Case GEA - 9
Case GEA - 9
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. CAS
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 11 bulan
Suku
: Palembang
Agama
: Islam
Alamat
IDENTITAS KELUARGA
o AYAH
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
: Tn. IH
: 31 th
: Islam
: Wiraswasta
: SMA
: Pagar Alam
o IBU
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
o No Rekam medik
: Ny. K
: 26 th
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: SMA
: Palembang
: 099695
o Tanggal masuk RS
: 25 Agustus 2014
o Jam masuk RS
: 02.30 wib
o Tanggal keluar RS
: 28 Agustus 2014
o Lama perawatan
: 4 hari
normal
STATUS GENERALISATA
Kepala
: Normocephali
Muka : Edema (-), Pucat (-)
Mata
: Pupil isokor D/S, konjungtiva anemis -/-, Sklera tidak ikterik
Leher
Thorax
COR
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Tampak cembung
: Asites (-), nyeri tekan epigastrium (-),
Genital
Ekstremitas
Superior :
- Edema (-/-)
- Akral hangat (+/+)
- Capillary refill time < 2
Inferior :
Edema (-/-)
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
Lekosit
Hematokrit
Trombosit
Netrofil segment
Limfosit
Monosit
Gula darah sewaktu
10,8 g/dL
15400/uL
36%
676.000/mm3
64%
24%
12%
81
11,5 13 g/dL
5,5 15,5 /uL
34 39 %
250 550/mm3
50-70%
20-40%
2-8%
<140
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Hasil laboraturium (25 Agustus 2014) :
DIAGNOSIS BANDING
Diare
akut
et
causa
viral
infection+Dehidrasi
ringan-
sedang+Hipokalemia
Diare akut et causa bacterial+Dehidrasi ringan-sedang+Hipokalemia
Diare akut et causa parasite infection+Dehidrasi ringan-
sedang+Hipokalemia
USULAN PEMERIKSAAN
Cek elektrolit
Kultur feses
DIAGNOSIS KERJA
6
Penatalaksanaan di bangsal :
P:
IVFD KAEN 3B mikrodrip 40cc/jam
Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV
Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam
Lincprolac 1x1
Zincpro 1x1
Cek feses lengkap, jika leukosit <6 LP antibiotik stop
Hasil
Hijau
Lembek
Negative
Positif
Negative
Negative
Negative
6-10 /LPB
4-8 /LPB
Negative
Negative
Nilai rujukan
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Hasil
130 mmol/L
2,8 mmol/L
Rujukan
136-145
3,5-5,1
9
Klorida/Cl
105 mmol/L
95-107
jam
Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV
Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam
Lincprolac 1x1
Zincpro 1x1
Aspar K 3x175 mg
10
TERAPI PULANG :
Penderita direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poliklinik anak tgl 02-09-2014.
Dan pemberian :
Cefixime 2 x cth
DIAGNOSIS AKHIR
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
11
Pasien perempuan
RESUME
berumur 11 bulan datang ke IGD RSUD Embung
Fatimah Batam oleh kedua orang tuanya dengan keluhan mencret dengan
frekuensi >5x sehari berbau busuk, konsistensi tinja cair disertai lendir dan darah
(-), sejak 1 hari. Keluhan tambahan berupa demam 1 hari, nafsu makan menurun,
minum banyak, perut kembung (+), perut tegang (+) dan lemas (+), rewel (+),
muntah (+).
Keadaan umum tampak sakit sedang. Tanda - tanda vital : T (37,5C),
N(100x/i), R(33x/i). Berat badan pasien 6,9 kg, panjang badan 68 cm, demam (+),
batuk (-), pilek (-), mencret (+) 8 kali sehari
Penderita direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poliklinik anak hari kamis
tgl 02-09-2014.
Dan pemberian :
Cefixime 2 x cth
DISKUSI
PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar?
3. Apa prognosis selama pengobatan di ruang anak pada pasien ini berjalan
dengan baik?
4. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pada pasien ini?
5. Bagaimana edukasi terhadap orang tua pasien?
12
PEMBAHASAN KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
Pada pasien ini datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu,
dengan frekuensi 8 kali dalam sehari dengan konsistensi tinja cair berbau busuk
dijumpai lendir dan darah (-), yang mengarah kepada diare akut. Secara definisi,
diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus
yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan
menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus.
Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Villus mengalami
atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
cairan dan makanan yang tidak terserap/ tercerna akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta
makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan
diare osmotik dari penyerapan air dan nutrisi yang tidak sempurna.
Sedangkan diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
dapat menyebabkan reaksi sistemik. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan
adanya darah dalam tinja yang disebut disenteri. Cara penularan diare ini pada
umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
13
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui
lalat.
