Anda di halaman 1dari 10

STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK

TANI MEKARSARI DESA DANDER BOJONEGORO MENUJU DESA MANDIRI ENERGI


Andi Hanif
Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh November
Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111
Abstrak :
Perkembangan jumlah penduduk di suatu
daerah akan berbanding lurus dengan kebutuhan
akan energi listrik di daerah tersebut. Namun hal
itu berbanding terbalik dengan penyediaan energi
listrik, semakin hari cadangan sumber energi tidak
terbarukan yang selama ini menjadi bahan bakar
utama pembangkit di Indonesia semakin menipis,
sehingga penyediaan energi listrik juga ikut
tersendat. Oleh karena itu, perlu dipikirkan suatu
energi alternatif terbarukan untuk mengatasi krisis
tersebut.
Pada Tugas Akhir ini akan dibahas
mengenai potensi biogas sebagai pembangkit di
Peternakan milik Kelompok Tani Mekarsari Desa
Dander Bojonegoro. Berdasarkan hasil analisis,
biogas dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif terbarukan yang sesuai jika diterapkan di
sana. Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander
Bojonegoro sendiri saat ini memiliki tidak kurang
dari 411 ekor sapi di peternakan mereka, sehingga
potensi kotoran yang dihasilkan adalah 10.275 kg
per hari. Jumlah tersebut dapat dikonversikan
menjadi energi listrik sebesar 206,08 kWh per hari
melalui sebuah instalasi biogas yang dilengkapi
dengan sebuah generator biogas. Dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem
pengolahan ini juga tergolong sangat ramah
terhadap lingkungan.
Kata kunci: Biogas, Kotoran Sapi, Desa Mandiri,
Dander-Bojonegoro
I. PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui bahwa persediaan
bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya
semakin menipis. Fakta menunjukkan bahwa sejak
tahun 2004 Indonesia mengimpor minyak bumi
karena cadangan minyak dalam negeri tidak
mencukupi lagi. Solusi bagi krisis energi listrik dan
bahan baku fosil seperti tersebut di atas adalah
adanya sumber energi alternatif. Sumber energi
alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar
substitusi yang ramah lingkungan, efektif, efisien,
dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu,
sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal
dari sumber energi yang bisa diperbarui.
Disisi lain, Indonesia merupakan negara
agraris dimana pertanian dan peternakan menjadi
komoditi utama. Di Jawa Timur terdapat lebih dari

-1-

10 lokasi yang memiliki peternakan dengan


kepemilikan hewan ternak yang relatif banyak,
diantaranya Sumenep, Malang, Kota Batu, Blitar,
Kediri, Tulungagung, Probolinggo, Lumajang,
Bondowoso, Bojonegoro dan Mojokerto.
Disinilah terjadi korelasi yang sangat erat,
dimana posisi Indonesia sebagai negara agraris
ternyata mampu menjadi jalan keluar yang tepat
bagi krisis energi yang sedang terjadi. Limbah
organik yang dihasilkan dari pertanian dan
peternakan ternyata dapat menghasilkan sebuah
bioenergi baru yang dapat manggantikan posisi
bahan bakar fosil yang selama ini nyaris tidak
tergantikan sebagai bahan bakar utama di
pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia. Salah
satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini
berasal dari berbagai macam limbah organik
seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran
hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui
proses anaerobik digestion. Kotoran sapi
merupakan kotoran yang paling efisien digunakan
sebagai penghasil biogas karena setiap 10-20 kg
kotoran perhari dapat menghasilkan 2 m 3 biogas.
Dimana energi yang terkandung dalam 1 m 3
biogas sebesar 2000-4000 kkal atau dapat
memenuhi kebutuhan memasak bagi satu keluarga
(4-5 orang) selama 3 jam [1].
Adapun Permasalahan yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana potensi energi terbarukan di
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.
2. Bagaimana kondisi eksisiting ketenagalistrikan
di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro
Jawa Timur.
3. Bagaimana analisis teknis, ekonomi, lingkungan
dan sosial pembangunan PLT Biogas Mekarsasri
Dander Bojonegoro.
4. Apakah teknologi biogas dapat diterapkan
sebagai sumber energi baru dan terbarukan di
Desa Dander Bojonegoro dengan menggunakan
analisis keputusan.
5. Bagimana kondisi sebelum dan sesudah
pembangunan PLT Biogas Mekarsari Dander
Bojonegoro.
II. TEORI DASAR
Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif
Biogas merupakan sebuah proses produksi
gas bio dari material organik dengan bantuan
bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa

melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion gas


yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % )
berupa metana. material organik yang terkumpul
pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi
dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap
pertama material orgranik akan didegradasi
menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri
pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan
sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi.
Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau
senyawa rantai panjang seperti lemak, protein,
karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana.
Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam
dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi
asam asam, maka tahap kedua dari proses
anaerobik digestion adalah pembentukan gas
metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana
seperti methanococus, methanosarcina, methano
bacterium.
Biogas sebagian besar mengandung gas
metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan
beberapa kandungan yang jumlahnya kecil
diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia
(NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas
tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin
besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas,
dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana
semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat
ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur,
kandungan air dan karbon dioksida (CO2).

pengisian bahan baku kedalam tangki pencerna


dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga
empat minggu sejak pengisian awal, tanpa harus
mengelurkan bahan yang sudah dicerna.

Sistem Kerja Sebuah Instalasi Biogas


(Aspek Teknis)
Pada sebuah instalasi biogas, selalu
terdapat reaktor atau digester. Reaktor adalah
sebuah ruang tertutup yang digunakan sebagai
media penyimpanan kotoran selama beberapa hari
untuk menghasilkan gas yang tersimpan bersama
kotoran yang kemudian disebut biogas. Dari
beberapa jenis digester biogas yang sering
digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome)
dan jenis Drum mengambang (Floating drum).
Sistem produksi biogas dibedakan
menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu
pengisian curah dan pengisian kontinyu. Yang
dimaksud dengan sistem pengisian curah (SPC)
adalah cara pengantian bahan yang dilakukan
dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah
dicerna dari tangki pencerna setelah produksi
biogas berhenti, dan selanjutnya dilakukan
pengisian bahan baku yang baru. Sedangkan Yang
dimaksud dengan pengisian kontinyu (SPK) adalah

Desa Mandiri Energi


Desa Mandiri Energi merupakan alternatif
pemecahan masalah penyediaan energi. Disamping
itu pengembangan Program Desa Mandiri Energi
diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan
(Pro-Poor), memperkuat ekonomi nasional (ProGrowth) dan memperbaiki lingkungan (ProPlanet). Adapun kriteria sebuah desa bisa
digolongkan sebagai DME yaitu:
a. Pemanfaatan potensi energi setempat.
b. Terciptanya kegiatan produktif yang merupakan
dampak dari kegiatan pemanfaatan
energi
setempat.
c. Penyerapan tenaga kerja baru.

-2-

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Biogas dari


Kotoran Sapi
Pada Gambar di atas dapat dilihat Skema
Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi. Baik
penggunaan untuk keperluan rumah tangga,
pertanian maupun sebagai sumber energi listrik.
Aspek Ekonomi Pembangkit
Aspek ekonomi dari pembangkit yang
akan dibahas terdiri dari:
1. Biaya modal (capital cost)
2. Biaya bahan bakar
3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)
4. Biaya pembangkitan total
5. Harga jual
6. Pendapatan per tahun
7. Nilai awal proyek (Net present value)
8. Laba investasi (ROI)
9. Benefit cost ratio
10.Payback periode

III. KONDISI BOJONEGORO KECAMATAN


DANDER
3.1 Potensi Energi Terbarukan Biogas
Peternakan Bojonegoro Kecamatan Dander
Peternakan merupakan komponen utama
dalam analisis pemanfaatan biogas sebagai

pembangkit listrik. Karena biogas yang akan


digunakan sebagai bahan bakar berasal dari olahan
limbah perternakan.
Tabel 3.1
Laju Perkembangan Peternakan di Bojonegoro
tahun 2006-2010
No
1
2
3
4

Jenis
Ternak
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba

2006

2007

2008

2009

2010*

93.490 93.669 121.153 138.649 142.043


4.128
4.130
1.076
979
947
65.922 66.251
68.901
70.405
72.633
97.202 97.710 100.823 101.077
99.937
* sampai triwulan ke 1 tahun 2010
(Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, 2010)

Tabel 3.2
Laju Populasi Hewan Ternak di Kecamatan Dander
Dua Tahun terakhir
Jenis
2009
2010*
Sapi
4.514
4.676
Kambing
2.653
2.809
Domba
6.437
5.919
* sampai triwulan ke 1 tahun 2010

ekonomi di wilayah tersebut juga meningkat.


Dapat dilihat pada tabel berikut [12] :
Tabel 3.4
Jumlah Pelanggan listrik pertahun
Kecamatan Dander
Uraian
2005
2006
2007
2008
Rumah
10.605
10.699
10.911
12.226
Tangga
Bisnis
1.552
1.545
1.534
1.720
Industri
6
6
6
7
Publik
355
370
414
464
(Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009)

2009
13.232

Tabel 3.5
Energi Terjual per Sektor pertahun
Kecamatan Dander (MWh)
Uraian
2005
2006
2007
2008
Rumah
8.570,53
8.852,07
9.499,28
10.450,26
Tangga
Bisnis
1.992,51
1.668,04
1.982,04
2.179,32
Industri 16.909,10 17.277,88 17.482,53 19.231,30
Publik
933,84
1.023,60
1.280,70
1.407,34
Total
28.405,98 28.821,59 30.244,55 33.268,22
(Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009)

(Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, 2010)

Kelompok tani Mekarsari dari waktu ke


waktu mengalami perkembangan yang signifikan.
Disampaikan oleh Bupati, saat awal berdiri ternak
yang dimiliki hanya 8 ekor, dan dalam
perkembangannya mampu memiliki anggota 25
orang dengan jumlah sapi saat ini 411 ekor. Maka
apabila diasumsikan tiap ekor sapi menghasilkan
25 kg kotoran per hari, maka sapi-sapi yang
dikelola oleh Kelompok Tani-Ternak Mekarsari ini
dapat menghasilkan 10.275 kg kotoran per hari.
Angka ini belum ditambahkan dengan jumlah
populasi sapi lain di Desa Dander yang tidak
dikelola oleh Kelompok Tani-Ternak Mekarsari
[14,15,16].
3.2

Kondisi Ketenagalistrikan Bojonegoro


Kecamatan Dander
Dapat dilihat kondisi kelistrikan APJ
Bojonegoro, dengan data-data sebagai berikut
[9,12] :
Tabel 3.3
Data Setiap Tahun Kondisi Listrik di APJ
Bojonegoro
Produksi
Beban
Faktor
Energi
Puncak
Beban
(MWh)
(MW)
(%)
2005
1.434.003
249,7
65,55
2006
1.481.500
251,0
67,37
2007
1.548.606
261,6
67,57
2008
1.665.411
265
71,74
2009
1.768.515
279
72,36
(Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009)

Tahun

Kondisi kelistrikan Kecamatan Dander dari tahun


ke tahun juga semakin meningkat, hal ini
dikarenakan laju perkembangan penduduk dan

-3-

1.861
8
502

IV. ANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA BIOGAS KOTORAN
SAPI
4.1 Kondisi Terakhir Potensi Biogas dan
Ketenagalistrikan Desa Dander Bojonegoro
Bojonegoro
khususnya
Kecamatan
Dander merupakan salah satu sentra peternakan
sapi di Jawa Timur. Besarnya populasi di suatu
daerah akan berbanding lurus dengan potensi
biogas yang bisa dimanfaatkan di daerah tersebut.
Di Desa Dander sendiri terdapat sebuah kelompok
tani-ternak dengan jumlah sapi yang relatif banyak
dan pengelolaan yang sudah profesional.
Kelompok tersebut adalah Kelompok
Tani-Ternak Mekarsari Dander Bojonegoro. Pada
awal berdirinya, kelompok ini hanya memiliki
sekitar 12 ekor sapi saja, namun sekarang (2010)
kelompok ini telah meiliki tidak kurang dari 411
ekor sapi, dengan laju rata-rata 8-10 ekor sapi per
tahun. Diketahui bahwa seekor sapi dengan bobot
450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses
dan urine lebih kurang 25 kg per hari. Dan apabila
tidak dilakukan penanganan secara baik maka akan
menimbulkan masalah pencemaran lingkungan
udara, tanah dan air serta penyebaran penyakit
menular. Dan salah satu penyelesaiannya adalah
dengan mengolah limbah tersebut menjadi biogas
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
generator biogas untuk menghasilkan energi listrik.
Rasio elektrifikasi di Desa Dander
tergolong diatas rasio elektrifikasi Kabupaten
Bojonegoro, hampir seluruh rumah tangga sudah
teraliri listrik, namun tidak semua rumah tangga
sudah menikmati listrik. Dan juga terdapat masalah
lain yang dihadapi yaitu pemadaman bergilir di

2009
12.658,88
2.641,25
23.297,98
1.706,65
40.304,76

Desa Dander yang cukup sering. Seringnya


pemadaman di Desa Dander membuat perlu adanya
energi alternatif sebagai penghasil energi listrik
terutama saat terjadi pemadaman. Dengan potensi
peternakan yang relatif besar ditambah adanya
sebuah peternakan besar di Desa Dander yaitu
peternakan Mekar Sari yang bisa memudahkan
proses pengolahan kotoran, maka Desa Dander
berpotensi menjadi Desa Mandiri Energi dengan
mengembangkan energi alternatif berupa biogas.
4.2 Peramalan Kebutuhan Energi Listrik
Kebutuhan Energi Listrik Dander
diramalkan dengan menggunakan dua metode yaitu,
Metode Regresi dan DKL 3.01
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Proyeksi Konsumsi Energi
Listrik Kecamatan Dander (MWh)
Tahun

Regresi

DKL

2010

45.800,1

46.267,74

2011

52.975,9

53.470,78

2012

59.892,3

62.176,20

2013

65.464,8

72.701,89

2014

75.504,1

85.433,02

2015

85.045,9

100.836,29

2016

96.974,1

119.477,22

2017

104.998

142.041,06

2018

117.797,1

169.358,11

2019

126.860,3

202.434,47

2020

135.820,5

242.489,23

4.3 Analisis Aspek Teknis Pembangkit Listrik


Biogas di Peternakan Kelompok Tani
Mekarsari Desa Dander
Berikut ini akan dijelaskan proses
pembangkitan energi listrik dari sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas mulai dari
proses pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
yang disebut dengan Anaerobic Digestion, hingga
proses perubahan biogas menjadi energi listrik
yang siap digunakan oleh para penduduk. Berikut
diagram alir (flowchart) proses-proses tersebut.

Dari digaram alir di atas, dapat dijelaskan


bahwa bahan-bahan organik dalam dalam hal ini
kotoran sapi yang ditambahkan dengan air akan
menjadi bahan baku utama proses Aaerobik. Proses
tersebut akan menghasilkan Gas Methan (CH4)
dan zat sisa. Zat sisa proses Aaerobik dapat
digunakan sebagai pupuk urea, sedangkan Gas
Methan itulah yang disebut sebagai biogas. Biogas
tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bakar
sebuah Generator Set (Genset) biogas yang terdiri
dari sebuah Mesin Gas sebagai motor penggerak
sebuah
Generator.
Mesin
Gas
tersebut
menggunakan Oksigen (dari udara bebas) dan
biogas sebagai bahan bakar proses pembakaran,
dan menghasilkan Karbondioksida dan uap air
sebagai zat hasil pembakaran. Energi listrik yang
dihasilkan oleh generator dapat segera digunakan
oleh penduduk. Selain itu, biogas juga dapat
digunakan untuk memasak dan lampu petromaks.
4.3.1 Kapasitas Biogas Sebagai Bahan Bakar
Generator Listrik di Peternakan Kelompok
Tani-Ternak Mekarsari Dander
Di Peternakan Mekarsari pada tahun 2010
terdapat tidak kurang dari 411 ekor sapi. Sehingga
penanganan limbahnya baik itu limbah padat
maupun cair dalam bentuk feses dan urine yang
dibuang berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan. Diketahui bahwa seekor sapi dengan
bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa
feses dan urine lebih kurang 25 kg per hari
Dan untuk mengetahui proses konversi
kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat dari tabel
berikut yang didapatkan dari Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan
Litbang Pertanian, Departemen Pertanian [1,6].
Tabel 4.2
Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang
Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran
Jenis

Banyak
Tinja
(Kg/hari)

Kandungan
Bahan
Kering -BK
(%)

Biogas
yang
Dihasilkan

(m 3 /
kg.BK)
Gajah
30
18
0,018-0,025
Sapi/Kerbau
25-30
20
0,023-0,040
Kambing/Domba
1,13
26
0,040-0,059
Ayam
0,18
28
0,065-0,116
Itik
0,34
38
0,065-0,116
Babi
7
9
0,040-0,059
Manusia
0,25-0,4
23
0,020-0,028
(Sumber : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian,2008)

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi


biogas yang dapat dihasilkan oleh limbah kotoran
sapi yang berada di Peternakan Mekarsari melalui
perhitungan sebagai berikut :
Gambar 4.1 Biogas Power Generation FlowChart

-4-

Jumlah sapi di peternakan Mekarsari berjumlah 411 ekor.


Yang mempu menghasilkan 25 kg kotoran per hari.
Maka, produksi kotoran sapi perhari di Peternakan
Mekarsari adalah sebesar :
411 X 25 = 10.275 kg / hari
Kandungan bahan kering untuk kotoran sapi adalah 20 %,
maka kandungan bahan kering total adalah :
10.275 X 0,20 = 2.055 kg.BK
Sehingga, Potensi biogas dari kotoran sapi di Peternakan
Mekarsari adalah sebesar :
2.055 X 0,04 = 82,2 m 3 / hari

Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk


mengetahui konversi biogas menjadi energi lain,
dapat dilihat pada tabel berikut [1] :
Tabel 4.3
Konversi Biogas dan Penggunaannya
Penggunaan
Penerangan
Memasak
Tenaga
Listrik

Energi 1m 3 biogas
Lampu 60 - 100 Watt selama 6 jam
Memasak 3 jenis makanan untuk 5
- 6 orang
Menjalankan motor 1 hp selama 2
jam
4,7 kWh energi listrik *

(Sumber : Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, 2005)

* Sumber :
Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah,
Departemen Pertanian, 2005
Feber Suhendra, The Usage Of biogas Technology
To Reduce Livestock Pollutant in Bali on Clean
Development Mechanism, Mulya Tiara Nusa, 2008

Dengan demikian potensi energi listrik


yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi yang ada
di Peternakan Mekarsari adalah :
82,2 m 3 X 4,7 kWh = 386,6 kWh / hari
dengan daya keluaran = 386,6 / 24 = 16,1 kW
Dengan kapasitas 386,6 kWh/hari maka
biogas dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi terbarukan di sekitar
Peternakan Mekarsari Desa Dander Bojonegoro
untuk pembangkit listrik isolated.
4.3.2 Perancangan Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas Peternakan Kelompok Tani
Mekarsari Desa Dander
Pada gambar di bawah ini, dapat dilihat layout
rancangan sederhana dari instalasi pembangkit
listrik biogas yang akan digunakan di Petrnakan
Kelompok Tani Mekarsari Dander.

-5-

Gambar 4.2 Rencana Instalasi Pembangkit Biogas


Penjelasan singkat dari rancangan instalasi di atas
adalah :
1. Kotoran ternak dialirkan menuju Reaktor
(Digester) melalui saluran masuk (inlet).
2. Sebelum masuk digester, kotoran ternak
dicampur dengan air dengan perbandingan
1:1 dengan menggunakan pengaduk
mekanis.
3. Kemudian
gas yang dihasilkan dari
campuran kotoran dan air dialirkan
menuju penampung gas, dengan diatur
oleh valve pengatur tekanan.
4. Penampung gas dibuat lebih dari satu agar
biogas yang dihasilkan bisa digunakan
untuk lebih dari satu fungsi.
5. Biogas dari penampung gas bisa
digunakan untuk menyalakan lampu
petromaks, kompor gas, dan generator
biogas untuk kemudian menyalakan
peralatan listrik.
6. Zat sisa proses Digesterisasi dapat
digunakan langsung sebagai pupuk
kandang atau diolah menjadi pupuk urea
kemasan yang siap dijual.
Dan komponen-komponen pembangkit listrik
biogas yang akan digunakan di Peternakan
Mekarsari antara lain :
- Saluran Masuk Slurry (Kotoran Segar dan Air)
Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry
sebagai bahan utama ke dalam reaktor (digester).
- Sistem Pengaduk
Di Peternakan Mekarsari sistem pengadukan yang
paling mungkin dilakukan agar kotoran segar dan
air tercampur secara sempurna adalah dengan
pengadukan mekanis.
- Reaktor (Digester)
Reaktor yang digunakan untuk pembangkitan
biogas di Peternakan Mekarsari menggunakan
Tipe Kubah dikarenakan tekanan yang dihasilkan

oleh tipe ini relatif stabil, dan mempunyai harga


yang relatif lebih murah.

Adapun spesifikasi dari Generator tersebut adalah


[18]:
Series

Volume total digester = (lama proses x aliran bahan) [7]


80 %
411 ekor sapi @kotoran 25 kg/hari = 10.275 kg
Perbandingan air dan kotoran 1:1 ( air = 1kg / liter )

Model

Maka aliran perhari adalah


10.275 kg kotoran + 10.275 liter air = 20.550 liter
slurry
Lama proses 10-40 hari
Sehingga :
Volume basah = 20.550 liter 10 =205.500 liter
Volume total = (205.500) / 80%

Alternator

Fuel
Rated Power min (kW)
Rated Power max (kW)
Rated Current (A)
Rated Voltage (V)
Rated Frequency (Hz)
Rated Power Factor
Rated Speed (rpm)
Model
Type

= 256.875 liter = 256,875 m 3


Dengan proses pengisian yang digunakan adalah proses
pengisian Kontinyu

- Saluran Keluaran Residu


Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran
yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini
bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan
hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali
merupakan slurry masukan yang pertama setelah
waktu retensi. Sesuai penjelasan sebelumnya, sisa
pengolahan kotoran ini masih bisa digunakan
sebagai pupuk kompos yang baik bagi tanaman
karena terjadi penurunan COD sehingga kotoran
mengandung lebih sedikit bakteri patogen sehingga
aman untuk pemupukan sayuran atau buah,
terutama untuk konsumsi segar.
- Katup Pengaman Tekanan (Control Valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur
tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman
ini menggunakan prinsip pipa T, bila tekanan gas
dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka
gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan
dalam biodigester akan turun.
- Saluran Gas
Saluran gas ini disarankan terbuat dari polimer
untuk menghindari korosi.
- Penampung Gas
Penampung gas adalah sebuah ruang kedap udara
yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
biogas yang telah dihasilkan dari proses biodigester
sebelum disalurkan ke kompor atau genset biogas.
Besar volume total dari penampung-penampung
gas, kurang lebih sama dengan perhitungan potensi
biogas di Peternakan Mekarsari per-harinya yaitu
82,2 m 3 . Penampung gas yang akan digunakan di
PLT Biogas mekarsari dibuat lebih dari satu agar
biogas yang dihasilkan bisa digunakan untuk lebih
dari satu fungsi.
- Generator (Genset) Biogas
Generator biogas yang akan digunakan di
Peternakan Mekarsari adalah generator dengan
daya keluaran 20 kW sesuai dengan potensi biogas
di sana yang bisa mencapai 386,6 kWh/hari atau
16,11 kiloWatt perjamnya.

-6-

Gas Engine

Nos of Silinder
Bore*Stroke (mm)
Total Displacement cc)
Compression Ratio
Rated Power (kW/ps)
Rated Speed (rpm)
Speed Regulation
Starting Mode

20GFT
Biogas, Natural Gas,
LPG
10
20
36
240/400
50
0,8 lag
1500
4100Q
in line, 4-stroke, electric
control igntion
4
100*115
3,61
11
27/36,7
1500
electrical
electrical
6,8

NG consumption (m 3 /hour)
L*W*H (m)
1.5*0.8*1.2
Packing
Data
N.W (kg)
650
(Sumber : Shanghai Chenchang Power Technology Co., Ltd.)

Harga dari sebuah Generator Set 20 kW seperti di


atas adalah rata-rata 4.800 US$ [18]
- Jaringan Distribusi
Pada proses penyaluran daya pada PLT Biogas
Mekarsari ini, jarak pelanggan terdekat adalah
20 meter, sedangkan jarak pelanggan terjauh
adalah 500 meter diasumsikan dari rumah
pembangkit.
4.4 Analisis Aspek Ekonomi
Tabel 4.4
Biaya Investasi Instalasi PLT Biogas di Peternakan
Kelompok Tani Mekarsari
Jenis Data
Kapasitas Terinstal
Waktu Operasi
Bahan Bakar

Nilai
16,1 kW
15 tahun
Kotoran SAPI
16.100 US$/
Biaya Investasi Pembangunan
(1.000 US$/kW) [19]
(Sumber : Center for Research on Material and Energy-ITB,
data diolah kembali)

Maka biaya investasi total adalah :


Biaya investasi total = biaya investasi instalasi +
harga generator set
= 16.100 + 4.800
= 20.900 US$
Biaya Pembanguna n =

Capital Investment Cost 20.900 USD


=
Installed Capacity
16,1 kW

= 1300 US$ / kW
Dan berikut ini hasil perhitungan ekonomi
investasi dari PLT Mekarsari Dander Bojonegoro

Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Biaya PLT Biogas Mekarsari
Perhitungan
Biaya Pembangkitan (US$ / kW)
Umur Operasi (Tahun)
Kapasitas (kW)
Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh)
Biaya O & M (US$ / kWh)
Biaya Modal (US$ / kWh)
Total Cost (US$ / kWh)
Harga Jual (US$ / kWh)
Investasi total (US$)

6%
1300
15
16,1

Suku Bunga
9%
1300
15
16,1

12 %
1300
15
16,1

0,001

0,001

0,001

0,0041
0,02866
0,03376
0,03882
20.900

0,0041
0,0345
0,0396
0,04554
20.900

0,0041
0,0409
0,0460
0,0529
20.900

4.4.1 Pendapatan perTahun


Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in
Flow (CIF) dapat dihitung dari kWhoutput dan
selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan
Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain
keuntungan penjualan (KP). Untuk daerah Jawa
Timur, biaya pokok penyediaan listrik tegangan
menengah sebesar Rp. 855,00/kWh.
a. Dengan menggunakan suku bunga 6%
CIF = KP kWhoutput
= (BPP HJ) kWhoutput
= (Rp 855/kWh Rp 388,24/kWh) x 75219,2 kWh/tahun
= Rp 35,11 juta/tahun

b. Dengan menggunakan suku bunga 9%


CIF = KP kWhoutput
= (BPP HJ) kWhoutput
= (Rp 855/kWh Rp 455,4/kWh) x 75219,2 kWh/tahun
= Rp 30,06 juta/tahun

digunakan untuk menutup investasi yang


dikeluarkan.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui
bahwa dengan suku bunga 6%, dana investasi
dapat dikembalikan paling cepat pada tahun ke-6
dan dengan benefit tertinggi sejak PLT Biogas
Mekarsari beroperasi. Pada suku bunga 9 %, dana
investasi dapat dikembalikan paling cepat pada
tahun ke-7. Sedangkan pada suku bunga 12 % dana
investasi dapat dikembalikan paling cepat pada
tahun ke-9.
Data tersebut dapat digunakan sebagai
pembanding untuk perhitungan Payback periode.
Dimana Payback periode adalah lama waktu yang
dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan
dapat kembali dengan utuh.
4.5 Analisis Aspek Sosial
IPM di Kabupaten Bojonegoro terus
mengalami peningkatan yang relatif signifikan dari
tahun ke tahun, hal ini mengindikasikan adanya
peningkatan kesejahteraan penduduk di Kabupaten
Bojonegoro dari tahun ke tahun.
Tabel 4.6
Laju IPM Kabupaten Bojonegoro dan Jawa Timur
2005
2006
2007
2008
63.60
64.93 65.50 65.83
Bojonegoro
68.42
69.18 69.78 70.38
Jawa Timur
* angka sementara (Sumber : BPS Jawa Timur, 2010)

2009
66.43
70.98*

Tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur


apabila diukur dengan indikator IPM terus
mengalami peningkatan. Dimana IPM Jawa Timur
pada tahun 2008 sebesar 70,38 dan meningkat pada
tahun 2009 mencapai 70,98, yang berada pada
urutan 18 secara nasional.

c. Dengan menggunakan suku bunga 12%


CIF = KP kWhoutput
= (BPP HJ) kWhoutput
= (Rp 855/kWh Rp 529/kWh) x 75219,2 kWh/tahun
= Rp 24,52 juta/tahun

4.4.2 Net Present Value


Net Present Value (NPV) ini menghitung
jumlah nilai sekarang dengan menggunakan
Discount
Rate
tertentu
dan
kemudian
membandingkannya dengan investasi awal (Initial
Invesment). Selisihnya disebut NPV. Apabila NPV
tersebut positif, maka usulan investasi tersebut
diterima, dan apabila negatif ditolak.
Dari hasil perhitungan, tampak bahwa
pada suku bunga 6% nilai NPV mulai positif pada
tahun ke-8, pada suku bunga 9% nilai NPV-nya
mulai positif pada tahun ke-12, sedangkan suku
bunga 12 % nilai NPV-nya selalu negatif. Hal ini
berarti bahwa investasi untuk PLT Bogas pada
suku bunga 6% dan 9% layak untuk dilaksanakan.
4.4.3 Return Of Investment
Return of Investment adalah kemampuan
pembangkit untuk mengembalikan dana investasi
dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang

-7-

-Aspek Sosial Penerimaan Masyarakat Setempat


Kelompok Tani-Ternak Mekarsari Dander
Bojonegoro sampai saat ini memiliki 30 anggota,
dan diperkirakan jumlah anggota akan terus
meningkat hingga menjadi 50-an anggota dalam 5
tahun ke depan. Secara umum pemanfaatan limbah
kotoran sapi untuk generator listrik di Kelompok
Tani-Ternak Mekarsari tidak mendapatkan reaksi
resisitif dari penduduk dan tokoh masyarakat
setempat. Namun permasalahan terjadi pada proses
pembagian energi listrik hasil dari pengolahan
limbah kotoran sapi. Para anggota kelompok
Kelompok Tani-Ternak Mekarsari menghendaki
listrik yang dihasilkan diprioritaskan untuk
didistribusikan pada rumah tangga yang menjadi
anggota Kelompok Tani-Ternak Mekarsari, dan
beberapa fasilitas umum seperti Puskeswan (Pusat
Kesehatan Hewan), Musholla, Puskesmas, fasilitas
peternakan, dan penerangan jalan yang menjadi
akses menuju peternakan.

