Anda di halaman 1dari 4

Faktor Penilaian Calon Lokasi Pemukiman

Dimana didalamnya ada Faktor


1. Faktor Aksesbilitas
Dimana tuntutan kebutuhan orang perorang selalu berubah sejalan
dengan perubahan kondisi social dan ekonominya. Untuk
masyarakat berpenghasilan rendah, menempatkan pemilihan lokasi
rumah dekat dengan lapangan kerja ataupun lokasi kerja sebagai
preferensi utama, kemudian menyusul kejelasan status kepemilikan
(aspek legalitas) dan terakhir adalah adanya ketersediaan fasilat
umum dan fasilitas social serta ditunjang dengan kenyamanan.
Sementara buat kelompok masyarakat yang berpenghasilan
menengah keatas , perioritas pemilikan tempat tinggal berdasarkan
kenyamanan, ketersediaan fasilitas sosial dan umum, setatus
kepemilikan dan terakhir lokasi tempat kerja. Dapat dilihat dari
tingkatan proritas diatas antara kelompok masyarakat menengah
kebawah dengan menengah keatas terdapat perbedaan tingkat
urutan proritas yang menjadi acuan mereka. Hal ini dapat dilihat
dari diagram proritas preferensi dengan tingkat penghasilandalam
pemilihan lokasi tempat tinggal

2. Tersedia Ruang dan Lahan


Konsep pemukiman bertujuan agar setiap orang dapat menempati
rumah yang sehat untuk mendukung kelangsungan dan
meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Rumah yang sehat adalah
rumah yang layak huni dan sesuai dengan standart kenyamanan
penghuninya. Kebutuhan tempat tinggal tak lepas dari ruang
sebagai tempat atau lokasi bangunan sehingga ruang sangat
menentukan sebagai wadah berlangsungannya aktivitas penduduk.
Berdasarkan kebutuhan rumah yang dapat mewakili penggunaan
wadah aktivitasnya dan sesuai dengan standar kenyamanan, maka
bisa dikatakan masyarakat lapisan bawah tidak menuntun rumah
yang indah dengan tingkat arsitektur (design) yang indah,
permanen dan unik, tetapi mereka lebih mengharapkan
tersediannya ruang yang memadai aktivitas hidup mereka
(Budiharjo,1991).

3.Tersedia Prasarana dan Sarana Dasar Pemukiman


Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan bergantung
pada prasarana dan sarana dasar pemukiman yang dapat
memberikan pelayanan sebagai pendukung berlangsungnya
kegiatan dan memenuhi kebutuhan dalam bersosialisasi dan
bermasyarakat. Dengan demikian keberadaan prasarana dan
saranadasar pemukiman merupakan penunjang aktivitas penduduk
dan juga sebagai syrat berfungsinya suatu lingkungan pemukiman.
Menurut Undang-undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman, yang dimaksud dengan sarana dan prasarana meliputi ;
Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan
logistik/barang, mencegah perambatan kebakaran serta
menciptakan ruang dan bangunan yang teratur.
Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat
pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan
Jaringan air hujan untuk pematusan(drainase) dan
pencegahan banjir setempat.
Utulitas umum meliputi air bersih, jaringan listrik,
telepoin, gas, jaringan transportasi dan pemadam
kebakaran.
Fasilitas penunjang meliputi aspek ekonomi berupa
bangunan perniagaan, aspek sosial budaya berupa
pelayanan umum dan pemerintahaan, pendidikan dan
kesehatan, peribadatan, rekreasi dan sarana olah raga,
pemakaman serta pertamanan (ruang terbuka hijau).
4.Fisik Dasar
Fisik dasar suatu wilayah akan mendukung atau memberikan corak
dari kegiatan suatu kawasan, bentuk pemukiman penduduk juga
dipengaruhi
oleh
kondisi
topografi,hidrologi,daya
ukur
tanah,kemiringan tanah, temperature dan lainsebagainya. Pada
kawasan yang direncanakan untuk pemukiman diharapkan
mempunyai fisik dasar yang dapat mendukung kegiatan, keamanan
dan kenyamanan penghuninya serta sumber daya alam yang dapat
dijadikan penghasilan penduduk sekitar. Sehingga penghuni merasa
nyaman untuk tinggal di lingkungan tersebut.
Adapaun fungsi fungsi yang merupakan kebutuhan dasar suatu
lingkungan tempat tinggal menurut Chapin,1979 sebagai berikut;
1. Fungsi Bernaung/berlindung (The Shelter Function), yang
mencakup perencanaan kawasan tempat tinggal secaa
tradisional artinya perumahan dan fasilitas-fasilitas dasar
suatu
komunitas
dan
kebutuhan
pelayanan
untuk
perlindungan terhadap cuaca/alam, kesehatan masyarakat
dan akses ketempat tinggal.
2. Fungsi Keamanan (The Security Function) menyediakan
keamanan, stabilitas, dan lokasi yang bebas dari bahaya

