Anda di halaman 1dari 4

Izin pinjam hutan

Berdasarkan Pasal 50 ayat (3) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU
41/1999) ditentukan bahwa setiap orang dilarangmelakukan eksplorasi terhadap
hutan

sebelum

mendapatkan

Menteri Kehutanan. Jadi,

izin

sebelum

izin

dari

pejabat

tersebut

yang

diterbitkan,

berwenang
seharusnya

yaitu

kegiatan

pertambangan belum boleh dilakukan.


Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.43/ Menhut-Ii/ 2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(Permenhut

43/2008) yang

mengatur

bahwa pinjam

pakai

kawasan

hutan

dilaksanakan atas dasar izin Menteri.


Dan memang dalam pengawasannya UU memberikan kewenangan kepada pejabat
kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaannya untuk bertindak sebagai polisi
khusus (lihat Pasal 51 UU 41/1999). Polisi khusus ini antara lain tugasnya adalah:
-

mengadakan patroli/perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil


hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan,
kawasan hutan, dan hasil hutan;

mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;

dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada
yang berwenang; dan

membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana


yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.

Bagi perusahaan yang melanggar ketentuan tersebut maka terhadap perusahaan


tersebut berlaku sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 78 UU 41/1999 yaitu pidana
penjara (bagi direkturnya atau yang berwenang mewakili perusahaan) dan denda serta
dapat berakibat semua hasil hutan dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang
dipergunakan untuk mengeksplorasi hutan tanpa izin dirampas untuk Negara.

Selain sanksi pidana, pelaku usaha yang melanggar juga dapat dikenakan ganti rugi
dan sanksi administratif. Jadi, polisi memang berhak untuk memeriksa kelengkapan
administrasi yang Anda miliki dalam rangka penggunaan kawasan hutan.
2.

Dalam hal perusahaan Anda disidik Polisi dan didapati tindak pidana sebagaimana
tersebut

di

atas,

menurut

konfirmasi

yang

kami

terima

dari Direktur

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi AlamKementerian


Kehutanan Ir. Darori M.M. (21/02), izin pinjam pakai tersebut tidak akan diproses,
melainkan yang diproses adalah tindak pidananya karena pelanggaran yang dilakukan
termasuk tindak pidana bukan sekedar pelanggaran administratif.
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat.
Dasar Hukum:
1.

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

2.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.43/ Menhut-Ii/ 2008 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)


30 Oktober 2012
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) adalah termasuk izin yang penting bagi
khalayak di bidang pertambangan ;
minyak dan gas bumi
mineral dan batubara
panas bumi
ketenagalistrikan
Apabila semua Izin sudah siap baik yang terkait dengan UU Minyak dan Gas Bumi, UU
Mineral Batubara atau UU Panas Bumi juga UU Lingkungan Hidup dan semua
turunannya, namun Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan belum ada atau belum
didapatkan padahal lokasi penambangan ada dalam Kawasan Hutan, maka aktifitas
tambang belum bisa dilaksanakan apalagi memproduksinya. Sanksi Pidana apabila
melanggarnya.
Peratuan Perundang-undangan yang terkait dengan IPPKH adalah :
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI No. 61 Tahun 2012
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2010
PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
PP No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
PP No. 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
PP No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan
Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dinyatakan secara
tegas yakni :
Pasal 38

3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui


pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan
jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola
pertambangan terbuka.
(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak
penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 45
(2) Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh
pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan.
Pasal 50
Setiap orang dilarang
g. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi
bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;
Dalam Pasal 1 ayat 3 Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Sehingga harus ada penetapan dahulu yang dilakukan Pemerintah baru dinamakannya
Kawasan Hutan.
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) diatur secara khusus dalam Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan terdiri dari beberapa BAB yakni :
I : Ketentuan Umum
II : Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Penggunaan Kawasan Hutan
III:Jangka Waktu dan Perpanjangan Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan
dan IPPKH
IV:Monitoring dan Evaluasi
V:Hapusnya Izin
VI:Sanksi
VII:Ketentuan Peralihan
VIII:Ketentuan Penutup
(30 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai