Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (DSS) DALAM

PENERAPAN BEASISWA UNTUK KALANGAN


MAHASISWA

Febry San Pratama


125623251
D3 Manajemen Informatika D 2012

Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi, terutama teknologi
informasi komputer, mendorong munculnya inovasi baru dalam penyajian
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi. Sistem yang menyajikan atau
menyediakan informasi bagi kepentingan manajemen baik secara level manajemen
maupun fungsi manajemen, dengan dibantu atau menggunakan perangkat
elektronik digital atau komputer yang disebut dengan Computer Based Information
System (CBIS). Salah satu aplikasi CBIS yang mendukung dalam pengambilan
keputusan adalah Decision
Support System (DSS).
Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antar muka pengguna
yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS
lebih ditujukan untuk mendukung menejemen dalam melakukan pekerjaan
yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria
yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan
keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan
pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan modelmodel yang tersedia. Aplikasi DSS banyak digunakan dalam berbagai bidang karena
dibangun untuk mendukung solusi terhadap suatu masalah atau untuk
mengevaluasi suatu peluang, di antaranya dalam bidang pendidikan DSS
digunakan untuk penentuan penerima beasiswa.

KEPUTUSAN PENENTUAN PENERIMA BEASISWA KURANG MAMPU


DI KALANGAN MAHASISWA
2. LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Sistem
Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu
yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen
atau elemennya.Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur
mendefinisiskan sistem sebagai berikut : Suatu jaringan kerja dari prosedur
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu batasan yang tertentu. Sedangkan
pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemen
mendefinisikan sistem sebagai berikut : Kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Beberapa penulis banyak
yang menggunakan pendekatan komponen dalam memberikan definisi sistem.
Kedua kelompok definisi ini adalah benar dan tidak bertentangan, yang
berbeda adalah cara pendekatannya. Pendekatan sistem yang merupakan
kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen merupakan definisi
yang lebih luas. Definisi ini lebih banyak diterima, karena kenyataannya suatu

sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem atau sistem-sistem bagian.
Pendekatan sistem yang menekankan pada komponen akan lebih mudah
dalam mempelajari suatu sistem untuk tujuan analisis dan perancangan suatu
sistem. Menganalisis dan merancang suatu sistem, analis dan perancang sistem
harus mengerti terlebih dahulu mengenai komponen-komponen atau elemenelemen dari sistem tersebut, meskipun sudah dirancang dengan baik, efisien
dan sederhana, sistem tetap tidak akan berguna jika komponen-komponen tidak
saling bekerja sama.
2.1.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu. Adapun
karakteristik
tersebut diantaranya:
1. Komponen
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi
yang artinya saling bekerja sama membentuk satu-kesatuan yang utuh
sehingga dapat memberikan suatu informasi yang bermanfaat.
2. Batasan
Suatu yang membatasi antara sistem yang satu dengan sistem yang lain
atau antara suatu sub sistem dengan sub sistem lain.
Batasan tersebut dapat berupa :
1. Peralatan yang digunakan
2. Biaya-biaya
3. Lingkungan Luar
Apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan
luar sistem dapat bersifat merugikan dan dapat juga bersifat menguntungkan
sistem.
4. Penghubung
Media penghubung antara sub sistem dengan sub sistem lainnya.
5. Masukan
Energi yang dimasukkan kedalam sistem untuk diolah yang akan
menghasilkan keluaran.
Masukan dapat berupa:
a. Masukan perawatan
b. Masukan sinyal
6. Proses

Proses tidak terlepas dari elemen kelima yaitu masukan, proses


berfungsi untuk pemrosesan terhadap masukan sehingga menjadi informasi
yang sesuai denagn kebutuhan organisasi
7. Keluaran
Merupakan tujuan akhir dari sebuah sistem, sebagai contoh berupa informasi.
8. Tujuan
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan kalau suatu sistem tidak
mempunyai tujuan maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Suatu
sistem dikatakan berhasil bila mengenai tujuan.
2.1.3 Pengertian Sistem Penunjang Keputusan
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah sistem berbasis komputer
interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data
dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur
(Scott Morton, 1971 dalam Turban et al, 2005). Menurut (Keen et al,
1978 dalam Turban et al, 2005) sistem penunjang keputusan memadukan
sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk
meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis
komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani
masalah-masalah tidak terstruktur.
2.1.4 Konsep Dasar Sistem Penunjang Keputusan
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) mulai dikembangkan pada tahun 1960-an,
tetapi istilah sistem penunjang keputusan itu sendiri baru muncul pada tahun
1971, yang diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Micheal S.Scott Morton,
keduanya adalah profesor di MIT. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan untuk
menciptakan kerangka kerja guna mengarahkan aplikasi komputer kepada
pengambilan keputusan manajemen. Sementara itu, perintis sistem penunjang
keputusan yang lain dari MIT, yaitu Peter G.W. Keen yang bekerja sama
dengan Scott Morton telah mendefenisikan tiga tujuan yang harus dicapai oleh
sistem penunjang keputusan, yaitu:
1. Sistem harus dapat membantu manajer dalam membuat keputusan
guna memecahkan masalah semi terstruktur.
2. Sistem harus dapat mendukung manajer,bukan mencoba
menggantikannya.
3. Sistem harus dapat meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
manajer.
Tujuan-tujuan tersebut mengacu pada tiga prinsip dasar sistem pendukung
keputusan (Kadarsah, 1998 dalam Oetomo, 2002), yaitu:
1. Struktur masalah : untuk masalah yang terstruktur, penyelesaian
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang sesuai, sedangkan
untuk masalah terstruktur tidak dapat dikomputerisasi. Sementara itu, sistem

