BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar.
Minyak kelapa sawit merupakan minyak sayur yang bisa dikonsumsi langsung,
terbuat dari ekstrak daging buah kelapa sawit dan mengandung beta karotin yang
tinggi. Sampai saat ini, kurang lebih 85% minyak kelapa sawit dunia diproduksi
di Indonesia dan Malaysia. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit hanya bisa
tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia sendiri, kelapa sawit merupakan produk
pertanian paling sukses di urutan kedua setelah padi.
Kebutuhan minyak sawit di tingkat dunia mengalami perkembangan pesat
dalam beberapa dasawarsa terakhir. Peningkatan permintaan dunia akan minyak
sawit menawarkan prospek ekonomi yang sangat menjanjikan bagi Indonesia.
Industri dan perkebunan kelapa sawit dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk
menyelamatkan perekonomian ketika negara menghadapi krisis. Sebagai bukti,
defisit perdagangan ekspor Indonesia dapat tertutupi dari surplus perdagangan
non-migas yang produk terutamanya adalah produk kelapa sawit. Faktanya,
perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh industri dan perkebunan
kelapa sawit milik swasta, rakyat, maupun BUMN.
Pengaruh positif ini tidak hanya berlaku bagi perekonomian Indonesia
saja, tetapi juga berlaku bagi sosialnya. Sangat dipahami bahwa pembangunan
agribisnis kelapa sawit merupakan industri yang diyakini bisa membantu
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
industri kelapa sawit merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
berupa lahan yang subur dan tenaga kerja yang produktif. Kelapa sawit
merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar
yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sebagai
perbandingan, kelapa sawit mampu menghasilkan minyak hingga 4,00
ton/ha/tahun, sementara canola hanya 0,53 ton/ha/tahun, bunga matahari 0,50
ton/ha/tahun, kedelai 0,52 ton/ha/tahun dan kacang tanah 0,38 ton/ha/tahun.
(Pahan, 2011 : 2)
Industri kelapa sawit mampu menampung sekitar 14% PDB (Produk
Domestik Bruto), perkebunannya menyediakan lapangan pekerjaan bagi hampir
45% penduduk Indonesia dan menjadi mata pencaharian bagi dua pertiga rumah
tangga di pedesaan. Dengan lebih dari 50% penduduk tinggal di daerah pedesaan
dan 20% di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan, industri kelapa sawit
menjadi sarana pengentasan kemiskinan yang sangat efektif.
1.2. Identifikasi Masalah
1) Bagaimana manajemen dan budidaya kelapa sawit di Afdeling V PTP PTP.
Nusantara - I (PERSERO) Kebun Baru Langsa ?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui sistem manajemen dan teknis budidaya kelapa sawit di
Afdeling V PTP. Nusantara - I (PERSERO) Kebun Baru Langsa
1.4. Kegunaan
Adapun kegunaan kuliah kerja profesi adalah sebagai berikut:
1) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
2) Sebagai aplikasi ilmu bagi mahasiswa dalam upaya memperdalam
pengetahuan di bidang Sosial Ekonomi Pertanian.
3) Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sistem manajemen
perkebunan kelapa sawit sehingga lebih siap menghadapi dunia kerja.
4) Diharapkan bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membaca dan
berkeinginan untuk mengembangkan usaha perkebunan sawit
BAB II
METODE KULIAH KERJA PROFESI
2.1. Lokasi dan Ruang Lingkup Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan di PTP. Nusantara - I (Persero),
khususnya pada Afdeling V Kebun Baru Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa
Baro Kota Langsa Provinsi Aceh.
Ruang lingkup Kuliah Kerja Profesi ini adalah budidaya tanaman kelapa
sawit di Afdeling V yang meliputi pembibitan, penyiraman, pemupukan, tanaman
belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), dan panen.
2.2. Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan. Jadwal
pelaksanaannya dimulai dari tanggal 18 Juni 2014 sampai dengan 16 Juli 2014.
Rincian kegiatan Kuliah Kerja Profesi dapat dilihat pada LogBook yang terlampir.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Lokasi Kuliah Kerja
3.1.1. Sejarah Singkat PTP. Nusantara I (PERSERO)
PTP. Nusantara - I (PERSERO) merupakan hasil konsolidasi BUMN
Perkebunan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor : 6 tahun 1996 tanggal
14 Pebruari 1996 yang dikukuhkan dengan akta pendirian Nomor 34 tanggal 11
Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta, dengan modal dasar
PERSEROan sebesar Rp. 400 milyar dan yang sudah ditempatkan dan disetor
pemerintah sebesar Rp. 120 mllyar, yang kemudian telah dilakukan perubahan
dengan akta Nomor : 6 tanggal 8 Oktober 2002 oleh Notaris Sri Rahayu A.
