Swage Treatmant Plant atau yang lebih dikenal dengan STP merupakan
bangunan instalasi sistem pengolah limbah cair domestik yaitu limbah rumah
tangga termasuk limbah dari dapur, air bekas dan air kotor.
Tujuan dari sistem pengolahan limbah cair domestik (STP) adalah agar limbah
tidak mengandung zat pencermar lingkungan, sehingga layak buang sesuai
dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Sistem pengolah limbah yang
terpasang pada JOGJAONE Park adalah sistem lumpur aktif (activated sludge)
atau disebut juga dengan extended aeration
Proses kerja Swage Treatment Plant
Dasar perhitungan Desain :
Kapasitas STP : 200 meter kubik/hari
Mutu Air Masuk :
- BOD : 300 ppm (part per million)
- Suspended solid : 300 ppm
Mutu Air Keluar :
- BOD (biology oxigen demand) : < 75 ppm
- Suspended solid (padatan) : < 100 ppm
Limbah yang berasal dari kitchen ditampung di Greaset Trap, didalam Grease Trap limbah
dipisahkan oleh massa jenis masing-masing unsur yang ada dalam limbah itu sendiri.
Grease Trap memiliki 3 ruangan : bak pertama menampung minyak yang terpisah dari
limbah karena massa jenisnya lebih kecil dari air dan kotoran padat, bak kedua
menampung kotoran padat limbah tersebut, bak ketiga menampung air yang terpisah dari
kotoran padat karena massa jenisnya lebih kecil dari kotoran padat dan kotoran padat
yang massa jenisnya lebih kecil dari air dan bersifat mengapung. Didalam bak ketiga
inilah air yang berlebihan dan yang tak mengandung lemak akan di keluarkan menuju
STP.
Beda halnya dengan inlet dari Toilet semua limbah di tampung tanpa kecuali, inlet dari
toilet (air kotor maupun air bekas) dan dari Grease Trap ditampung di dalam Grit
Chamber, di tank ini diadakanlah saringan rangkap tiga, dengan tujuan untuk
mengefektifkan penyaringan. Kotoran yang ada di Grit Chamber diangkat secara manual
setiap hari. Grit ChamberLimbah yang telah disaring merupakan limbah dengan kotoran
yang lebih kecil (inlet Grease Chamber) dan kotoran yang telah larut (tinja) di lanjutkan
ke Equalizing Tank.
Oleh karena debit air yang fluktuaktif. Banyak sekali saat jam sibuk atau puncknya
(peak) dan sangat sedikit saat tidak jam sibuk. Maka diperlukan penyeimbang yang akan
menampung sementara sebelum proses berikutnya. Bak inilah yang dinamakan bak
Equalizing. Didalam bak ini terpasang mesin penghasil udara (blower) untuk mengaduk
dan meratakan kualitas air baku (limbah). Selanjutnya limbah dipompa ke bak aerasi
melalui flow kontrol box untuk mengatur debit aliran sesuai dengan perencanaan.
Didalam bak aerasi bakteri aerob mendapatkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya.
Proses penguraian zat organik oleh bakteri pengurai terjadi didalam bak aerasi. Oksigen
yang diperlukan tersebut berasal dari blower yang didistrikan melalui diffuser (pipa yang
berfungsi mengalirkan udara). Untuk menjaga jumlah bakteri agar sebanding dengan
limbah yang datang. Bakteri ditambahkan secara terus- menerus melalui proses
pengembalian lumpur aktif yang dimaksud dengan lumpur aktif adalah lumpur yang
merupakan hasil proses pengendapan di bak sedimentasi yang banyak sekali mengandung
bakteri pengurai yang telah aktif. Jumlah lumpur yang di kembalikan keawal bak Aerasi
dapat di atur di sludge distributor box
Bak ini berfungsi sebagai bak pengendap yaitu memisahkan bagian yang padat atau
(patikel tersuspensi) dengan air yang relatif bersih. Pada bak ini waktu tinggal air limbah
dan ketenangan menjadi syarat utama. Lumpur yang mengendap diangkat oleh air lift
menggunakan tekanan udara dari blower menuju installasi pembagi lumpur Sludge
distributor box untuk didistribusikan kebak aerasi dan bak sludge storage sesuai
kebutuhan sistem. Lumpur yang mengapung ditangkap oleh scum skimmer untuk
ditampung di bak sludge storage. Lumpur yang diangkat dari bak sedimentasi dengan air
lift sistem, tidak semuanya dikembalikan kebak aerasi sebagian akan ditampung dalam
bak sludge. Hasil pengendapan di sludge storage tersebut di angkut secara manual
menggunakan mobil tinja dari dinas kebersihan.
Air yang sudah mengalami pengendapan di distribusikan ke bak Chlorinasi. Bak ini
berfungsi sebagai tempat untuk kontak antara air dan limbah yang telah di olah dengan
zat desinfektan (kaporit) agar bakteri patogen yang ada dalam limbah mati. Sehingga air
yang di buang ke saluran kota sudah bebas dari bakteri yang berbahaya. Selanjutnya air
yang telah steril disalurkan ke bak penampungan air hasil olahan (effluent tank)
Air hasil olahan yang telah tercampur rata ditampung hingga level tertentu lalu dibuang
menuju saluran kota menggunakan pompa effluent.
Namun bila kapasitas layanan PDAM masih belum mencukupi atau bahkan belum terjangkau oleh
jaringan pasokan air, Deep Well atau yang juga dikenal dengan sumur bor / sumur artesis menjadi
alternatif yang tepat dalam memenuhi kebutuhan air yang cukup besar.
DAMPAK
KEGIATAN
DAMPAK
PEMBANGUNAN
SOSIAL,
EKONOMI,
BUDAYA
BIOFISIK
KENAIKAN
KESEJAHTERAAN
TUJUAN
BIOFISIK
PRIMER
SOSIAL,
EKONOMI
BUDAYA
SEKUNDER
PERUNTUKAN AMDAL
DALAM UU No.4 1982 PASAL 16:
PEL :
Suatu aktivitas penelaahan mengenai dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan
yang sudah berjalan
SEL:
Analisis dampak lingkungan yang dilakukan pada
proyek yang sudah berjalan.
Dalam analisis ini rona lingkungan sebelum proyek
berjalan sudah tdk dapat dijumpai.
Lingkungan)
SITUASI
AMDAL
AMRIL
AKTIFITAS
MANUSIA
PEMB. EKONOMI
MANUSIA
DAMPAK
LINGKUNGAN
(POSITIP/NEGATIP)
KESEJAHTERAAN
MANUSIA
STUDI
KELAYAKAN
TEKNIS
STUDI
KELAYAKAN
LINGKUNGAN
(AMDAL)
STUDI
KELAYAKAN
EKONOMIS
PROYEK
BERJALAN
DAMPAK
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
STUDI
KELAYAKAN
TEKNIS
STUDI
KELAYAKAN
LINGKUNGAN
(AMDAL)
STUDI
KELAYAKAN
EKONOMIS
PROYEK
BERJALAN
DAMPAK
LINGKUNGAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
1.
EFEKTIFITAS AMDAL
AMDAL belum efektif digunakan dlm proses
perencanaan karena:
1.
AMDAL dilakukan terlambat shg tdk dpt lagi memberikan masukan untuk
pengambilan keputusan dlm proses perencanaan.
2.
3.
2.
3.
4.
2.