4.6 Analisis Aspek Lingkungan


- Clean Development Mechanism (CDM)
Sebuah PLT Biogas dapat berpartisipasi di dalam
mekanisme CDM. Dengan nilai carbon tax sebesar
0,045 USD / kWh, maka untuk PLT Biogas
kotoran sapi di Mekarsari dengan produksi
75.219,2 kWh/tahun, maka nilai carbon credit
yang didapat adalah sebesar 3.384,86 USD atau
sekitar Rp. 33.848.600.

= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 16


= 16,1 kW x 0,8 x 16
= 206,08 kWh/hari
= 206.080 Wh/hari

4.7 Analisis Beban dan Konsumen Tenaga


Listrik
4.7.1 Kemampuan Daya Beli Masyarakat
Data kelistrikan dan kependudukan yang
menjadi acuan adalah daya terpasang dan
pendapatan perkapita penduduk Kabupaten
Bojonegoro untuk mengetahui seberapa besar daya
beli energi listrik masyarakat Kabupaten
Bojonegoro.
Dengan input data sebagai berikut :
Pendapatan perkapita penduduk setiap bulan =
Rp. 733.000 [20]
Dengan mengasumsikan dalam satu
rumah tangga terdapat 4 anggota keluarga,
sehingga didapat :
Pendapatan Rumah Tangga = Rp 733.000 x 4 =
Rp. 2.932.000
Dengan diasumsikan pengeluaran rumah
tangga untuk energi listrik rata-rata adalah 8%,
maka pengeluarannya sebesar Rp. 234.560.

Dimana rancangan pengaturan beban di sisi


konsumen adalah :
10 Rumah dengan daya terpasang 220 VA
30 Rumah dengan daya terpasang 450 VA
1 buah musholla dengan daya terpasang
PLN 450 VA
1 buah Puskeswan dengan daya terpasang
PLN 900 VA
1 buah Puskesmas dengan daya terpasang
PLN 900 VA
Penerangan Peternakan dan Lampu
Penerangan Jalan

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai


daya beli masyarakat adalah :
234.560
477,94 = 562,541Rp
Daya beli2009 =
KWh
199.284
dimana 199.284 adalah rata-rata biaya total
pemakaian listrik, dan 477,94 adalah harga ratarata energi listrik per-kWh.
Dengan daya beli listrik rumah tangga
sebesar Rp.562,541/kWh maka harga jual energi
listrik dari energi terbarukan biogas mampu
dibayar oleh masyarakat karena rata-rata harga jual
energi listrik dari energi terbarukan biogas di
berbagai tingkat suku bunga masih dibawah daya
beli untuk listrik rumah tangga.
4.7.2 Manajemen Kebutuhan Energi Listrik
Pada bagian ini dibahas pengaturan di sisi
beban atau konsumen yang akan memanfaatakan
PLT Biogas Mekarsari. Pengaturan ini diperlukan
agar energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan
secara merata dan proporsional kepada penduduk
yang menjadi sasaran pemanfaatan PLT Biogas
Mekarsari ini.
Dengan asumsi Generator biogas akan
dioperasikan selama 16 jam sehari, maka energi
keluaran dari PLT Biogas Mekarsari ini adalah :

-8-

Dan dengan kapasitas daya keluaran adalah :


= Output Generator (kW) / faktor daya
= 16,1 / 0,8
= 20,125 kVA

Dari hasil perhitungan di masing-masing beban


didapat total energi terpakai berdasarkan
Rancangan Manajemen Beban di atas adalah :
= 107,68 kWh/hari
Dan total daya terpasang adalah :
= (220 x 10) + (450 x 30) + (450 x 1) + (900 x 2) +
60 + 400
= 18,410 kVA
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang
telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Biogas memiliki prospek yang baik sebagai
energi alternatif pengganti energi tidak
terbarukan di Indonesia yang sedang mengalami
krisis energi yang ditandai dengan semakin
langka dan tingginya harga bahan bakar yang
berdampak pada semakin tingginya biaya
produksi pembangkit tenaga listrik. Di
Peternakan Kelompok Tani-Ternak Mekarsari,
pemanfaatan biogas dengan menggunakan
kotoran sapi sangat potensial, dari 411 ekor sapi
berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar
386,6 kWh/hari.
2. Sebagian besar pembangkit tenaga listrik yang
menyuplai
wilayah
Bojonegoro
masih
menggunakan sumber energi berbahan bahan
energi non-renewable. Dengan beban puncak
yang mencapai 279 MW pada tahun 2009, dan
semakin menipisnya bahan bakar untuk
pembangkit-pembangkit non renewable tersebut,

maka pembangkit listrik dengan bahan bakar


renewable mutlak diperlukan.
3. Dari analisa aspek teknis, diperoleh kesimpulan:
Komponen sipil PLT Biogas ini terdiri dari
saluran masuk, sistem pengaduk, reaktor
(digester), saluran keluaran residu, katup
pengaman tekanan, saluran gas dan penampung
gas. Komponen elektro-mekanik PLT Biogas ini
terdiri dari Generator set (GenSet) Biogas 20 kW,
Sistem kontrol ELC (Electronic Load Control)
dan jaringan distribusi dengan kabel tembaga
NYM 4x16 mm2. PLT Biogas direncanakan
dapat memenuhi kebutuhan 40 rumah tangga,
sebuah musholla, sebuah Puskesmas dan
Puskeswan, serta penerangan jalan.
Analisa aspek ekonomi yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan:
Biaya pembangunan PLT Biogas Mekarsari
sebesar 20.900 USD atau setara dengan Rp.209
juta. Biaya pembangkitan total yang terdiri dari
biaya modal dan operasional antara lain, untuk
suku bunga i=6% adalah Rp.337,6/kWh; untuk
suku bunga i=9% adalah Rp.396/kWh; untuk
suku bunga i=12% adalah Rp.460/kWh; Harga
jual listrik rata-rata PLT Biogas (dari tiga suku
bunga) Rp.457,55/kWh.
4. Dengan daya beli listrik rumah tangga sebesar
Rp.562,541/kWh dibandingkan dengan harga
jual rata-rata energi listrik biogas (dari tiga suku
bunga) yang masih dibawah daya beli untuk
listrik
rumah
tangga
yaitu
sebesar
Rp.457,55/kWh. Maka masyarakat di sekitar
Petrnakan Kelompok Tani Mekarsari mampu
untuk membeli energi listrik dengan bahan bakar
Biogas tersebut. Selain itu, jika dilihat dari
parameter-parameter dalam analisa keputusan
yaitu dari segi teknis, ekonomi, lingkungan, dan
sosial dengan beberapa aspek seperti cadangan
bahan
baku,
penguasaan
teknologi,
penanggulangan limbah dan aspek ekonomi
didapatkan total perhitungan aspek-aspek
tersebut sebesar + 50, maka Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas dengan menggunakan kotoran
sapi layak untuk dikembangkan di Peternakan
Kelompok Tani Mekarsari.
5. Diperkirakan akan terjadi perubahan yang
signifikan terhadap keadaan penduduk di sekitar
Petrnakan Kelompok Tani Mekarsari setelah
dibangunnya sebuah Pembangkit Listrik Biogas
Kotoran Sapi. Baik dari segi lingkungan yang
sebelumnya kotor karena banyak limbah kotoran
sapi yang tidak diolah, menjadi bersih karena
terolahnya
limbah
tersebut.
Kondisi
ketenagalistrikan dan ekonomi yang awalnya
sering terganggu karena seringnya terjadi
pemadaman, menjadi tidak terganggu. Hingga
dampak yang bagus untuk peningkatan kualitas

-9-

komoditi peternakan di daerah tersebut.


Sehingga tujuan utama Menuju Desa Mandiri
Energi dapat segera tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, 2005
Mahmudsyah
Syarifuddin,
LPPM-ITS,
Masukan / tanggapan UU Energi no.30 tahun
2007.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2007 Tentang Energi.
4. PLN Statistik 2009, PT PLN (Persero) Jakarta,
2009
5. Jawa Timur dalam angka 2010, BPS Jawa
Timur, 2010
6. Teguh Wikan Widodo, Ana N, A.Asari dan
Elita R, Pemanfaatan Limbah Industri
Pertanian Untuk Energi Biogas, 2009, Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian
7. Teguh Wikan Widodo, A.Asari, Teori dan
Konstruksi Instalasi Biogas, 2009, Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan
Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.
8. Bibit
Supardi,
MEMBANGUN
DESA
MANDIRI ENERGI, 2008, Uninersitas Gajah
Mada
9. Bojonegoro dalam angka 2009, BPS Jawa
Timur, 2009
10. Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, 2010
11. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, 2010
12. PLN Statistik 2009, PT PLN (Persero) Jawa
Timur, 2009
13. Kecamatan Dander dalam angka 2009, BPS
Jawa Timur, 2009
14. http://mekarsari-dander.blogspot.com/
15. www.zonaberita.com, 2010
16. Peternakan Mekarsari Dander Bojonegoro Jawa
Timur
17. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kab
Bojonegoro, 2010
18. http://www.ccc-sh.com, Shanghai Chenchang
Power Technology Co., Ltd.
19. Harsono Soepardjo, Energi Baru
dan Terbarukan, 2007, Kompas
20. http://www.bojonegorokab.go.id, website
resmi pemerintah Kabupaten Bojonegoro,
2010
1.
2.

Andi Hanif, dilahirkan di Surabaya


pada tanggal 13 Juli 1987. Pada
tahun 2005 penulis lulus dari SMUN
6 Surabaya, dan melanjutkan studi di
D3 Teknik Elektro Industri PENSITS, dan lulus pada tahun 2008, dan
melanjutkan studi S1 di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
jurusan Teknik Elektro bidang studi
Sistem Tenaga.

- 10 -

Anda mungkin juga menyukai