Soal 1 :
Sastrawan, 20 tahun pemuda dari
sebuah desa di Banyuwangi datang
dengan keluhan utama benjolan di
leher kanan sejak 2 bulan, tidak
nyeri. (lihat foto). Sejak 3 bulan
penderita pilek dengan ingus
bercampur darah, hidung buntu
terutama yang kanan. Seminggu
terakhir ini penderita merasa sakit
kepala yang tidak menghilang
meskipun diberi ponstan.
Karsinoma Nasofaring
Adalah : tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring yang melapisi permukaan nasofaring.
Insidensi:
: = 3:1
Umur rata-rata= 30-50 tahun
Banyak pada etnis Asia (Cina)
Etiologi
Penyebab belum jelas, diduga dipengaruhi :
Faktor genetik
Faktor virus : Epstein Barr Virus (EBV)
buktinya dengan ditemukan :
1. antibody terhadap antigen EBV dalam serum.
2. antigen inti EBV dalam sel tumor nasofaring
3. DNA EBV pada jaringan kanker nasofaring
4. mRNA EBV di sel kanker nasofaring
Faktor lingkungan
Etiologi
Anatomi :
Nasofaring = Rinofaring =
Epifaring :
Batas :
Anterior : koane / nares
posterior
Posterior : setinggi kolumna
vertebra C1-2
Inferior : dinding atas
palatum mole
Superior : basis kranii (os
occipital & sfenoid)
Lateral : fossa Rosenmlleri,
tuba eustachius kanan & kiri
endocranium
Foramen jugulare, sindrom Jackson
penyebaran ke kelenjar faring lateral di dan
sekitar selubung karotis atau jugularis pada
ruang retroparotis akan menyebabkan
kerusakan saraf otak ke IX, X, XI dan XII
aliran limfe menyilang melewati garis tengah
tubuh,komplek dan membentuk pleksus yng
saling menyilang metastasis ke leher
kontralateral/bilateral
Histologi :
Mukosa nasofaring dibentuk oleh epitel :
Epitel berlapis silindris bersilia yang ke arah
orofaring akn berubah menjadi epitel gepeng
berlapis.
Epitel gepeng berlapis pada sebagian besar
dinding belakang nasofaring, sisanya epitel
selapis silindris bersilia.
Epitel peralihan (transitional
ephitelium)didapatka diantara epitel-epitel diatas
dan terutama didinding lateral didaerah fosa
rosenmuller.
Lokalisasi :
Fossa Rossenmlleri
(tersering)
Sekitar tuba
Eustachius
Dinding belakang
nasofaring
Atap nasofaring
KLASIFIKASI TNM
T : menggambarkan keadaan tumor (Primarry Tumor)
T1
regional
N0 : tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : pembesaran kelenjar ipsilateral < 6cm
N2 : pembesaran kelenjar bilateral < 6cm
N3 : pembesaran kelenjar > 6cm atau
ekstensi ke supraclavicular
M : menggambarkan metastasis jauh
Stadium :
Gejala Klinis
Gejala dini :
Gejala hidung,berupa flu kronis, ingus
berbau+bercampur darah, epistaksis.
Gejala telinga, berupa grebeg-grebeg, pendengaran
berkurang(tipe konduksi), tinnitus, nyeri, dll.
Gejala lanjut :
Gejala tumor leher, berupa pembesaran KGB leher
dapat tunggal, multipel/berdungkul, kecil sampai
besar.
khasnya benjolan terletak dibawah prosesus
mastoid, dibelakang angulus mandibula dan
sebelah medial M.sternokleidomastoid
Gejala klinis
Gejala saraf kranial
hematogen.
Gejala Telinga
Gejala Hidung
Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung
Tumor Leher
Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung
Tumor Leher
Diagnosa
Anamnesa : Usia , Gejala klinik
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : wajah, mata, rongga mulut, leher
Palpasi : pembesaran KGB leher
RA, RP, Laryngoscopi
Pemeriksaan Penunjang :
X-foto, CT-scan, MRI
Diagnosa pasti :
Biopsi
Diagnosa Banding
TBC Nasofaring
Adenoid persistent
Angiofibroma Nasofaring Juvenillis
Tumor neurogenik
Penatalaksanaan
Radiasi
Kemoterapi
Pembedahan untuk metastasenya (N)yg tdk
Prognosa
Umumnya penderita datang pada stadium III/
IV prognosa buruk.
Stadium dini 5 ysr : 70-80%
Stadium lanjut 5 ysr : 15-25% , 50%
meninggal dalam tahun pertama pengobatan.
Angka bertahan hidup dlm 1 tahun
I : 100%
II : 86,73%
III :71,67%
IV : 41,60%