com/2012/03/07/pengertian-penalaran-deduksi-daninduksi/
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif dan silogisme entimen.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek
dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus remis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan
disebut term minor.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
b. Entimem
Silogisme ini merupakan jenis silogisme yang sama dengan pada penjelasan di atas.
c. Sorites.
Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif.
Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang dikemukakan serta arah
pembahasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga predikat premis pertama menjadi subyek
premis kedua, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subyek
pada premis keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan yang diambil dari subyek
premis pertama dan predikat premis terakhir.
Kesimpulan
Jadi apa yang dimasksud penalaran adalah merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya
dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang
lain.
Dimana penalaran dibagi dua macam yaitu penalaran induktif dan deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut
mempunyai maksud dan Silogisme yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pengetahuan
khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir
untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus.
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu
bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh :
My : Ular berada di dalam kandang atau di luar kandang.
Mn : Ular berada di luar kandang.
K : Jadi, ular tidak berada di dalam kandang.
3. Silogisme Hipotesa
Silogisme hipotesis yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : jika tidak ada uang, manusia sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mn : Uang tidak ada.
K : Jadi, manusia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Entimen
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orangorang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa
bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal.
Yang penting dalam mata rantai deduksi ini, penulis harus mengetahui norma dasar, sehingga
bila argumennya mendapat tantangan atau bila ia sendiri ragu-ragu terhadap argumen orang
lain, ia dapat menguji argumen ini untuk menemukan kesalahannya dan kemudian dapat
memperbaikinya, baik kesalahan itu terjadi karena induksi yang salah, entah karena premis
atau konklusi-konklusi deduksi yang salah.
Contoh:
Semua mahluk hidup berkembang biak.
Manusia adalah mahluk hidup.
Jadi, manusia berkembang biak.
Hewan juga berkembang biak.
PENALARAN INDUKSI
Induksi atau penalaran induktif adalah penalaran dari kasus-kasus partikular menuju pada
kesimpulan umum.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum
Contoh :
Steven Gerrard adalah bintang sepakbola, dan ia berparas tampan.
Daniel Agger adalah bintang sepakbola, dan ia berparas tampan.
Generalisasi : Semua bintang sepakbola berparas tampan.
Pernyataan semua bintang sepakbola berparas tampan hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan
diteliti.Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja
menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.
Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan
hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang
telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.
Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai
jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti
menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur
dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata
yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses
operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih
konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati
atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang
menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara
ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada
persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam
analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Yoga seorang alumni SMA 3 Depok dapat diterima kerja di perusahaan Chevron. Oleh
sebab itu, Merry yang juga lulusan SMA 3 Depok pasti bisa juga diterima kerja di perusahaan
Chevron.
4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang
memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi
variabel yang lain (dependen).
Contoh :
Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa
kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
Kemarin Budi tidak masuk kuliah. Hari ini pun tidak. Pagi tadi ibunya pergi ke apotek
membeli obat. Karena itu, pasti Budi sedang sakit.
5. Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat
dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi
ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim
disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Sumber :
http://m-eko-febrianto.blogspot.com/2010/11/penalaran-deduksi-dan-induksi.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-2/