Prasetyo, SH.
Sesuai pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 PP Nomor : 6 tahun 1996, PTP. Nusantara - I
(PERSERO) berkembang dan merupakan penggabungan dari beberapa badan
usaha perkebunan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri dari :
a. Ex. PT. Perkebunan I (PERSERO)
b. Ex. PT. Cot Girek Baru (PERSERO)
c. Ex. PT. Perkebunan V (PERSERO)
d. Ex. PKS Cot Girek PT. Perkebunan IX (PERSERO)
PTP. Nusantara - I (PERSERO) Langsa memiliki 13 unit usaha kebun
yang seluruhnya berada di Provinsi Aceh, yaitu seperti : Pulau Tiga, Kebun Lama,
Kebun Baru, Tualang Sawit, Karang Inong, Jr. Selatan, Jr. Utara, Cot Girek,
Ujung Lamie, Kreung Luas, Kreung Pase, Batee Puteh, Kuta Makmur.
komoditi kelapa sawit yang pertama kali berlokasi di Afdeling I Alur Gading
sampai akhirnya menjadi monokultur seperti saat ini.
Kebun Baru terbagi atas 7 afdeling yang hamaparan arealnya di kawasan
Kota Langsa (Langsa Timur dan Langsa Barat) serta Kabupaten Aceh Timur
dengan ketinggian 10-60 mdpl, jenis tanah pada umumnya padsolik dengan
tekstur lempung liat berpasir, memiliki drainase yang cukup baik, pH tanah
berkisar 5,4-5,9.
Areal tanaman Kebun Baru memiliki tingkat kemiringan yang berbedabeda. Kondisi areal tanaman Kebun dapat dikelompokkan menjadi 5 kelas dasar
topografi :
Tabel 1. Kelas Topografi Areal Tanaman Kebun Baru
Topografi Tanah
Datar
Berombak
Gelombang
Berbukit
Berbukit agak bergunung
Kemiringan
0-3%
3-8%
8-15%
15-30%
>30%
Persentase Luas
45%
8%
15%
29%
3%
Topografi tanah datar merupakan areal dengan persentase luas yang paling
mendominasi, hampir separuh dari total areal tanaman di Kebun Baru. Sementara
itu, areal tanaman dengan kemiringan > 30% yang merupakan topograi tanah
berbukit agak bergunung memiliki persentase luas paling sedikit.
Komposisi areal Kebun Baru relatif ideal dimana areal konsesi seluas
4.885 Ha dengan areal tanaman seluas 4.578 Ha. Pembagian penggunaan areal
lahan Kebun Baru terbagi sebagai berikut :
No
A
1
2
3
B1
2
3
Uraian
Areal Tanaman
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Belum Menghasilkan
Tanaman Ulang
Jumlah Areal Tanaman
Areal Lain-Lain
Pembibitan
Emplasment
Jumlah Areal Lain-Lain
Total
Luas (Ha)
2.308
1.969
301
4.578
20
58
229
307
4.885
Areal tanaman ulang (TU) di Kebun Baru hana 301 Ha, masih sangat
sedikit jika dibandingkan dengan areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman
belum menghasilkan (TBM).
Tenaga kerja pada PTP. Nusantara I (PERSERO) Kebun Baru dapat
digolongkan menjadi 7 kelompok, yaitu karyawan pimpinan, papam, karyawan
pelaksana, karyawan asistensi kampus, insenti bantuan Kebun Baru, insentif
Kantor Pusat, dan BHL panen/outsorching.
Tabel 3. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Baru
No
1
2
3
4
5
6
7
Uraian
Karyawan Pimpinan
Papam
Karyawan Pelaksana
Karyawan Asistensi Kampus
Insentif Bantuan Kebun Baru
Insentif Kantor Pusat
BHL Panen/Outsorching
Jumlah
Jumlah
13
1
644
136
16
23
99
932
Dari 932 orang tenaga kerja di kebun baru, tenaga kerja paling banyak di
alokasikan sebagai karyawan pelaksana dan karyawan asistensi kampus.