3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

lalulintas,
bebas
dari
kriminalitas
dan
bebas
dari
bahaya/gangguan fisik dan psikis.
Fungsi untuk membesarkan anak (The Childreanearing
Function)
sebagai
lokasi
untuk
membina
keluarga,
menanamkan nilai-nilai melalui keluarga, hubungan tetangga,
gereja, organisasi, komunitas sekolah, pendidikan dan tempat
bermain.
Fungsi Identifikasi Simbolik (The Symbolic Identification
Function) berkaitan dengan lingkungan perumahan yang
mempunyai sense of place, rasa bersatu sosial budaya dan
rasa memiliki rasa untuk berprestasi kebanggaan, atau
kepuasan dalam lingkungan dan komunitas,
Fungsi Interaksi Sosial (The Social Interaction Function)
disediakan dalam kesempatan-kesempatan sosial baik dalam
hubungan formal maupun informal melalui keberadaan
organisasi ruang fasilitas fisik.
Fungsi untuk santai (The Leissure Function) dalah kebutuhan
akomodasi dari komunitas perumahan untuk santai terutama
untuk orang muda, orang tua dan yang belum berkeluarga
termasuk untuk anak-anak melalui rekreasi, hiburan, fasilitas
pendidikan dan ruang terbuka.
Fungsi Aksebilitas untuk kesempatan beraktivitas yang
dibutuhkan agar sebagai rumah tangga tetap berada dalam
lingkungan sosialnya (The Function of Accesibility to Activity
Opportunities Virtually Required to Maintain a Household in
Our Society) adalah kebutuhan untuk disediakannya
aksesibilitas ke tempat kerja, ke tempat belanja dan fasilitasfasilitas lainnya.
Fungsi Melindungi Investasi (The Investement Protection
Function) berkaitan dengan rumah sebagai pengamanan
investasi bagi pemiliknya untuk masa depannya.
Fungsi Efisiensi (The Public Efficiency Function) berkaitan
dengan
kebutuhan
untuk
meminimalkan
biaya
sosial/masyarakat dari fungsi-fungsi lain di lingkungan rumah
tinggal, seperti biaya penyediaan air bersih dan tempat
pembuangan sampah, transportasi dan pemeliharaan
terhadap investasi masyarakat.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan, prioritas kebutuhan


perumahan akan berubah pula. Untuk itu dapat dibuat dasar
penyusunan kriteria perumahan yang dibutuhkan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah sebagai berikut ;
1. Lokasi tidak terlalu jauh dari lokasi-lokasi yang dapat
memberikan pekerjaan bagi buruh-buruh kasar dan tenaga
tidak terampil
2. Status kepemilikan tanah yang bangunan yang jelas, sehingga
tidak ada rasa kekhawatiran penghuni untuk hal hal yang
tidak diinginkan, semisalnya penggusuran.

3. Bentuk dan kualitas bangunan tidak perlu terlalu baik, tetapi


cukup memenuhi fungsi dasar yang dibutuhkan penghuninya.
4. Harga atau biaya pembangunan rumah haus sesuai dengan
tingkat pendapatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai