi penuh sebanyak 25 kg. Sebelum polybag dipindahkan ke lokasi pembibitan
main nursery, dilakukan pemancangan dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm x 70
cm untuk masa main nursery 10 bulan dan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm
untuk masa main nursery 12 bulan.
b. Pemindahan Bibit

18

Sebelum bibit dipindahkan dari pre-nursery ke main-nursery, polybag


terlebih dahulu disiram hingga jenuh dan dibuat lubang tanam. Bibit yang
digunakan berumur 3 bulan
c. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, pagi dan
sore, dengan air sebanyak 2-3 liter/polybag. Kekurangan air
dapat menyebabkan pertumbuhan bibit tidak optimal.
d. Pemasangan Mulsa
Mulsa merupakan penutup tanah yang dipasang di dalam
polybag. Terbuat dari ampas kelapa sawit yang merupakan
limbaha dari pabrik kelapa sawit (PKS). Kegunaan mulsa adalah
untuk menampung air dan menjaga kelembaban tanah agar
tanah tidak cepat kering.
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai umur dan dosis bibit, ditabur
melingkar pada permukaan tanah di bawah mulsa dengan jarak
5-7 cm dari pangkal pokok bibit. Pada saat pengaplikasian,
usahakan agar pupuk tidak terkena daun. Daun yang terkena
pupuk akan terbakar.

Sebaiknya pemupukan dilakukan seiring

dengan penyiraman, karena air dapat mengalirkan pupuk ke


dalam tanah dan mempermudah penyerapan unsur hara oleh
akar. Jadwal, jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada mainnursery dapat dilihat di tabel berikut.

19

Tabel 5. Jadwal, Jenis dan Dosis Pemupukan di Main Nursery


Berdasarkan SOP
PTP. Nusantara I (PERSERO).
No.
Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Sumber:

Pupuk NPK
Pupuk Kieserit
CF : 15. 15.
CF : 12. 12.
6.4
17.2
2
2,50 gram
3
2,50 gram
4
5,00 gram
5
5,00 gram
6
7,50 gram
8
7,50 gram
10
10,50 gram
12
10,50 gram
14
10 gram
16
10 gram
5 gram
18
10 gram
20
10 gram
5 gram
22
15 gram
24
15 gram
8 gram
26
15 gram
28
15 gram
8 gram
30
20 gram
32
20 gram
10 gram
34
20 gram
36
20 gram
10 gram
38
25 gram
40
25 gram
10 gram
Manajemen Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kebun Baru PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, Aceh
No.
Minggu

f. Pengendalian Gulma
Tanaman sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah
yang cukup, begitu pula pada tanaman kelapa sawit. Agar
tanaman kelapa sawit tidak tersaingi dalam mendapatkan unsur
hara, maka perlu adanya pengendalian gulma. Gulma yang
terdapat di dalam polybag dapat dikendalikan secara manual

20

yaitu dengan cara pencabutan. Untuk gulma yang terdapat diluar


polybag dapat dikendalikan dengan cara manual dan chemist,
yaitu dengan penyemprotan gulma menggunakan herbisida
kontak (Gramoxone). Dosis herbisida disesuaikan dengan kondisi
gulma yang terdapat di lapangan.
g. Konsolidasi
Konsolidasi dilakukan untuk memperbaiki keadaan polybag
yang rusak seperti miring, tanaman kurang dalam, rebah, kurang
tanah, dan sebagainya dengan perlakuan sesuai bagaimana
keadaan polybagnya.
h. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dipantau setiap hari seiring dengan
berlangsungnya kegiatan pemeliharaan. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan sesuai dengan hasil identifikasi hama dan
penyakit yang menyerang.
i. Seleksi
Pada main-nursery, seleksi bibit dilakukan 3 kali, di usia 4
bulan, 8 bulan dan 12 bulan (saat akan dipindah ke lapangan).
Bibit yang di afkir adalah bibit yang tumbuhnya abnormal, antara
lain : bibit yang tumbuh meninggi dan kaku, bibit yang
permukaan tajuknya rata, bibit yang merunduk, bibit yang anak
daunnya tidak membelah sedangkan bibit lain yang umurnya
sama telah membelah sempurna.

21

Setiap proses seleksi bibit harus dilakukan pencatatan.


Data-data yang perlu dicatat adalah jumlah bibit keseluruhan
dan jumlah bibit tidak normal dari seluruh bibit yang ada.

3.2.1.3. Mukuna (Mucuna bracteata)


Mukuna merupakan salah satu contoh tanaman yang dapat
digunakan sebagai tanaman penutup tanah. Mukuna dapat
menghasilkan humus 5-7 ton bobot kering per hektar per tahun,
menahan laju pertumbuhan gulma di gawangan kelapa sawit,
menjaga kelembaban tanah dan mengurangi erosi pada areal
miring.

Gambar 3. Mucuna bracteata


Setiap kilogram mukuna berisi 6.000-7.000 benih dengan
daya keambah berkisar 58%-65% akan menghasilkan 4.000
kecambah.

Awal

penanaman

kecambah

mukuna

dilakukan

dengan penyiapan media tanam. Top soil yang telah diayak, diisi

22

ke dalam baby polybag berukuran 8 cm x 12 cm. Baby polybag


disusun pada bedengan dengan ukuran 1,2 m x 10 m, muatan
bedengan 2.200 baby polybag. Dua hari (48 jam) kemudian,
kecambah dipindahkan ke baby polybag. Kemudian dilakukan
penyiraman setiap hari pada pagi dan sore. Bibit mukuna
dipindah ke lapangan setelah berumur 30-35 hari.

3.2.1.4. Cara Memperkirakan Umur Tanaman Kelapa Sawit


Untuk mengetahui perkiraan umur tanaman kelapa sawit,
dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut.
a. Hitung jumlah spiral (lihat dari pelepah paling atas yang
sudah terbuka 75%)
b. Pelepah yang terbuka 75% dianggap no.1
c. Hitung terus ke bawah sampai pada pelepah yang busuk
(pelepah yang busuk masuk dalam hitungan
d. Hasil hitungan dimasukkan ke dalam rumus :
Umur kelapa sawit = jumlah spiral x 8 : 12 : 2
Keterangan :
8
= jumlah pelepah dalam 1 spiral
12
= jumlah bulan
2
= jumlah pelepah yang tumbuh dalam 1 bulan
3.2.2 Tanaman Menghasilkan (TM)

23

Gambar 4. Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun 2008


Setelah dari pembibitan, minggu ke-2 dan ke-3 kami
ditempatkan di areal tanaman menghasilkan (TM) tahun 2008
yang letaknya berada di dekat Kantor Afdeling V PTP. Nusantara
I (PERSERO) Kebun Baru. Disini kami belajar tentang beberapa
perlakuan pada TM, yaitu pemupukan, analisa daun, telling buah,
fraksi, prognosa, alat panen, teknik pemanenan dan sekilas
tentang basis borong.
3.2.2.1. Analisa Daun
Analisa daun adalah mengambil sampel

daun untuk mengetahui

kandungan unsur hara yang terkandung pada tanaman kelapa sawit. Analisa daun
dilakukan per blok per tanaman per tahun.
Cara mengambil sampel untuk analisa daun :
a. Tentukan pokok sampel. Letak pokok sampel berbeda-beda, tergantung
luas lahan dari blok tersebut.
1) Untuk luas areal 5 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 5
2) Untuk luas areal 10 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 10
3) Untuk luas areal 15 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 15
b. Setelah ditentukan pokok sampel, maka ditentukan pelepah daun sampel.
Yang paling sesuai untuk sampel adalah pelepah ke-17 pada tanaman

24

menghasilkan dan pelepah ke-9 pada tanaman belum menghasilkan. Untuk


menentukan pelepah daun ke-9 atau ke-17, maka harus ditetapkan daun
ke-1 terlebih dahulu, yaitu :
1) Pelepah daun pertama adalah pelepah daun termuda yang anak
daunnya telah membuka seluruhnya
2) Pelepah daun ke-9 terletak di bawah pelepah daun ke-1
c. Dari pelepah tersebut, diambil 2 helai anak daun di sisi kiri dan 2 helai
anak daun di sisi kanan pada bagian tengah pelepah. Tanda titik tengah
pelepah daun yaitu titik ujung dari permukaan pelepah yang datar (ada
tonjolan), terdapat serat seperti jarum halus.
d. Kemudian anak daun dipotong menjadi 3 bagian, 1/3 bagian tengah (kirakira 25 cm) diambil, sisanya dibuang. Potongan anak daun tersebut
dibersihkan dengan kain lap basah.
e. Lidi dari anak daun yang diambil dibuang. Helaian anak daun (8 helai)
diikat dan disatukan dengan sampel daun dari pokok sampel lainnya,
kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat/kantong plastik dan diberi
label nama.
f. Sampel daun tersebut dikeringkan dengan oven yang mempunyai alat
pengukur suhu dan sirkulasi udara. Pengeringan dilakukan pada suhu 90 oC
selama 12-15 jam.
g. Sampel daun yang teklah kering inilah yang dikirim ke PPKS (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit) untuk dilihat unsur hara yang terkandung. Guna
diketahuinya kandungan unsur hara adalah agar diketahui pupuk apa yang
harus diberikan ke tanaman kelapa sawit dan berapa dosisi nya
Selain pengambilan sampel, data yang perlu diketahui pada analisa daun
adalah :
a. Tinggi pokok

25

b.
c.
d.
e.
f.

Jumlah pelepah daun


Panjang pelepah daun
Jumlah anak daun
Lebar anak daun
Panjang anak daun

3.2.2.2. Pemupukan
Pemupukan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi kuantitas dan
kualitas produksi. Karena itu, pemupukan harus dilakukan tepat waktu, tepat
guna, tepat dosis dan tepat sasaran. Jika pemupukan tidak dilakukan dengan tepat,
maka pemupukan menjadi tidak efektif yang berarti biaya yang dikeluarkan
menjadi sia-sia dan produktivitas tanaman tidak optimal.
Tanaman kelapa sawit memerlukan banyak unsur hara yang dapat
dikategorikan ke dalam dua kelompok :
-

Unsur hara makro : Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Magnesium

(Mg), Sulphur (S) dan Calcium (Ca)


Unsur hara mikro : Mangan (Mn), Besi (Fe), Zinc (Zn), Copper (Cu),
Molybdenum (Mo), Sodium (Na) dan Boron (B)
Jenis jenis pupuk yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Pupuk Tunggal
- Urea
: 46% N
- TSP
: 46% P2O5
- RP
: 28% P2O5
- MOP
: 60% K2O
- Dolomite
: 18% MgO + 30% CaO
- Kieserite
: 27% MgO + 23% S
- Borate
: 46% B2O3
b. Pupuk Majemuk
-

CF 12. 12. 17. 2


CF 15. 15. 6. 4
Briket : 15-10-10-2+1.0 TE (0.5% B, 0.25% Cu dan 0.25% Zn)
Granuler : 16-11-21+1.0 TE (0.5% B, 0.25% Cu dan 0.25% Zn)

26

Masing-masing unsur hara mempunyai fungsi nya masing-masing. Berikut


beberapa fungsi unsur hara serta gejala defisiensinya.
a. Unsur hara Nitrogen (N)
Merupakan komponen terbesar dari unsur kimia yang ada dalam
tanaman. Defisiensi : pada awalnya daun berwarna hijau pucat, bila berkelanjutan
warna daun berubah menjadi kuning. Khlorosis akan mulai terlihat pada pelepah
daun yang tua selanjutnya ke pelepah daun yang lebih muda.
b. Unsur hara Phosphor (P)
Unsur P berpengaruh terhadap perkembangan akar, respirasi dan juga
terhadap kematangan buah. Defisiensi : menyebabkan daun menjadi hijau
kehitaman, pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil) dan pelepah pendek serta
terjadi penurunan produksi jumlah tandan dan berat tandan.
c. Unsur hara Kalium (K)
Berpengaruh terhadap fotosintesa dan respirasi serta berfungsi sebagai
katalisator dalam berbagai reaksi biokimia. Bagian tanaman yang banyak
mengandung unsur K adalah tandan buah (terutama gagang), serabut dan
cangkang. Defisiensi : gejala awal pada daun tua, bentuk segi empat berwarna
hijau pucat, kemudian berubah menjadi pudar atau bercak-bercak orange terang
dan jaringan di pinggir daun berwarna cokelat keabu-abuan dan menjadi kuning.
d. Unsur hara Magnesium (Mg)
Merupakan komponen dari berbagai enzim dalam pembentukan
chlorophyl. Defisiensi : pohon akan mengalami khlorosis. Pada awalnya daun
menjadi kuning pada daun tua yang merata pada bagian atas dan bawah anak
daun.
Waktu pemupukan yang tepat adalah pada awal musim hujan. Pemupukan
yang dilakukan pada waktu curah hujan tertinggi akan menyebabkan terjadinya

