d. Bimbingan ke IV
(1) Review hasil penulisan Bab II*)
(2) Pembahasan Bab III
e. Bimbingan ke V
(1) Review hasil penulisan Bab III*)
(2) Pembahasan / Review Bab-bab terdahulu serta penyempurnaannya
g. Bimbingan ke VI dan seterusnya *)
(1) Menyelesaikan bimbingan dan
(2) Sampai dengan Dosen menyatakan Skripsi layak untuk di uji.
Catatan :
*) Apabila Dosen Pembimbing berpendapat bahwa tahapan penulisan
skripsi tersebut belum sesuai dengan hasil / kualitas penulisan yang
diinginkan, maka Dosen pembimbing berhak untuk menambah jumlah
tatap muka / bimbingan
III. UJIAN
1.Jadwal dan persyaratan mengikuti Ujian
1.1.Jadwal ujian :
a.Semester gasal : Bulan Maret April
b.Semester genap ; Bulan September Oktober
c.Bulan bulan lain yang disesuaikan dengan Jadwal Wisuda Universitas
1.2.Persiapan Ujian
Apabila mahasiswa telah siap untuk menempuh ujian skripsi, maka wajib
memenuhi persyaratan sbb:
a.Persyaratan Akademik
(1)Telah selesai bimbingan
(2)Memasukkan program Skripsi dalam KRS pada semester yang
dipilihnya.
(3)Telah menyelesaikan seluruh Mata Kuliah yang di persyaratkan ,
minimal 140 SKS / atau apabila kurang, maka kekurangannya telah
diprogram dalam KRS pada Semester yang sama dengan saat
pelaksanaan ujian skripsi.
(4)Mengajukan / mengisi blanko permohonan untuk mengikuti ujian
skripsi pada Semester yang bersangkutan, untuk diserahkan ke Tata
Usaha Fakultas , dengan menyertakan :
- 1 (satu) set Proposal Skripsi yang telah di sahkan / ditanda
tangani dosen pembimbing,
- 3 (tiga) set naskah skripsi yang telah disahkan oleh Dosen
Pembimbing.
- Foto Copy pelunasan SPP dan Biaya Skripsi
(5) Membuat / menyiapkan bahan presentasi untuk ditayangkan pada
waktu ujian skripsi ( PPt , dsb)
b. Persyaratan keuangan
(1)Melunasi SPP
(2)Melunasi Biaya Skripsi
2.Tata administrasi
2.1.Berdasarkan jadwal ujian skripsi yang telah ditetapkan serta kesiapan
3
Nilai Angka
> 80
>72 s/d 80
> 65 s/d 72
> 56 s/d 65
> 48 s/d 56
> 40 s/d 48
0 s/d 40
Nilai Huruf
A
AB
B
BC
C
D
E
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusan
2. Penjelasan Judul
3. Alasan Pemilihan Judul
4. Tujuan penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Pertanggungjawaban Sistematika
BAB II: KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH
TANGAN
1.Pengertian Fidusia
2.Pembebanan Barang Sebagai Jaminan
3.Pembebanan Jaminan Fidusia
4.Akta Otentik dan Akta Dibawah Tangan
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG
DIBUAT DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI
1.Wanprestasi Dalam Perjanjian Jaminan Fidusia
2.Akibat Hukum Adanya Wanprestasi Terhadap Pemegang Jaminan
Fidusia Yang Dibuat Dengan Akta Dibawah Tangan
BAB IV : PENUTUP
1.Kesimpulan
2.Saran
PENJELASAN :
Bagian Awal
(1) Halaman judul (bagian luar dan bagian dalam)
Judul adalah rumusan dari inti penulisan, dinyatakan dalam kalimat yang
terdiri tidak lebih dari 20 kata, tidak diperkenankan ada kata sambung
dan
Contoh :
TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI
BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG TANPA HAK
PREFENEN.
(2) . Halaman pengesahan
Halaman ini berisi nama nama para dosen yang mengesahkan naskah skripsi dan
tempat untuk tanda tangan yang bersangkutan
(3)Kata Pengantar
Merupakan pernyataan penulis skripsi / suasana batin sebelum dan sesudah
selesainya penulisan skripsi
Misal , tujuan penulisan skripsi, pernyataan syukur, ucapan terima kasih ke
berbagai pihak, harapan harapan berkaitan dengan tulisan skripsi tersebut.
6
6. Metode penelitian.
6.1. Tipe Penelitian (normatif & empiris )
Note
: empiris hukum bukan berarti sosiologis
Contoh : Asas praduga tak Bersalah Dalam Budaya
Hukum Indonesia (empiris hukum)
6.2. Pendekatan (approach)
Misal
: Statute approach, case approach, historical
approach, conceptual approach, comparative approach
6.3. Sumber bahan hukum (legal sources)
Bahan hukum primer (misal: Undang-Undang, PERDA,
Putusan Pengadilan)
Bahan hukum sekunder (misal: jurnal hukum, buku hukum)
7. Pertanggungjawaban Sistematika / Sisitematika penulisan
Menjelasan cara naskah skripsi ini disajikan / disusun, dalam bagian
bagian Bab , dan Sub Bab, serta diuraikan secara singkat isi dari bagian
bagian tersebut mulai dari Bab Pendahuluan, sampai Bab Kesimpulan
dan saran
Uraian
Dalam uraian Bab-Bab berikut harus dapat menjawab pertanyaan yang dikemukakan
dalam Bab I.1(b). Rumusan Masalah
Penulisan dalam Bab-Bab tergantung pendekatan (approach)
Contoh:
Dalam penulisan tentang TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA
YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG
TANPA HAK PREFENEN.
dapat dilakukan konsep pendekatan yang berkaitan dengan unsur
(1) adanya hubungan kontraktual , (2) adanya suatu bentuk jaminan (3)
adanya kemungkinan cacat prestasi.
Sehingga dapat di susun dalam Bab-Bab misalnya sbb :
Bab II.
KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH
TANGAN
Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis
hukumnya
Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub babsub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami.
Bab III.
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG DIBUAT
DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI
Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis
hukumnya
Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub bab8
sub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami
Bab IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
-Kesimpulan harus merupkan jawaban atas permasalahan,
sebagaimana
dituliskan
dalam
rumusan
Permasalahan
[Bab I.1.(b) ], dinyatakan dalam uraian yang padat
-Apabila ada 2 (dua) rumusan permasalahan, maka juga dituliskan 2
(dua) macam kesimpulan.
2. Saran
- Apabila terdapat 2 (dua) kesimpulan, maka saran yang ajukan juga
2 (dua) macam saran.
d. Daftar bahan penulisan dan lampiran
-Daftar buku
-Daftar Peraturan Perundang-undangan
-Daftar Putusan Pengadilan (kalau ada)
-Daftar Singkatan (kalau ada)
-Lampiran : Misal SK Menkumham No..
V. PENGETIKAN NASKAH SKRIPSI
1.Ukuran-ukuran dan cara pengetikan
1.1.Ukuran dan Jenis kertas : A4 ; HVS 70 80 gram
1.2. Jenis atau bentuk huruf Time New Roman ukuran 12.
1.3. Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi
1.4. Batas tepi
Diukur dari tepi
kertas
a. Batas atas
b. Batas bawah
c. Batas kiri
d. Batas kanan
: 3 cm
: 3 cm
: 4 cm
: 3 cm
Contoh :
Actio Pauliana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341 KUHPerdata
diatur pula dalam Undang-Undang Kepailitan : "Ketentuan mengenai
actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada
bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang
dikenal pula dengan nama 'claw back provision' , didalam UndangUndang Kepailitan sangat perlu."1
c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda
kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari
margin kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih
dan teks adalah dua spasi.
Contoh :
Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) jika
ternyata terbukti Direksi tidak menjalankan kewajibannya secara pantas
(kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari kekalalainya itu
menimbulkan kerugian bagi sesuatu pihak, maka berhak pihak yang
dirugikan menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai telah
melakukan perbuatan melawan hukum, yang menurut hukum kita
berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata (di Negara Belanda Pasal 1639 r
B.W.17
d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian kalimat, maka
pada bagian yang dihilangkan diganti dengan 3 titik I
"... program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan
selama ini berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
bank."
e.Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai
pada akhir kalimat, maka diganti dengan 4 ( e,pat) titik
Contoh:
"Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa ...."
f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat
berikutnya atau lebih.
Contoh:.
".... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus"
'
g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda
kurung besar [ ...].
Contoh:
Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6
Tahun 1983
[sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999].
(Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli 1999)
h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima bans
terdapat tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi
tanda kutip satu koma.
Contoh:
Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan
ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara.
11
'
d. Editor/penyunting/penghimpun.
7
Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak
Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill-Co,
Jakarta, 1988, h. 105.
e. Lembaga atau Badan :
8
Sekretariat Negara, Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Bali 23
- 25 Pebruari 1976, h. 85.
9
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung,
1977, h. 51.
f.Terjemahan:
10
F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II.,
(terjemahan Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, h. 61.
g. Mengutip dan bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip
dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli:
11
William, H. Burton, The Guidance of Learning Activities, D.
Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip
dan Ernest Hilgard, Theories of Learning, Appleton, New York, 1948,
h. 37.
h. Kumpulan karangan :
12
John Stanner, "Family Relationships in Malaysia", dalam David
C. Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia A
Contemporary Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968,
h. 202.
5.2. Majalah
Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul
tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun
majalah dalam angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan,
dan nomor halaman yang dikutip.
13
Oemar Seno Adji, "Perkembangan Delik Khusus dalam
Masyarakat yang Mengalami Modernisasi", Hukum dan Pembangunan,
No. 2 Th. X, Maret 1980, h. 113.
Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah, maka
nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul karangan.
14
"Sekolah-sekolah di Yogyakarta", Suara Guru II, September
1957, h. 18, 19,21.
5.3. SuratKabar
15
1977, h. 263.
5.5. Pidato Pengukuhan Guru Besar
17
1980
5.7.Tulisan dalam ensiklopedi
Nama penulis diketahui atau tidak diketahui
18 Erwin N. Griswold, "Legal Educatioan", Encyclopedia
Americana XVII, 1977, h. 164.
''"Interpellation", Encyclopedia Britannica XII, 1955, h. 534.
5.8. Peraturan Perundang-undangan
20
6.2. Op.cit.
Op.cit. kependekan dari dari opera citato, artinya "dalam karya yang telah
disebut"
Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain.
Pemakaian op.cit. harus diikuti nomor halaman yang berbeda.
Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih,
maka untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana
yang dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka
Romawi besar I, II, dan seterusnya pada footnote sesudah tahun
penerbitan di antara dua tanda kurung.
Contoh:
17
Sudargo Gautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni,
Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), h. 131.
18
Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturanperaturan dan Contoh-contoh, Get. II, Alumni, Bandung, 1973
(selanjutnya disingkat Sudargo Gautama II), h. 98.
Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu
Studi di Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata,
Jakarta, 1970, h. 54.
20
Sudargo Gautama I, op.cit,,, h. 139. '
Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor
17 (bukan 18).
6.3. Loccit.
Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya "pada tempat yang telah
disebut", Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari
suatu sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah
diselingi oleh sumber lain. Contoh:
l
Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaanperusahaan Asing, Tarsito, Bandung, 1984, h.45
2
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Tarsito,
Bandung, 1982, h.59
3
Kantaatmadja, loc.cit.
4
Suryodiningrat, loc. Cit
6.4. Contoh pemakaian ibid, op.cit., dan loc.cit. dalam rangkaian footnote
21
Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata
Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni,
Bandung, 1978, h. 86.
22
lbid (berarti: juga dari h. 86)
23
Ibid, h. 90 (halamannya berbeda)
^Michael P. Barber, Public Administration, Macdonald &
Evans Ltd., London, 1972, h. 212.
25
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Cet. IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178.
26
Michael P. Barber, op.cit., h. 215 (halamannya
27
berbeda) Utrecht, loc.cit. (berarti: juga dari h. 178)
7. Daftar Bacaan
16
18
p.(pp.)
passi
m
post
P.S.
q.q.
quod
non
resp.
sec(s)
ser.
sic
supra
t.n.
t.p.
t.t
trans
v. (vs)
vide
vol (s
19