3.2. Bidang Fokus Kuliah Kerja Profesi
10
11
12
pembibitan harus sesuai memenuhi kriteria tertentu. Pemilihan lokasi untuk prenursery memiliki kriteria sebagai berikut :
-
dengan
kantor/perumahan
akan
mempermudah
dalam
b. Mempersiapkan Polybag
Pada pre-nursery, polybag yang digunakan adalah baby polybag yang
berukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm dan tebal 0,1 cm.
c. Pengisian Tanah
13
Media tanam yang digunakan umumnya adalah campuran top soil dengan
pasir 3 : 1, hal ini diperlukan selain untuk menyediakan unsur hara yang cukup
untuk pertumbuhan bibit, juga komposisi tanah yang memudahkan perkembangan
sistem perakaran bibit serta mencegah terjadinya penggenangan air yang dapat
merusak/membusukkan perakaran bibit. Baby polybag diisi tanah sampai 1 atau 2
cm dari bibir atas baby polybag. Sebelum dipergunakan, baby polybag yang telah
diisi tanah, disiram hingga jenuh agar tanah padat dan suhunya turun. Minimal
seminggu sebelum kecambah ditanam, baby polybag harus sudah siap.
d. Penanaman Kecambah
Kecambah yang digunakan oleh PTP. Nusantara I (PERSERO) adalah
persilangan dari Dura x Pasifera unggul produksi PPKS yaitu Tenera. Kecambah
berasal dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Marihat. Permukaan media
harus digemburkan dengan jari kemudian dibuat lubang untuk tempat meletakkan
kecambah. Kecambah yang telah diterima harus segera ditanam, paling lama 3
hari setelah kecambah diterima. Keterlambatan penanaman dapat menyebabkan
kelainan pada kecambah. Kecambah yang telah diterima diseleksi sesuai
kelompoknya dan disimpan ditempat ditempat yang sejuk. Ciri kecambah normal
yaitu pada pucuknya bentuknya runcing sedangkan akar agak
tumpul dengan panjang 8-25 mm berwarna putih gading (lebih
tua dari warna pucuk) dengan posisi saling bertolak belakang.
Perhatikan kecambah pada saat penanaman. Letakkan benih kecambah dengan
benar, yaitu radikula (bakal akar) mengarah ke bawah dan plumula (bakal daun)
14
g. Pemupukan
15
Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat suhu udara terlalu panas dan
kering. Jadwal serta dosis pemupukan pada tahap pre-nursery dapat dilihat di
tabel berikut.
Tabel 4. Jadwal dan Dosis Pemupukan Pembibitan Pre-Nursery (PN)
No
Umur
Kebutuhan Untuk
Jenis Pupuk
Urea
CF. 15, 15,6,4
Urut
(Minggu)
Air
Bibit
1
4
2 gram
3 gram
1 Ltr
100
2
5
3 gram
4 gram
2 Ltr
100
3
6
4 gram
5 gram
3 Ltr
100
4
7
5 gram
6 gram
4 Ltr
100
5
8
6 gram
7 gram
5 Ltr
100
6
9
7 gram
8 gram
6 Ltr
100
7
10
8 gram
9 gram
7 Ltr
100
8
11
9 gram
10 gram
8 Ltr
100
9
12
10 gram
11 gram
9 Ltr
100
Sumber: Standard Operating Procedure (SOP) PT Perkebunan
Nusantara - I (PERSERO)
h. Naungan
Naungan dapat berupa pohon hidup, atau naungan buatan yang berupa
atap nipah atau daun kelapa sawit. Naungan dipertahankan sampai kecambah
berdaun 2-3 helai. Ukuran tratak untuk naungan adalah : lebar = 3 m, panjang =
50 m, tinggi = 2 m. Rangka tratak terdiri dari bambu-bambu bulat yang dibuat
dengan ukuran 1 tratak. Bagian dalam tratak 90 cm, jalan kontrol 120 cm, parit 40
cm dan arah adalah panjang tratak sejajar dengan Timur-Barat dan lebar sejajar
dengan Utara-Selatan.
Naungan dibuat untuk 10 minggu pertumbuhan. Pengurangan naungan
dilakukan secara bertahap agar bibit mampu beradaptasi dengan panas matahari.
Jika pengurangan naungan dilakukan secara spontan dan cepat, maka akan
16
membuat kejutan pada bibitan, dan bila pengurangan naungan terlalu lambat,
maka pertumbuhan bibit akan lambat (etiolasi).
i. Seleksi
Pada tahap pre-nursery, seleksi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu :
-
k. Penyiangan Gulma
17
18
19
Pupuk NPK
Pupuk Kieserit
CF : 15. 15.
CF : 12. 12.
6.4
17.2
2
2,50 gram
3
2,50 gram
4
5,00 gram
5
5,00 gram
6
7,50 gram
8
7,50 gram
10
10,50 gram
12
10,50 gram
14
10 gram
16
10 gram
5 gram
18
10 gram
20
10 gram
5 gram
22
15 gram
24
15 gram
8 gram
26
15 gram
28
15 gram
8 gram
30
20 gram
32
20 gram
10 gram
34
20 gram
36
20 gram
10 gram
38
25 gram
40
25 gram
10 gram
Manajemen Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kebun Baru PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, Aceh
No.
Minggu
f. Pengendalian Gulma
Tanaman sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah
yang cukup, begitu pula pada tanaman kelapa sawit. Agar
tanaman kelapa sawit tidak tersaingi dalam mendapatkan unsur
hara, maka perlu adanya pengendalian gulma. Gulma yang
terdapat di dalam polybag dapat dikendalikan secara manual
20
21
Awal
penanaman
kecambah
mukuna
dilakukan
dengan penyiapan media tanam. Top soil yang telah diayak, diisi
22
23
kandungan unsur hara yang terkandung pada tanaman kelapa sawit. Analisa daun
dilakukan per blok per tanaman per tahun.
Cara mengambil sampel untuk analisa daun :
a. Tentukan pokok sampel. Letak pokok sampel berbeda-beda, tergantung
luas lahan dari blok tersebut.
1) Untuk luas areal 5 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 5
2) Untuk luas areal 10 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 10
3) Untuk luas areal 15 Ha, interval pohon sampel adalah 5 x 15
b. Setelah ditentukan pokok sampel, maka ditentukan pelepah daun sampel.
Yang paling sesuai untuk sampel adalah pelepah ke-17 pada tanaman
24
25
b.
c.
d.
e.
f.
3.2.2.2. Pemupukan
Pemupukan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi kuantitas dan
kualitas produksi. Karena itu, pemupukan harus dilakukan tepat waktu, tepat
guna, tepat dosis dan tepat sasaran. Jika pemupukan tidak dilakukan dengan tepat,
maka pemupukan menjadi tidak efektif yang berarti biaya yang dikeluarkan
menjadi sia-sia dan produktivitas tanaman tidak optimal.
Tanaman kelapa sawit memerlukan banyak unsur hara yang dapat
dikategorikan ke dalam dua kelompok :
-
Unsur hara makro : Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Magnesium
26
27
pencucian tanah dan run-off yang dapat menghilangkan pupuk. Sebalikanya, jika
pemupukan dilakukan pada musim kering maka tanaman tidak akan mampu
mengabsorpsi unsur hara dari pupuk yang diberikan atau unsur hara dari pupuk
akan menguap. Umumnya pupuk diberikan 2 kali dalam setahun, terutama untuk
pupuk N dan K.
Dosis pemupukan dapat diketahui dari hasil analisa daun, analisa tanah,
analisa produksi/blok/tahun tanam dan pemeriksaan visual. Dosis pupuk untuk
areal TM harus sesuai dengan rekomendasi yang diterbitkan oleh PPKS (Pusat
Penelitian Kelapa Sawit) setiap tahunnya. Ada 2 cara pengaplikasian pupuk, yaitu:
-
pohon sejauh 1,5 meter dari pangkal batang ke arah pinggir piringan.
Untuk areal rendahan yang sering tergenang dan areal bergelombang
berbukit, pupuk diberikan dengan cara benam (pocket) sebanyak 6
lubang/piringan pohon. Pocket dibuat berseberangan pada jarak 1,5 meter
dari pangkal pohon kelapa sawit. Setiap pocket berukuran 20 cm sebanyak
2 cangkulan. Lubang harus ditutup kembali setelah diisi pupuk.
Penaburan pupuk TSP dan Dolomite dilaksanakan lebih awal untuk
28
Prognosa adalah menghitung buah dan bunga betina dalam waktu 6 bulan
sekali. Gunanya adalah untuk menghitung produksi dalam 6 bulan sehingga
perusahaan dapat menentukan anggaran biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh perhitungan anggaran pendapatan :
Sebuah perusahaan memiliki areal 600 Ha dengan jumlah 138 pokok per
hektar. Maka jumlah pokok pada areal seluas 600 Ha adalah 82.800 pokok. Jika
diprognosa dalam 1 pokok terdapat 7 tandan dengan berat rata-rata 7 kg/tandan,
maka :
Total berat tandan
29
30
Matang
Fraksi Buah
F00
F0
F1
F2
F3
31
Lewat
F4
F5
Buah busuk/ketek
Sumber : Teknik Pemanenan Kelapa Sawit di Afdeling V
Kebun Baru PT Perkebunan Nusantara I Langsa
Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada
fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan
kandungan Asam Lemak Bebas minimum. Setelah dipanen, maksimal 8 jam
kelapa sawit sudah diangkat ke PKS, karena lewat dari 8 jam kelapa sawit akan
mengeluarkan Asam Lemak Bebas. Pengangkutan TBS menuju pabrik pengolahan
kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa Truk.
Kemudian TBS ditimbang terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui berat
muatan TBS yang diangkut, sehingga memudahkan untuk proses pengangkutan
selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa dan disortir sesuai
dengan tingkat kematangan buah menurut fraksinya.
3.2.2.8. Basis Borong
Basis borong adalah basis pemanenan yang harus dipenuhi oleh BHL
panen selama jam kerja, biasanya ditentukan dalam jumlah tandan sesuai dengan
berat tandan rata-rata.
3.2.3 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Di akhir minggu ke-3, kami melakukan peninjauan ke lahan TBM 2
Afdeling V yang memiliki luas lahan 218 Ha. Disini kami mendapatkan gambaran
umum tentang kastrasi.
Kastrasi adalah kegiatan membuang semua produk generatif yaitu bunga
jantan, betina, dan seluruh buah yang terlanjur jadi dengan sedikit mungkin
32
33
dipanen tetapi sudah dipanen, dan ada TBS yang sudah layak panen tetapi
tidak dipanen.
3.4. Solusi
1. Untuk menjaga agar bibit tidak dirusak dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain : penjagaan bergilir di lahan pembibitan, pemagaran
wilayah lahan pembibitan dengan rapi dan rapat agar tidak ada celah bagi
babi untuk masuk, pemusnahan babi yang terlanjur bersembunyi di dalam
wilayah pembibitan.
2. Perlunya dilakukan pengawasan yang ketat pada saat pemupukan
berlangsung. Pastikan setiap mandor tidak membawahi terlalu banyak
BHL yang melebihi rentang kendalinya. Karena itu perlu adanya
penambahan jumlah mandor agar pengawasan dapat dilakukan dengan
efektif.
3. Pada proses pemanenan juga perlu dilakukan pengawasan seperti pada saat
pemupukan. Selain itu dapat dilakukan pelatihan atau pembelajaran bagi
para pemanen tentang kriteria panen. Perusahaan juga menetapkan denda
bagi setiap kesalahan pemanenan sehingga para pemanen akan lebih hatihati dalam melakukan pemanenan.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Setiap aspek kegiatan di dalam budidaya sangat berpengaruh terhadap
hasil akhir yang diperoleh.
2. Dalam manajemen suatu perusahaan, aspek pengawasan sangat penting
untuk memastikan pekerjaan berlangsung sesuai dengan standar
operasional yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan manajemen dan budidaa kelapa sawit harus dilaksanakan sesuai
dengan
standar
operasional
prosedur
(SOP)
perusahaan
yang
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Casson, A. 2000. The Hesistant Boom: Indonesias Oil Palm Sub-Sector in an Era
of Economic Crisis and Political Change. CIFOR Occasional Paper No.
29. CIFOR, Bogor, Indonesia.
Divisi Tanaman. 1996. Vademecum Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao. PT
Perkebunan Nusantara I (PERSERO). Langsa.
Divisi Tanaman. 2014. Standard Operating Procedure (SOP). PT Perkebunan
Nusantara I (PERSERO). Langsa.
Fauza, A. 2011. Manajemen Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) Kebun Baru PT. Perkebunan Nusantara I Langsa, Aceh. Politeknik
LPP. Yogyakarta.
Maulana, M. 2014. Teknik Pemanenan Kelapa Sawit di Afdeling V Kebun Baru
PT Perkebunan Nusantara I Langsa. Unsyiah. Banda Aceh.
Pahan, I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.