27

pencucian tanah dan run-off yang dapat menghilangkan pupuk. Sebalikanya, jika
pemupukan dilakukan pada musim kering maka tanaman tidak akan mampu
mengabsorpsi unsur hara dari pupuk yang diberikan atau unsur hara dari pupuk
akan menguap. Umumnya pupuk diberikan 2 kali dalam setahun, terutama untuk
pupuk N dan K.
Dosis pemupukan dapat diketahui dari hasil analisa daun, analisa tanah,
analisa produksi/blok/tahun tanam dan pemeriksaan visual. Dosis pupuk untuk
areal TM harus sesuai dengan rekomendasi yang diterbitkan oleh PPKS (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit) setiap tahunnya. Ada 2 cara pengaplikasian pupuk, yaitu:
-

Untuk areal datar berombak, pupuk ditabur merata di sekeliling piringan

pohon sejauh 1,5 meter dari pangkal batang ke arah pinggir piringan.
Untuk areal rendahan yang sering tergenang dan areal bergelombang
berbukit, pupuk diberikan dengan cara benam (pocket) sebanyak 6
lubang/piringan pohon. Pocket dibuat berseberangan pada jarak 1,5 meter
dari pangkal pohon kelapa sawit. Setiap pocket berukuran 20 cm sebanyak
2 cangkulan. Lubang harus ditutup kembali setelah diisi pupuk.
Penaburan pupuk TSP dan Dolomite dilaksanakan lebih awal untuk

merangsang pembentukkan akar baru. Untuk mengurangi kehilangan N melalui


penguapan, maka tenggang waktu penaburan antara pupuk Dolomite dengan
pupuk Urea minimal 2 minggu. Urutan penggunaan pupuk tunggal adalah : TSP
Dolomite Urea MOP. Jika menggunakan pupuk majemuk maka urutanna
adalah : Dolomite pupuk majemuk.
3.2.2.3. Prognosa

28

Prognosa adalah menghitung buah dan bunga betina dalam waktu 6 bulan
sekali. Gunanya adalah untuk menghitung produksi dalam 6 bulan sehingga
perusahaan dapat menentukan anggaran biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh perhitungan anggaran pendapatan :
Sebuah perusahaan memiliki areal 600 Ha dengan jumlah 138 pokok per
hektar. Maka jumlah pokok pada areal seluas 600 Ha adalah 82.800 pokok. Jika
diprognosa dalam 1 pokok terdapat 7 tandan dengan berat rata-rata 7 kg/tandan,
maka :
Total berat tandan

= 82.800 pokok x 7 tandan x 7 kg


= 4.057.200 kg

Jika harga TBS Rp 1.500/kg, maka dalam 6 bulan, perusahaan memperoleh :


4.057.200 kg x Rp 1.500 = Rp 6.085.800.000
Pendapatan dalam sebulan = Rp 1.014.300.000/bulan
Dibagi 4 minggu panen = Rp 253.575.000/minggu
3.2.2.4. Telling
Telling adalah perhitungan kerapatan matang panen dimana perbandingan
antara jumlah pokok yang terdapat tandan matang panen dengan jumlah seluruh
seluruh pokok dalam barisan yang diperiksa.
Tujuan telling : (1) menghitung buah matang yang akan dipanen keesokan
harinya, (2) untuk menghitung jumlah produksi keesokan harinya, (3) untuk
menghitung kebutuhan truk angkut. Pada PTP. Nusantara I (Persero) Kebun
Baru, hasil telling diisi di form Laporan Estimasi Produksi/Pengangkutan.
3.2.2.5. Alat Panen

29

a. Pada tanaman muda :


1) Dodos : berupa gagang kayu panjang yang memiliki ujung mata
berbentuk tembilang, digunakan untuk memetik TBS pada tanaman
usia 3-8 tahun
2) Ganco : berupa besi yang memiliki ujung bengkok seperti mata kail
namun berukuran besar, digunakan untuk memuat dan membongkar
TBS dari dan ke alat transport.
3) Kereta sorong : digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan ke
tempat pemungutan hasil (TPH)
4) Batu asah : digunakan untuk mengasah mata dodos agar tetap tajam
5) Goni : sebagai wadah TBS dan brondolan yang diangkut ke TPH
6) Pensil : untuk menandai TBS yang telah dipanen
b. Pada tanaman tua
1) Egrek : berupa gagang kayu panjang yang memiliki ujung mata
berbentuk pisau arit, digunakan untuk memetik TBS pada tanaman
2)
3)
4)
5)

usia > 9 tahun


Tali : untuk mengikat goni
Goni : sebagai wadah TBS dan brondolan yang diangkut ke TPH
Batu asah : digunakan untuk mengasah mata dodos agar tetap tajam
Kapak : sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang pada

tanaman umur > 9 tahun


6) Pensil : untuk menandai TBS yang telah dipanen
7) Ganco : berupa besi yang memiliki ujung bengkok seperti mata kail
namun berukuran besar, digunakan untuk memuat dan membongkar
TBS dari dan ke alat transport.
3.2.2.6. Teknik Pemanenan
Cara pemanenan kelapa sawit harus dilakukan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan, hal ini bertujuan agar pohon yang telah dipanen tidak terganggu
produktivitasnya dan dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Proses pemanenan

30

diawali dengan pemotongan pelepah daun yang menyangga buah agar


memudahkan dalam proses penurunan buah. Selanjutnya pelepah tersebut
ditumpuk rapi di gawangan mati. Perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi
buah. Setelah di dodos, tandan sawit ditarik dengan menggunakan ganco, lalu
dilakukan pemotongan tandan buah dekat pangkal dan disusun rapi di tempat
pengumpulan hasil (TPH). Pada pangkal tandan buah ditulis kode nomor
pemanen, tujuannya untuk mempermudah perhitungan panen yang diperoleh BHL
panen, dan mempermudah perhitungan upahnya. Penyusunan tandan buah pada
TPH harus teratur, misalna 5 atau 10 TBS per baris untuk memudahkan
penghitungan.
3.2.2.7. Kriteria Panen
Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah dapat dipanen adalah TBS yang
sudah memenuhi kriteria. Kriteria matang panen yang diberlakukan adalah ketika
buah sawit telah berubah warna dari hitam menjadi kuning kemerahan (merah
jingga). Matang panen biasanya ditandai dengan jatuhnya beberapa buah dari
tandan yang disebut brondolan. Penentuan kriteria matang panen/fraksi
kematangan buah ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 . Fase Kematangan Buah Kelapa Sawit
Fase Buah
Mentah

Matang

Fraksi Buah

Jumlah Berondolan Yang Jatuh

F00

Buah sangat mentah

F0
F1

Buah mentah brondol 1%-12,5%


Buah mentah brondol 12,5%-25%

F2

Buah mentah brondol 25%-50%

F3

Buah mentah brondol 50%-75%

31

Lewat

F4

Buah mentah brondol 75%-100%

F5
Buah busuk/ketek
Sumber : Teknik Pemanenan Kelapa Sawit di Afdeling V
Kebun Baru PT Perkebunan Nusantara I Langsa

Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada
fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan
kandungan Asam Lemak Bebas minimum. Setelah dipanen, maksimal 8 jam
kelapa sawit sudah diangkat ke PKS, karena lewat dari 8 jam kelapa sawit akan
mengeluarkan Asam Lemak Bebas. Pengangkutan TBS menuju pabrik pengolahan
kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa Truk.
Kemudian TBS ditimbang terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui berat
muatan TBS yang diangkut, sehingga memudahkan untuk proses pengangkutan
selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa dan disortir sesuai
dengan tingkat kematangan buah menurut fraksinya.
3.2.2.8. Basis Borong
Basis borong adalah basis pemanenan yang harus dipenuhi oleh BHL
panen selama jam kerja, biasanya ditentukan dalam jumlah tandan sesuai dengan
berat tandan rata-rata.
3.2.3 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Di akhir minggu ke-3, kami melakukan peninjauan ke lahan TBM 2
Afdeling V yang memiliki luas lahan 218 Ha. Disini kami mendapatkan gambaran
umum tentang kastrasi.
Kastrasi adalah kegiatan membuang semua produk generatif yaitu bunga
jantan, betina, dan seluruh buah yang terlanjur jadi dengan sedikit mungkin

32

kerusakan pada pelepah, dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif


kelapa sawit. Umumnya kastrasi dilakukan setiap bulan mulai saat tanaman
berumur 8 24 bulan. Kastrasi ketika kelapa sawit berumur 20 bulan dapat
langsung dilakukan dengan menggunakan tangan namun pekerja harus
menggunakan sarung tangan kulit yang tebal sampai ke siku agar terlindung dari
duri kelapa sawit. Untuk kelapa sawit berumur 20 bulan, kastrasi dilakukan
dengan menggunakan dodos kecil yang memiliki lebar mata 7,5 cm.
Sementara itu di minggu ke-4, kami melakukan pengumpulan data dari
kantor Afdeling V untuk mendukung isi laporan dan membuat laporan Kuliah
Kerja Profesi.
3.3. Isue Isue Penting
Ada beberapa isu penting yang menjadi pokok permasalahan yang telah
ditinjau selama kegiatan KKP yaitu:
1. Adanya hama besar, yaitu babi, pada lahan pembibitan main-nursery yang
merusak bibit kelapa sawit sehingga merugikan perusahaan.
2. Proses pemupukan yang dilakukan oleh BHL di TM tidak tepat sasaran.
Hal ini disebabkan karena BHL mengejar target agar dapat memupuk
banyak pokok kelapa sawit dan kurangnya pengawasan karena setiap
mandor membawahi BHL terlalu banyak, diluar batas kendali.
Optimalnya, setiap mandor hanya membawahi 20-25 BHL, namun karena
keterbatasan sumber daya manusia setiap mandor dapat membawahi
hingga 35 BHL.
3. TBS (Tandan Buah Segar) yang dipanen tidak sesuai dengan kriteria panen
yang telah ditetapkan. Ada TBS yang belum memenuhi syarat untuk

33

dipanen tetapi sudah dipanen, dan ada TBS yang sudah layak panen tetapi
tidak dipanen.

3.4. Solusi
1. Untuk menjaga agar bibit tidak dirusak dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain : penjagaan bergilir di lahan pembibitan, pemagaran
wilayah lahan pembibitan dengan rapi dan rapat agar tidak ada celah bagi
babi untuk masuk, pemusnahan babi yang terlanjur bersembunyi di dalam
wilayah pembibitan.
2. Perlunya dilakukan pengawasan yang ketat pada saat pemupukan
berlangsung. Pastikan setiap mandor tidak membawahi terlalu banyak
BHL yang melebihi rentang kendalinya. Karena itu perlu adanya
penambahan jumlah mandor agar pengawasan dapat dilakukan dengan
efektif.
3. Pada proses pemanenan juga perlu dilakukan pengawasan seperti pada saat
pemupukan. Selain itu dapat dilakukan pelatihan atau pembelajaran bagi
para pemanen tentang kriteria panen. Perusahaan juga menetapkan denda
bagi setiap kesalahan pemanenan sehingga para pemanen akan lebih hatihati dalam melakukan pemanenan.

34

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Setiap aspek kegiatan di dalam budidaya sangat berpengaruh terhadap
hasil akhir yang diperoleh.
2. Dalam manajemen suatu perusahaan, aspek pengawasan sangat penting
untuk memastikan pekerjaan berlangsung sesuai dengan standar
operasional yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan manajemen dan budidaa kelapa sawit harus dilaksanakan sesuai
dengan

standar

operasional

prosedur

(SOP)

perusahaan

yang

bersangkutan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.


4.2. Pembelajaran Yang Diperoleh
Pembelajaran yang didapat dari Kuliah Kerja Profesi ini antara lain
sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen dan teknis
budidaya kelapa sawit pada PTP. Nusantara I (PERSERO), khususnya
pada Afdeling V di Kebun Baru
2. Melatih dan meningkatkan kedisiplinan, terutama disiplin terhadap waktu,
serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan
menghayati proses kerja secara nyata.
3. Menimba pengalaman dan keterampilan kerja pada suatu perusahaan di
berbagai tingkat pekerjaan.

35

4. Mengetahui apa saja permasalahan dan solusinya dalam manajemen serta


budidaya kelapa sawit pada Afdeling V PTP. Nusantara I (PERSERO)
Kebun Baru.

36

DAFTAR PUSTAKA
Casson, A. 2000. The Hesistant Boom: Indonesias Oil Palm Sub-Sector in an Era
of Economic Crisis and Political Change. CIFOR Occasional Paper No.
29. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Divisi Tanaman. 1996. Vademecum Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao. PT
Perkebunan Nusantara I (PERSERO). Langsa.
Divisi Tanaman. 2014. Standard Operating Procedure (SOP). PT Perkebunan
Nusantara I (PERSERO). Langsa.
Fauza, A. 2011. Manajemen Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) Kebun Baru PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, Aceh. Politeknik
LPP. Yogyakarta.
Maulana, M. 2014. Teknik Pemanenan Kelapa Sawit di Afdeling V Kebun Baru
PT Perkebunan Nusantara I Langsa. Unsyiah. Banda Aceh.
Pahan, I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai