Anda di halaman 1dari 22

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan

kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi
manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan
alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara
langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zatzat pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah
menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara
tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali
dan tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kotakota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa
kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO
sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa
dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:
Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi,
batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida
(NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam,
smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar
fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami
(misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx
tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara,
setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi
ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan
asam.

Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk
asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan
tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang
merupakan pH hujan normal), yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam
menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan
hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi.
Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di
dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan
(karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx,
SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan
industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi
jangkauan mata dalam memandang.

Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara.
Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga
terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar
matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer
menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari
gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana.
Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan
sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah
karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi
hanya 1,5 ton
Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak


bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain
akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat
menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut
disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dampak Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari
pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul
terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini
memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara
terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

1. Oksida Karbon
Unsur utama semua bahan bakar adalah karbon. Senyawa karbon yang terbakar
menghasilkan asap ( partikel karbon padat di udara ) dan oksida karbon. Gas pencemar
udara dari oksida karbon adalah karbon dioksida ( CO2) dan karbon monoksida ( CO )
a. Karbon Dioksida (CO2)

Fakta tentang karbon dioksida


Karbon dioksida atau CO2, semua orang mengenal senyawa ini sebagai gas, tak berbau, tak
berwarna, tak beracun dan berasal dari setiap mekanisme pembakaran maupun metabolisme.
Gas Karbon dioksida pertama kali diamati keberadaannya oleh Van Helmont, tahun 1577.
Secara statistik alamiah, gas ini tidak melimpah di muka bumi dan konstan persentasenya.
Sejak lama orang tidak memberi perhatian terhadap sifat-sifat gas tersebut. Pemanfaatan gas
CO2 salah satunya adalah dapat diubah fasenya menjadi padat dan disebut dry ice,
digunakan dalam industri pengawetan hingga industri film maupun sinetron (memberi efek
kabut di film serem atau sinetron misteri).
Cerita dibalik si misterius CO2
Lalu mengapa sekarang orang-orang terutama ilmuwan meributkan gas tak bersalah ini ??!
Sebenarnya gas CO2 memang tak bersalah, tapi kitalah yang membuat kesalahan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sering kali tidak sejalan dengan kehendak
alam. Sejak dimulainya revolusi industri di Inggris hingga revolusi telekomunikasi jaman
sekarang telah terjadi peningkatan persentase CO2 di muka bumi akibat aktivitas produksi dan
konsumsi. Mulailah dikenal istilah Green House Effect, yaitu meningkatnya kadar CO2 di
atmosfer menjadikan bumi tambah panas, memberikan efek Global Warming dan
selanjutnya Global Climate Change. Lha, apa hubungan CO2 dengan panas ?, Begini, Karena
kebetulan sifat CO2 yang menyerap energi panas dari radiasi sinar infra merah yang
dipancarkan matahari, akibatnya makin terakumulasilah energi panas tersebut dimuka bumi
bahkan bisa mencairkan es kutub lho ! Ditambah lagi penggunaan senyawa CFC (Chloro
Fluoro Carbon) sebagai pelarut, material gas pendingin dalamrefrigerator dan foaming
agent dalam industri polimer ternyata malah memakan ozone yang melindungi bumi dari
radiasi sinar ultra violet matahari yang berenergi tinggi. Ironisnya fakta lain tentang CFC

menjadikan orang tetap menggunakan CFC, yaitu dia ternyata gas yang tidak terlalu
berbahaya terhadap mahluk hidup, tidak mudah terbakar, dan punya sifat-sifat unik karena
variasi kandungan atom klor dan fluornya. Tapi bumi sudah panas ditambah lagi bumi semakin
terbuka terhadap pancaran energi tinggi UV yang mematikan, menjadikan kalangan terutama
para ilmuwan kalang kabut mencari solusi agar bumi ini tetap menjadi tempat yang nyaman
dihuni paling tidak sampai menjelang kiamat.
Sejelek-jeleknya CO2, masih lebih jelek orang yang tidak perduli lingkungan dan hanya
mengeruk keuntungan dengan menyiksa alam serta korupsi gila-gilaan. Yang paling menderita
dari dampak di atas adalah penduduk bumi awam yang tidak mengerti apa-apa, padahal kita
punya hak hidup yang sama. Nah, patutlah kita cukup berterima kasih kepada beberapa
ilmuwan yang mencurahkan hidupnya bagi penyelamatan bumi ini. Akhirnya ditemukan faktafakta lain dari CO2yang kemungkinan bisa dimanfaatkan demi kebaikan.
Apa to kebaikan CO2 ituh ?
Akhir-akhir ini mulai luas dikenal istilah Green Chemistry atau lebih menarik lagi Green,
Benign and Sustainable Chemistry. Istilah itu sebenarnya adalah gerakan pembaharuan
dalam dunia riset dipelopori oleh para ilmuwan setengah gila yang melawan arus aliran trend
riset, karena pada awalnya riset lebih banyak berkutat pada eksploitasi sumber daya bumi
daripada menyelamatkannya. Seiring dengan semakin ditekannya penggunaan material CFC
sebagai pelarut, maka dicarilah alternatif pengganti yang memiliki sitaf-sifat serupa tapi lebih
ramah terhadap lingkungan. Mulailah ilmuwan melirik manfaat lain dari CO 2 dari sekedar gas
tak berdosa menjadi gas yang tak berdosa sekaligus bermanfaat yaitu sebagai pelarut
superkritis. CO2 sebagai fluida superkritis ??? Wah, buat kita-kita yang awam mungkin sulit
membayangkan, nah akan diulas sedikit tentang sifat-sifatnya. CO2 sebagai fluida superkritis
sebenarnya adalah gas yang dinaikkan temperaturnya mencapai temperatur kritis (temperatur
tertinggi yang dapat mengubah fase gas menjadi fase cair dengan cara menaikkan tekanan),
dan memiliki tekanan kritis (tekanan tertinggi yang dapat mengubah fase cair menjadi fase
gas dengan cara menaikkan temperatur) sehingga sifat-sifatnya berada di antara sifat gas dan
cairan. Nah, bingung bukan ??! Biar lebih jelas silahkan lihat diagram supercritical fluids (SCF)
ini.
Sebagai pelarut superkritis, CO2, telah cukup banyak dimanfaatkan dibidang penelitian dan
industri. Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO2 melainkan cukup menyaringnya
dari udara sekitar kita. Walaupun teknologinya masih mahal, bukan berarti tidak bisa
dimanfaatkan secara nyata. Dibidang isolasi dan pengolahan bahan alam, CO 2 superkritis
dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi maupun de-ekstraksi senyawa-senyawa
aktif dari tumbuhan untuk pengobatan, atau senyawa-senyawa penting untuk industri
makanan, misalnya ekstraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan

atau de-ekstraksi caffein pada kopi. Namun pengembangan lebih lanjut rupanya masih
terhambat oleh miskinnya pengetahuan tentang sifat-sifat maupun fasa-fasa campuran
CO2 superkritis dengan bahan terlarut dan perilaku senyawa terlarut di dalamnya.
Dibidang pertambangan minyak bumi, bahkan penggunaan CO2 yang dicairkan sangat besar.
Fluida ini dialirkan ke dalam sumber-sumber minyak yang mulai menipis cadangannya untuk
mengangkat cadangan minyak tersisa. Masalah utamanya adalah fluida ini kekentalannya
rendah sehingga tidak mampu mengangkat minyak secara maksimum. Pengembangan aditif
yang mampu meningkatkan kekentalan (viscosity) fluida CO2 belum mampu bekerja optimum
karena kelarutan aditif-aditif tersebut yang sulit diperkirakan.
Suatu perkembangan lebih menggembirakan dalam industri polimer kembali mengangkat
kepopuleran CO2. Dupont, sebuah perusahan terkemuka dalam inovasi industri kimia telah
mampu memproduksi semacam busa atau dikenal foamed thermoplastic yang populer
disebut fluoropolimer berkat ditemukannya polimer perfluoroalkil akrilat oleh Desimone dan
rekan tahun 1992. Fluoropolimer ini benar-benar larut dalam CO 2 setelah sebelumnya
digunakan pelarut dan surfaktan berbasis fluor. Permasalahannya adalah pengembangan
foamed polymer yang benar-benar menggunakan CO2 sebagai agen pembuih tidak terlalu
berhasil. Walaupun Dow, suatu perusahaan terkemuka juga dibidang industri polimer, telah
memproduksi polistiren berbasis keseluruhan CO2 sebagai agen pengembang, namun muncul
kesulitan teknis lain dalam polimer berbasis keseluruhan CO2, misalnya pecahnya gelembung
akibat cepatnya difusi CO2 di dalam larutan polimer atau soal bagaimana membuat polimer
yang memiliki daya hantar panas rendah.
Sesungguhnya masih banyak kegunaan yang bisa digali dari gas CO 2sebagai material ramah
lingkungan. Misalnya dalam industri pelapisan material menggunakan polimer yang dapat larut
dalam CO atau pembuatan partikel koloid dalam industri farmasi menggunakan pelarut CO 2.
Kenyataan bahwa gas CO, O2 dan H2 benar-benar dapat bercampur dan larut dalam
CO2 sebenarnya memberikan kemungkinan untuk melakukan reaksi karbonilasi, oksidasi
maupun hidrogenasi dalam pelarut CO2. Namun kendala dalam aplikasi teknologi-teknologi
tersebut secara massal membuat kaum industriawan masih enggan untuk benar-benar beralih
menggunakan CO2.

2. Karbon Monoksida (CO)

Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak
berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129 OC. Gas CO sebagian besar
berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang
padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif
tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari
proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif
sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan
akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi
karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.
Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 > O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO > COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya
sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan
rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata
tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok.
Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan
konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm
selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan
COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu

sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu
yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah
yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman
hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara
mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka kana mempengaruhi
kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang
terdapat pada akar tanaman.
Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan
dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO 2 untuk
mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin darah
membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel
tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat. Reaksi CO
dapat menggantikan O2 dalam haemoglobin dengan reaksi :
02Hb + CO

>

OHb + O2

Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf turun
serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu
tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO 2 dalam
atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah
merupakan bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.
Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat
dihilangkan selaIna 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971),
dengan demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan,
sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan Aspergillus.

2. Oksida Belerang

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO 2 dan gas SO3 yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2berbau tajam dan tidak mudah terbakar,
sedangkan gas SO3bersifat sangat reaktif. Gas SO3mudah bereaksi dengan uap air yang ada
diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah
bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses
perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu
mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan
sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan
iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya)
manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 1 ppm. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah
gas SO2. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada diudara dan
kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :
2SO2 + O2 (udara)

->

2SO3

Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang
terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas SOx diudara meningkat.
Reaksi antara gas SOx dengan uap air yang terdapat di udara akan membentuk asam sulfat
maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan
jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam
sangat merugikan karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa
negara industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karena

sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan
lingkungan semakin parah.
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada
kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral
besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS,
HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak
dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada
proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam.
Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 -> 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 -> 2PbO + 2SO2
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar, penyebaran
gas SOx, ke lingkungan juga tergnatung drai keadaan meteorologi dan geografi setempat.
Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx menjadi asam sulfat
maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang akhirnya akan jatuh sebagai
hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan hutan di Eropa (terutama di
Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang melibatkan pemakaian batu
bara maupun minyak bumi di negeri itu.

Sumber dan pola Paparan


Meskipun sumber alami (gunung berapi atau panas bumi) mungkin hadir pada beberapa
tempat, sumber antropogenik, pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur,
mendominasi daerah perkotaan. Ini termasuk :

Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan dan


pengolahan logam)

Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)

Sumber bergerak (mesin diesel)


Pola paparandan durasi sering menunjukkan perbedaan daerah dan musim yang signifikan,
bergantung pada sumber dominan dan distribusi ruang, cuaca dan pola penyebaran. Pada
konsentrasi tinggi, dimana berlangsung untuk beberapa hari selama musim dingin, bulan
musim dingin yang stabil ketika penyebaran terbatas, masih terjadi pada banyak bagian dunia
dimana batu bara digunakan untuk tempat pemanasan. Sumber daerah biasanya
mendominasi pada beberapa peristiwa, hasil pada pola homogen konsentrasi dan
paparan/pembukaan.

Sebaliknya, jarak peristiwa waktu-singkat dari menit ke jam mungkin terjadi sebagai hasil
pengasapan, penyebaran atau arah angin dari sumber utama. Hasil pola paparan bervariasi
secara substantial, tergantung pada ketinggian emisi, dan kondisi cuaca. Variabel sementara
dari konsentrasi ambient juga sering tinggi pada keadaan tertentu, khususnya untuk sumber
lokal.
Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil, terutama batu bara. Adanya uap air dalam udara akan mengakibatkan
terjadinya reaksi pembentukan asam sulfat maupun asam sulfit. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
SO2 + H2O