pendukung keputusan dikembangkan khususnya untuk menyelesaikan masalah


yang semi-terstruktur.
2. Dukungan keputusan : sistem pendukung keputusan tidak
dimaksudkan untuk menggantikan manajer, karena komputer berada di bagian
terstruktur, sementara manajer berada dibagian tak terstruktur untuk memberikan
penilaian dan melakukan analisis. Manajer dan komputer bekerja sama sebagai
sebuah tim pemecah masalah semi terstruktur.
3. Efektivitas keputusan : tujuan utama dari sistem penunjang
keputusan bukanlah mempersingkat waktu pengambilan keputusan, tetapi agar
keputusan yang dihasilakn dapat lebih baik.

2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan DSS

1. DSS memberi dukungan bagi pengambil keputusan untuk menyelesaikan


2. Masalah yang semi terstruktur atau tidak terstruktur.
3. Mendukung berbagai tingkatan manajemen yang berbeda.
4. Untuk individu dan juga bagi kelompok orang.
5. Untuk keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.
6. Mendukung berbagai fase pengambilan keputusan, intelligence, design,
7. choice dan implementation.
8. Mendukung pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda.
9. DSS dapat beradaptasi sepanjang masa (sehingga pengambil keputusan
harus reaktif) dan fleksibel.
10.Mudah digunakan.
11.Mengutamakan efektifitas daripada efisiensi .
12.Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah
proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
13.DSS secara khusus ditujukan untuk mendukung dan tak menggantikan
pengambil keputusan.
14.DSS mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru
dan penyempurnaan system.

15.User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana.


16. DSS biasanya mendaya gunakan berbagai model (standar atau sesuai
keinginan user) dalam menganalisis berbagai keputusan.
17. DSS dalam pengembangannya dilengkapi dengan komponen knowledge
yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif.

3. PERANCANGAN SISTEM
3.1 Arsitektur Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Penerima Beasiswa
Kurang Mampu di Kalangan Mahasiswa.

4. RANCANGAN SISTEM
4.1

Desain Database

Desain database digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan tabel-tabel yang


diperlukan oleh sistem dan juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi isi dan
struktur dari tiap-tiap tabel yang telah didefinisikan secara umum. Secara
keseluruhan ada 3 tabel yang dibuat untuk tujuan dan kegunaan yang berbeda,
yaitu:

a. Tabel Mahasiswa,
berisi data - data mahasiswa yang akan diproses. Struktur tabelnya seperti
terlihat pada tabel 1 dengan NIM sebagai primary key.

4.2
Fungsi Keanggotaan

Desain

Pada kasus ini, setiap variabel fuzzy menggunakan fungsi keanggotaan bahu
dan segitiga sebagai pendekatan untuk memperoleh nilai derajat keanggotaan
dalam suatu himpunan fuzzy.
a. Variabel gaji, dibagi menjadi 3 himpunan
Fuzzy, yaitu RENDAH, SEDANG dan TINGGI. Himpunan fuzzy RENDAH dan
TINGGI menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan yang berbentuk bahu,
sedangkan himpunan fuzzy SEDANG menggunakan pendekatan fungsi
keanggotaan berbentuk segitiga.

Variabel Gaji

b. Variabel IPK, dibagi menjadi 3 himpunan


fuzzy, yaitu CUKUP, BAIK dan BAIK SEKALI. Himpunan fuzzy CUKUP dan BAIK
SEKALI menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan yang berbentuk bahu,
sedangkan himpunan fuzzy BAIK menggunakan pendekatan fungsi
keanggotaan berbentuk segitiga.

Variabel IPK
4.3 DFD Level 0 Sistem Perekomendasian
Pada DFD level 0 ini terdapat 3 proses utama yaitu melakukan input dan
edit, fuzzy, query, membuat laporan.

5. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil pengujian aplikasi ini, maka dapat dibuat
kesimpulan antara lain:
a. Metode logika fuzzy dapat digunakan sebagai pilihan untuk
menyelesaikan permasalahan ketidak pastian penentuan
b. Proses untuk menentukan kelayakan mahasiswa dalam mendapatkan
beasiswa lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan cara manual.
Sistem yang dibuat terdapat kelebihan serta kekurangan antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Dapat menghemat waktu dalam proses penetuan penerima beasiswa.
2. Meminimalkan tingkat kesalahan pada proses pengambilan keputusan
dalam penentuan siswa yang memperoleh beasiswa.
3. Tata letak dari program diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dimengerti.
4. Bentuk output dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diterima, mudah
dibaca dan dapat dilihat isinya dengan cepat.
b. Kekurangan
1. Dalam proses penilaian kriteria di lakukan satu persatu tidak bisa
bersamaan.
2. Sistem tidak menampilkan data siswa secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai