Anda di halaman 1dari 2

Nama : Surya Hadi Saputra

Nim : C.411.12.0006

Korupsi Rp 117,5 M, 3 pejabat BNI


dituntut 8 tahun bui
Tiga pejabat BNI cabang Jalan Pemuda Medan masing-masing dituntut dengan hukuman 8
tahun penjara di Pengadilan Tipikor Medan. Jaksa membacakan tuntutan karena menilai
ketiganya bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan negara Rp 117,5 miliar.
Terdakwa korupsi yang dituntut dengan hukuman 8 tahun penjara yaitu Radiyasto, pimpinan
Sentra Kredit Menengah (SKM) BNI Cabang Jalan Pemuda Medan Darul Azli, pimpinan
Kelompok Pemasaran Bisnis BNI Pemuda dan Titin Indriani selaku Relationship BNI SKM
Medan.
"Menutut supaya majelis hakim yang memeriksa perkara ini menyatakan terdakwa Titin
Indriani, Darul Azli dan Radiyasto terbukti secara sah meyakinkan kan 2 ayat (1) UU No 31
Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah jo 55 ayat (1) ke-1," ujar
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rehulina Purba, Senin (1/4).
"Menghukum terdakwa Titin Indriani, Darul Azli dan Radiyasto dengan pidana 8 tahun
penjara dipotong masa tahanan dengan ketentuan terdakwa tetap ditahan," kata Rehulina.
Selain hukuman penjara, JPU juga meminta hakim mendenda ketiga terdakwa Rp 500 juta
subider 5 bulan penjara. Namun, mereka tidak dibebani membayar uang pengganti kerugian
negara.
Jaksa juga memaparkan sejumlah hal yang memberatkan ketiga terdakwa. Mereka dinilai
tidak mengindahkan program pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi, tidak
berterus terang, dan tidak menyesal.
"Sedangkan yang meringankan, terdakwa berlaku sopan selama persidangan. Terdakwa juga
tidak menikmati hasil dari tindak pidana korupsi ini," sebut Rehulina.
Menyikapi tuntutan jaksa, ketiga terdakwa dan kuasa hukumnya menyatakan akan
menyampaikan pembelaan pada persidangan pekan depan. "Kami akan paparkan sanggahan
terhadap materi tuntutan yang disampaikan jaksa pada pledoi," sebut Baso Fakhruddin, seusai
sidang.
Seperti diberitakan, kasus dugaan korupsi pembobolan kredit di BNI Cabang Jalan Pemuda
Medan berawal dari permohonan kredit PT Bahari Dwi Kencana Lestari yang dipimpin Boy
Hermansyah kepada BNI Medan pada 2009. Saat itu, Boy mengajukan kredit Rp 133 miliar
untuk pengembangan usaha, namun yang dikabulkan Rp129 miliar. Dalam proses kredit itu,
Boy diduga menggunakan agunan usaha yang sebelumnya telah diagunkan.
Kejati Sumut dan BPKP Sumut menemukan nilai kerugian negara sebesar Rp117,5 miliar
pada proses penyaluran kredit itu.

Dalam kasus ini, seorang terdakwa lainnya, Mohammad Samsul Hadi, pimpinan rekanan dan
kantor jasa penilaian publik, juga sudah diadili. Proses persidangannya sudah sampai tahap
mendengarkan keterangan saksi.
Sementara itu, tersangka utama dalam perkara ini, Boy Hermansyah, belum diketahui
keberadaannya. Direktur PT Bahari Dwi Kencana Lestari ini masuk dalam Daftar Pencarian
Orang (DPO) Interpol sejak 17 Oktober 2011.

Saran dan Pendapat


Saya sangat setuju bahwa aktor korupsi harus diproses sesuai hukum yang berlaku. Dalam
hal ini menurut saya ada beberapa hal yang harus dicermati khususnya oleh penegak hukum
yaitu jenis korupsinya apakah perorangan atau berjamaah. Untuk yang perorangan mungkin
mudah dalam hal penanganannya, namun untuk korupsi yang berjamaah dalam suatu sistem
tentunya tidak mudah dan dalam hal ini tentunya tidak adil apabila hanya pada lini atas saja
yang dipangkas
Menurut saya ada beberapa hal yang dapat dilakukan supaya dapat meminimalisasi
terjadinya kasus korupsi, yaitu :
1. bentuk sistem dengan tugas pokok, fungsi dan aturan yang jelas
2. berikan penghargaan dan hukuman yang jelas mulai dari bawah sampai lini atas.
3. perhatikan tingkat kesejahteraan pegawai sesuai dengan besar tanggungjawab yang
didapatkan, tanpa adanya kesejahteraan yang memadai kemungkinan terjadinya
korupsi sangat besar.

Tentang penanganan terhadap pelaku korupsi, tentunya uang hasil korupsi harus
dikembalikan secara penuh dan proses hukum terus berjalan.

Anda mungkin juga menyukai