->

H2SO3

SO3 + H2O

->

H2SO4

Apabila asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut berkondensasi di udara dan kemudian
jatuh bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari
lagi. Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan. Kerusakan hutan ini
akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur.
Walaupun konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar rendah, namun
bila waktu kontak terhadap tanaman cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi.
Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan tanaman, terlebih lagi bila konsentrasi
SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun.
Kalau waktu paparan lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini akan mengakibatkan
produktivitas tanaman menurun.
Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada
sistem pernapasaannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut
menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke
paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

Lapisan SO2 dan bahaya bagi kesehatan


SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis. dalam bentuk
gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan; pada paparan yang tinggi (waktu singkat)
mempengaruhi fungsi paru-paru.
SO2 merupakan produk sampingan H2SO4 yang mempengaruhi sistem pernapasan.
Senyawanya, terdiri dari garam ammonium polinuklir atau organosulfat, mempengaruhi kerja
alveoli dan sebagai bahan kimia yang larut, mereka melewati membran selaput lendir pada
sistem pernapasan pada makhluk hidup.
Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke pembentukan partikel ditemukan bergabung dengan
pengaruh kesehatan yang banyak.

Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk ke atmosfer
melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton belerang setiap tahunnya, terutama
sebagai SO2dari pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran bensin. Jumlah yang
cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung berapi dalam bentuk
H2S, proses perombakan bahan organik, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang
dihasilkan oleh proses biologis ini dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H 2S per tahun.
Sebagian dari H2S yang mencapai atmosfer secara cepat diubah menjadi SO2 melaui reaksi :
H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O
reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksil ,
H2S + HO- HS- + H2O
yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO 2
HS- + O2 HO- + SO
SO + O2 SO2 + O
Hampir setengahnya dari belerang yang terkandung dalam batu bara dalam bentuk pyrit, FeS 2,
dan setengahnya lagi dalam bentuk sulfur organik. Sulfur dioksida yang dihasilkan oleh
perubahan pyrit melalui reaksi sebagai berikut :
4FeS2 + 11O2 2 Fe2O3 + 8 SO2
Pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki atmosfer dirubah dalam bentuk SO 2 dan hanya
1% atau 2% saja sebagai SO2
Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil dari
SO2yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius karena SO 2 langsung dapat
meracuni makhluk disekitarnya. SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran
pernapasandan kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai pernapasan lemah sangat
peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm,
SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Pencemaran yang cukup tinggi oleh SO2 telah menimbulkan malapetaka yang cukup serius.
Seperti yang terjadi di lembah Nerse Belgia pada 1930, tingkat kandungan SO 2 diudara
mencapai 38 ppm dan menyebabkan toksisitas akut. Selama periode ini menyebabkan
kematian 60 orang dan sejumlah ternak sapi.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat
membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun
rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan
diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam
sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO 2 yang cukup tinggi,
tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat.

Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam,
dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada
penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut.

3. Oksida Nitrogen

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang
sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 adalh berwarna dan berbau,
sedangakn gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO 2 adalah merah kecoklatan
dan berbau tajam menyengat hidung.
Kadar NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah
pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan
yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NO x di udara, seperti transportasi,
generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain.
Pencemaran gas NOx diudara teruatam berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang
keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan
bahan bakar gas alami. Keberadaan NOx diudara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang
mengikuti daur reaksi fotolitik NO2 sebagai berikut :
NO2 + sinar matahari

O + O2
O3 + NO

NO + O

O3 (ozon)

NO2 + O2

Ada dua cara untuk menghindari pembakaran tidak sempurna, maka dilakukan 2 proses
pembakaran yaitu :

1. Bahan bakar dibakar pada temperatur tinggi dengan sejumlah udara sesuai dengan
persamaan stoikiometri, misalnya dengan 90 -95% udara. Pembakaran NO dibatasi tidak
dengan adanya kelebihan udara.
2. Bahan bakar dibakar sempurna pada suhu relatif rendah dengan udara berlebih. Suhu
rendah menghindarkan pembentukan NO.
Kedua proses ini menurunkan pembentukan NO sampai 90%. NO 2pada manusia dapat
meracuni paru-paru, kadar 100 ppm dapat menimbulkan kematian, 5 ppm setelah 5 menit
menimbulkan sesak nafas.

Sumber dan Pola Paparan


Sumber utama NOx pada atmosfer adalah dari jalan lalu lintas. Ini bertanggung jawab untuk
sekitar setengah dari total emisi yang ada di Eropa. Sumber utama lainnya adalah dari
pembangkit tenaga listrik, pabrik pemanas, dan proses industri.
Banyak NOx diemisikan sebagai NO, dimana teroksidasi menjadi NO2oleh ozon atau oksidan
lain.
Meskipun kendraan bermotor didata untuk sekitar 50 % dari emisi NO x, proporsi lebih tinggi
dikota. Di London, 74 % emisi NOx akibat dari lalulintas jalan.
Strategi monitoring untuk NO2 diambil dari data pola ruang dan penyebaran populasi yang
paling banyak didominasi oleh lalu lintas jalan.
Karakteristik polutan yang dirancang pada program monitoring NO2adalah :

Konsentrasi yang lebih besar ditentukan oleh emisi lalulintas jalan

Ini adalah ruang yang homogen, polutan sekunder

Rasio dari puncak untuk mengartikan konsentrasi secara statistik yang kuat dan
berguna.

Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (NOx)


Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida (NO) dan gas
nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang berbeda dan
keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit
diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO 2 bila
mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat
kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak
berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang
tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang.
Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan
menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO 2.

Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan
hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman
antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi
gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam
keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti
yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan
fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnyaPeroxy Acetil Nitrates yang
disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang
menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya
yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry
Smog yang sangat menggangu lingkungan.

Pengaruh bagi kesehatan


Nitrogen dioksida merupakan polutan udara yang dihasilkan pada proses pembakaran. Ketika
nitrogen dioksida hadir, nitrogen oksida juga ditemukan ; gabungan dari NO dan NO 2 secara
kolektif mengacu kepada nitrogen oksida (NOx).
Pada sangat konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada kecelakaan industri yang
fatal, paparan NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru yang berat dan cepat. Pengaruh
kesehatan mungkin juga terjadi pada konsentrasi ambient yang jauh lebih rendah seperti pada
pengamatan selama peristiwa polusi di kota. Bukti yang didapatkan menyarankan bahwa
penyebaran ambient kemungkinan akibat dari pengaruh kronik dan akut, khususnya pada subgrup populasi orang yang terkena asma.
NO2 terutama berkelakuan sebagai agen pengoksidasi yang kemungkinan merusak membran
sel dan protein. Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan menyebabkan peradangan yang
akut. Ditambah lagi, penyebaran dalam waktu-singkat berpengaruh terhadap peningkatan
resiko infeksi saluran pernapasan. Meskipun banyak pengontrolan penyebaran yang dilakukan,
fakta secara jelas mendefinisikan hubungan antara konsentrasi atau dosis dan umpan baliknya
tidaklah cukup.
Untuk penyebaran yang akut, hanya konsentrasi yang sangat tinggi (>1880 Mg/m3, 1 ppm)
mempengaruhi kesehatan orang ; bilamana, orang dengan asma atau penyakit paru-paru
yang akut lebih rentan pada konsentrasi lebih rendah.

4. Logam Timbel (Pb)

Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Pb dan nomor atom 82.
Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum. Timbal (Pb) adalah logam berat yang
terdapat secara alami di dalam kerak bumi. Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil
aktivitas manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami
yang terdapat pada kerak bumi. Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih logam. Unsur Pb
digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan
korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya
yang toksik (beracun) terhadap manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh
melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
[Toksisitas

Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal diantaranya:


1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb)
2. Meningkatnya kadar asam -aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan
kadar protoporphin dalam sel darah merah
3. Memperpendek umur sel darah merah
4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan
kandungan logam Fe dalam plasma darah.
Timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah adalah 35
hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30
hari.
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:

1. Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat sistem pembentukan


hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.

2. Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala


epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis,
lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria.
4. Sistem gastro-intestinal; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
5. Sistem kardiovaskuler; di mana Pb dapat menyebabkan peningkatana
permeabilitas pembuluh darah.

6. Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan keguguran, tidak

berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan
teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan

fungsi adrenal
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.

Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 g/dL pada orang
dewasa dan 70 g/dL pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol
dan kapiler , edeme otak, meningkatkanya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi
neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang disertai dengan munculnya ataksia, koma,
kejang-kejang, dan hiperaktivitas.
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin
tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila dalam darah ditemukan
kadar Pb sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan
terjadi penurunan kecerdasan intelektual.
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan,
kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewatparenteral. Logam Pb tidak dibutuhkan
oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka
tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses
karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya lagi terakumulasi
dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
5. Partikulat

Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai
bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas,
dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat
meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan
bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran
udara.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga
berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah
sebagai berikut :
a. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.

b. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke duara akibat letusan gunung berapi.
c. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari
pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi.
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan
hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 25
mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan partikulat
adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap,
fumes dan fog.
Partikel menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan
vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan bangunan,
abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakarana tidak sempuran,
terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah pembakaran bahan bakar
dari sumbernya. Diikuti oleh proses proses industri.
Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas partikel partikel
padat cair. Ukuran partikel dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Terdapat
hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel sebagai pencemar
udara mempunyai waktu hidup yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai
pencemar di duara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa
detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada
ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Partikel debu dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu debu organik, debu mineral, dan
debu metal. Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu
dipengaruhi oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di permukaan
bumi. Partikel debu juga dapat membentuk flok sehingga ukurannya menjadi lebih
besar permukaannya cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini membuat ukurannya menjadi
lebih besar sehingga memudahkan proses pengendapannya di permukaan bumi dengan
bantuan gaya tarik bumi. Partikel debu dengan diameter 1 milimikron mempunyai
kemampuan untuk menghamburkan sinar matahari.
Polusi udara oleh partikel berhubungan erat dengan SO2. Partikel SO2berasal dari
sumber yang sama yaitu pembakaran bahan bakar fosil yang satu sama lain saling
bereaksi secara sinergis dalam memberikan dampak terhadapkesehatan manusia. Benda
partikel ini sering disebut sebagai asap atau jelaga, benda-benda partikulat ini sering
merupakan pencemar udara yang paling kentara dan biasanya juga paling berbahaya.

Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal,
tapi yang paling berbahaya adalah partikel-partikel halus butiran-butiran yang sangat
kecil sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian besar partikel halus
ini terbentuk dengan polutan lain terutama sulfur dioksida dan oksida nitrogen dan secara
kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat dan sulfat.
Partikulat digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair atau padat yang
tersebar di udara dengan ukuran 0,001 m sampai 500 m. Partikulat mengandung zatzat organik maupun zat-zat non organik yang terbentuk dari berbagai macam materi dan
bahan kimia. Ukuran partikel dapat menggambarkan seberapa jauh partikel dapat terbawa
angin, efek yang ditimbulkannya, sumber pencemarannya dan lamanya masa tinggal
partikel di udara.
Berdasarkan lamanya partikel tersuspensi di udara dan rentang ukurannya,
partikel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall (setteable particulate) dan
suspended particulate matter (SPM). Dust fall adalah partikel berbentuk lebih besar dari
10 m. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10m dan keberadaannya
terutama berasal dari proses industri dan pembakaran. Partikel yang masuk ke dalam
paru-paru dapat membahayakan manusia karena:
a. Sifat-sifat kimia dan fisik dari partikel tersebut mungkin beracun
b. Partikel yang masuk tersebut bersifat inert
c. Partikel tersebut membawa molekul-molekul gas berbahaya dengan cara mengabsorbsi
maupun mengadsorpsi yang menyebabkan molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai
dan tertinggal dalam paru-paru yang sensitif.
Benda partikulat, asap dan jelaga disebut benda partikel tetapi bentuk yang paling
berbahaya dari benda padat ini adalah partikel-partikel sangat kecil dan halus yang dapat
menembus ke dalam paru-paru yang hanya dilindungi oleh dinding tipis setebal molekul.
Sering disebut PM10 karena benda partikel tersebut lebih kecil dari 10 mikron,
kebanyakan partikel halus itu berasal dari senyawa sulfus dan nitrogen yang dalam selang
waktu beberapa jam atau beberapa hari berubah dari gas menjadi padat.
Besarnya ukuran partikel debu yang dapat masuk ke dalam saluran pernafasan
manusia adalah yang berukuran 0,1 m sampai 10m dan berada di udara sebagai
suspended particulate matter. Partikel debu dengan ukuran lebih > 10 m akan lebih
cepat mengendap ke permukaan sehingga kesempatan terjadinya pemajanan pada
manusia menjadi lebih kecil dan kalaupun terjadi akan tertahan oleh saluran pernafasan
bagian atas. Debu yang dapat dihirup disebut debu inhalable dengan diameter 10 m
dan berbahaya bagi saluran pernafasan karena mempunyai kemampuan merusak paru-

paru. Sebagian debu yang masuk ke saluran pernafasan berukuran 5 m akan sampai ke
alveoli.

Anda mungkin juga menyukai