Di samping itu juga terdapat penyebab diare non infeksi yang biasanya
timbul pada anak antara lain malabsorbsi seperti defisiensi disakaridase, glukosa
galaktosa, intoleransi laktosa serta alergi. Namun hal tersebut bisa disingkirkan
oleh karena sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.
Insidensi tertinggi terjadinya diare adalah pada kelompok umur 6-11 bulan pada
saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Pada pasien diare, perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi. Adanya
demam menunjukkan proses inflamasi dan dapat pula timbul karena adanya
dehidrasi. Tandatanda utama yang perlu dicari kesadaran, rasa haus, mata cekung
dan turgor kulit abdomen.
14
Tanpa
Dehidrasi ringan-
Dehidrasi berat
Dehidrasi
Baik, sadar
sedang
Gelisah, rewel
Letargi atau
umum
penurunan
Mata
Rasa haus
Normal
Minum biasa,
Cekung
Haus, ingin minum
kesadaran
Sangat cekung
Susah minum atau
Turgor kulit
tidak haus
Kembali cepat
banyak
Kembali lambat
15
a. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi :
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
Eritrosit
: 10,8 g/dl
: 15.400/ul
: 36%
: 676.000/mm3
: 5,2 Juta/ mm3
Kimia Darah :
Glukosa Sewaktu
: 81 mg/dl
Natrium : 130 mmol/L
Kalium : 2,8 mmol/L
Faeces :
Warna
: Hijau
Konsistensi : Lembek
Darah
: Negatif
Lendir
: Positif
Karbohidrat : Negatif
Lemak
: Negatif
Serat
: Positif
Leukosit
: 6-10/ LPB
Eritrosit
: 4-8/ LPB
Amuba
: Negatif
Telur cacing : Negatif
Rotavirus
Sedang
Sering
Shigella
Sedikit
Jarang
Salmonella
Sedikit
Sering
Kolera
Banyak
+
16
h
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Lekosit
5-10x/hari
Cair
Langu
Kuning hijau
-
> 10x/hari
Lembek
Sering
Busuk
Merah hijau
+
Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
+
Terus Menerus
Cair
Amis Khas
Air cucian beras
-
Pada pasien ini diketahui bahwa mencret lebih dari 5 kali sehari,
konsistensi tinja cair, disertai lendir namun tidak ada darah secara makroskopik
dan baunya busuk, namun jika dilihat pada pemeriksaan feses, didapatkan adanya
leukosit dan eritrosit yang dapat kita simpulkan bahwa penyebabnya adalah
bakteri. Parasit juga bisa disingkirkan oleh karena tidak ditemukannya amuba dan
telur cacing dalam pemeriksaan feses. Bakteri penyebabnya bisa Shigella, dan
juga Salmonella. Dugaan lebih kuat adalah Shigella, oleh karena tidak ada muntah
pada pasien ini, sedangkan jika infeksi oleh Salmonella biasanya pasien
cenderung mual dan muntah. Namun diagnosa pasti penyebab diare pada kasus
ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur tinja.
Hipokalemia pada pasien ini juga tegak dari pemeriksaan elektrolit, karena
hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5
mEq/L pada anak, sedangkan pada pasien ini kadar kalium dalam serum adalah
2,8 mEq/L.
17
memberikan cairan tambahan dan ASI sebanyak anak mau, serta berikan
tablet zinc 20 mg/hari selama 10 hari. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat
tetapi bila anak tidak dapat minum sama seklai dikarenakan muntah profus
dapat diberikan rehidrasi secara intavena secepatnya. Berikan 70 ml/kgBB
cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat selama 5 jam, jika tidak tersedia
berikan NaCl 0,9%.
Penatalaksanaan pertama untuk pasien ini belum tepat dengan standar
WHO, yaitu rehidrasi parenteral menggunakan cairan KAEN 3B dengan
dosis 40cc/jam berdasarkan kebutuhan cairan harian. Seharusnya sesuai
dengan rejimen terapi pada dehidrasi ringan-sedang WHO yaitu menggunakan
cairan Ringer laktat, KAEN 3B atau NaCl 0,9% dengan dosis 70cc/KgBB d
berikan selama 5 jam jika anak tidak bisa minum sama sekali atau mengalami
muntah profus seperti pada kasus ini. Lakukan evaluasi tiap jam. Juga
berikan rehidrasi peroral jika anak sudah bisa minum. Bila hidrasi tidak
membaik, tetesan IV dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam
lakukan evaluasi,
pilih
pengobatan
selanjutnya
yang sesuai
yaitu
pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa
dehidrasi. Tetapi pada kasus rehidrasi perenteral diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan harian.
18
dan
keadaan
dapat
menyebabkan
diare
bertambah
19
adalah 300ml, 1-5 tahun adalah 600ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa
adalah 2400ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume
yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita
dan memantau tanda-tanda dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi.
Sebaliknya bila dengan volume di atas kelopak mata menjadi bengkak,
pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih
atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi.
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara
per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama
dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita
dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan penderita
membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan
memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare
tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi
berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik
adalah pemberian cairan parenteral.
2. Pengobatan diare dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik. Jika terdapat 2 atau lebih tanda berikut berarti
anak menderita dehidrasi berat yaitu: letergi atau tidak sadar, mata sangat
cekung, turgor kembali sangat lambat (>2), tidak bisa minum atau malas
minum. Mulai berikan cairan intravena segera pada saat infuse disiapkan beri
larutan oralit jika anak bisa minum. Cara pemberian cairan pada anak dehidasi
berat, umur <12 bulan berikan 30 ml/kgBB selama 1 jam selanjutnya berikan
70 ml/kgBB selama 5 jam, untuk anak dengan umur >12 bulan berikan 30
ml/kgBB selama 30 menit selanjutnya berikan 70 ml/kgBB selama 2,5 jam,
ulangi kembali bila denyut nadi radial masih lemah atau tidak teraba.
20
Mmol/liter
Natrium
75
Klorida
65
Glucose, anhydrous
75
Kalium
20
Sitrat
10
Total Osmolaritas
245
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan:
o Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
o Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
Pada pasien ini sangat tepat diberikan antibiotik, karena indikasi
pemberian antibiotik pada pasien diare adalah diare berdarah dan kolera.
Secara umum tatalaksana pada disenteri dikelola sama dengan kasus diare lain
21
sesuai dengan acuan tatalaksana diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana
disenteri adalam pemberian antibiotika selama 5 hari, dan yang dianjurkan
adalah pemberian sefalosporin generasi ketiga.
Pasien ini juga diberikan zinc/seng, Zinc mengurangi lama dan
beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki
evidence
based
yang
bagus.
Beberapa
penelitian
telah
tubuh
dan
Zinc
juga
berperan
dalam
system
22
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang ASI atau
oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
Pemberian suplemen kalium ditujukan untuk mengembalikan kalium yang
hilang. Pada pasien ini, koreksi dilakukan sudah sesuai dosis yaitu 3 x
225mcg (75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis).
Pada pasien ini juga diberikan probiotik berupa Liprolac. Probiotik
diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan
pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang
tidak minum ASI. Pada sistematik review yang dilakukan Komisi Nutrisi
ESPGHAN (Eropean
Nutrition)
pada
Society
of
Gastroenterology
Hepatology
and
dengan peran probiotik untuk pencegahan diare. Saavedra dkk tahun 1994,
melaporkan pada penelitiannya bahwa susu formula yang disuplementasi
dengan Bifidobacterium lactis dan Streptococcus thermophilus bila diberikan
pada bayi dan anak usia 5-24 bulan yang dirawat di Rumah Sakit dapat
menurunkan angka kejadian diare dari 31% menjadi 7%, infeksi rotavirus
juga berkurang dari 39% pada kelompok placebo menjadi 10% pada
kelompok probiotik. Penelitian Phuapradit P. dkk di Thailand pada tahun
1999 menunjukan bahwa bayi yang minum susu formula yang mengandung
probiotik Bifidobacterium Bb 12 dan Streptococcus thermophylus lebih jarang
menderita diare oleh karena infeksi rotavirus.
Pada pasien ini tidak diberikan obat antidiare, karena obat-obat ini
meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak
23
diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat
ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:
Adsorben
Antimotilitas
Bismuth Subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
3. Apa Prognosis selama pengobatan di ruang anak pada pasien ini berjalan
dengan baik ?
24
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahanlahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan
oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline 5 % dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium pasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5
% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB,
sampai diare berhenti.
Pada pasien ini tidak terjadi komplikasi berupa hipernatremia, dengan kadar
natrium 130 mmol/L.
25
26
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hipontremia (Na < 130 mol/L).
Hipontremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hamper semua
anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau Normal Saline.
Kadar Natrium koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan
0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L.
Hiperkalemia
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 +
2mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya
adalah (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
Kegagalan Upaya Rehidrasi Oral
27
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi
glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan
intravena.
Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh
karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,
hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 40 0C,
hipernatremi atau hiponatremi.
5
penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare terbukti efektif meliputi:
Pemberian ASI yang benar.
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
Penggunaan air bersih yang cukup.
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
28
29
DAFTAR PUSTAKA
30