Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. CAS

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 11 bulan

Suku

: Palembang

Agama

: Islam

Alamat

: Perumahan Rici Blok A/4

IDENTITAS KELUARGA

o AYAH

Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku

: Tn. IH
: 31 th
: Islam
: Wiraswasta
: SMA
: Pagar Alam

o IBU

Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Suku

o No Rekam medik

: Ny. K
: 26 th
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: SMA
: Palembang

: 099695

o Tanggal masuk RS

: 25 Agustus 2014

o Jam masuk RS

: 02.30 wib

o Tanggal keluar RS

: 28 Agustus 2014

o Lama perawatan

: 4 hari

II. ANAMNESA (Alloanamnesa dari ibu pasien)


Tanggal

: 25 Agustus 2014 pukul : 08.00 wib

1. Keluhan Utama : Mencret


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien ini datang dengan keluhan mencret 8 kali berwarna
kuning sejak 1 hari yang lalu, disertai dengan demam. Mencret berbau busuk,
lebih banyak air dari pada ampas serta dijumpai lendir dan darah. Demam
sejak 1 hari yang lalu, pasien sulit makan tapi minum dan ASI mau dan sering,
anak sangat suka minum namun selalu muntah, sulit tidur (+), rewel (+), BAK
(+).
Ibu pasien mengatakan perut anaknya terasa membuncit dan kembung.
Saat diperiksa oleh dokter dan dilihat hasil laboratoriumnya, pasien dalam
keadaan dehidrasi ringan-sedang dan kekurangan elektrolit.
Riwayat pemakaian obat penurunan panas atau lainnya tidak ada. Pada
keluarga, tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien, bahkan
pada pasien, mencret yang dialami sekarang merupakan yang pertama kali
diderita oleh pasien. Riwayat sosial ekonomi pasien ini kurang karena yang
bekerja hanya ayahnya saja.
Ibu pasien mengaku anaknya tidak pernah mengalami gejala seperti
ini. Riwayat persalinan pasien dilahirkan di bidan secara normal. Riwayat
imunisasi lengkap yaitu BCG 1 kali, polio 3 kali, hepatitis B 3 kali, campak 1
kali dan DPT 3 kali. Anak tidak ada riwayat alergi makanan dan obat
sebelumnya, pada saat ini pasien sudah bisa merangkak dan suka

memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya. Riwayat makanan pasien


mengkomsumsi makanan menu keluarga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Keadaan Umum: Tampak Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Nadi
: 100 x/menit
Respirasi
: 26 x/menit
Suhu
: 37,5 C
BB Saat ini
: 6,9 kg
Panjang Badan : 68 cm
Gizi
: Gizi kurang berdasarkan Z-skor (umur/BB)

ANTROPOMETRI BERDASARKAN Z-SKOR


Antropometri BB/umur= nilai individu subjek-Nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan
= 6,9-8,7 = -1,8 atau dengan kesimpulan pasien mengalami gizi baik
8,7-7,7
Antropometri PB/umur= nilai individu subjek-Nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan

= 68-72,8 = -1,92 atau dengan kesimpulan panjang badan pasien normal


72,8-70,3
Antropometri BB/PB= nilai individu subjek-Nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan
= 6,9-7,7= -1,33 atau dengan kesimpulan berat badan sesuai panjang badan pasien
7,7-7,1

normal

STATUS GENERALISATA
Kepala
: Normocephali
Muka : Edema (-), Pucat (-)
Mata
: Pupil isokor D/S, konjungtiva anemis -/-, Sklera tidak ikterik

-/-, Oedem palpebra (-/-). Mata cekung (+/+)


Hidung : Sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Secret (-/-)
Mulut : Sianosis bibir (-)

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB, massa (-).

Thorax

: Pergerakan thorak simetris D/S


O
O
O
O

Inspeksi : Retraksi dinding dada (-).


Palpasi : Fokal fremitus simetris,
Krepitasi (-), Massa (-)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi:
Pulmo

: Vesikuler D/S sama, Rhonki (-/-)


Wheezing (-/-)

COR

: Bunyi jantung I/II dalam reguler,


gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi
Palpasi

: Tampak cembung
: Asites (-), nyeri tekan epigastrium (-),

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, distensi (+), turgor

Genital

kulit kembali lambat.


Perkusi
: hipertimpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) hipoaktif
: Tidak dilakukan pemeriksaan.

Ekstremitas

Superior :

- Edema (-/-)
- Akral hangat (+/+)
- Capillary refill time < 2
Inferior :
Edema (-/-)

Akral hangat (+/+)

Capillary refill time < 2

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Hemoglobin
Lekosit
Hematokrit
Trombosit
Netrofil segment
Limfosit
Monosit
Gula darah sewaktu

10,8 g/dL
15400/uL
36%
676.000/mm3
64%
24%
12%
81

11,5 13 g/dL
5,5 15,5 /uL
34 39 %
250 550/mm3
50-70%
20-40%
2-8%
<140

PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Hasil laboraturium (25 Agustus 2014) :

DIAGNOSIS BANDING
Diare
akut

et

causa

viral

infection+Dehidrasi

ringan-

sedang+Hipokalemia
Diare akut et causa bacterial+Dehidrasi ringan-sedang+Hipokalemia
Diare akut et causa parasite infection+Dehidrasi ringan-

sedang+Hipokalemia
USULAN PEMERIKSAAN

Cek feses rutin

Cek elektrolit

Kultur feses
DIAGNOSIS KERJA
6

Diare akut et causa bacterial+Dehidrasi ringan-sedang+Hipokalemia

TERAPI RAWAT INAP

IVFD KAEN 3B mikrodrip 40cc/jam

Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV

Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam

Donperidon syrup 3x3/4 Cth

FOLLOW UP PASIEN DI BANGSAL


1. Hari ke 1 perawatan (25-08-2014)
Jam 06.35
Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran kompos mentis,
Tanda-tanda vital : T (35,8C), N(148x/i), R(43x/i). mencret (+) 3kali, lendir
(+), darah (-). Pasien tidak demam dan tampak lemas disertai dengan batuk,
muntah (+), rewel (+). Perut tampak kembung, distensi (+), bising usus (+)
hipoaktif, organ intraabdomen sulit dinilai.
Kesan : Pasien demam dan tampak lemas. Mencret dengan frekuensi 3 kali,
konsistensi encer disertai dengan lendir dan berwarna kuning.

Penatalaksanaan di bangsal :
P:
IVFD KAEN 3B mikrodrip 40cc/jam
Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV
Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam
Lincprolac 1x1
Zincpro 1x1
Cek feses lengkap, jika leukosit <6 LP antibiotik stop

2. Hari ke 2 perawatan (26-08-2014)


Jam 06.35
Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran komposmentis
Tanda-tanda vital : T (36,8C), N(158x/i), R(45x/i). Demam (-), mencret
sudah berkurang dengan frekuensi 2 kali, konsistensi cair, lendir (+), darah (-),
ampas sedikit. Perut masih tampak cembung dan keras, muntah (+), rewel (+)
distensi (+), bising usus (+)
Kesan : keadaan umum mulai membaik. Mencret sudah ada perbaikan.
Penatalaksanaan di bangsal :
P:
IVFD KAEN 3B mikrodrip 40cc/jam
Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV
Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam
Lincprolac 1x1
Zincpro 1x1
Cek natrium dan kalium
Hasil cek feses lengkap
Pemeriksaan
Warna
Konsistensi
Darah
Lendir
Karbohidrat
Lemak
Serat
Lekosit
Eritrosit
Amuba
Telur cacing

Hasil
Hijau
Lembek
Negative
Positif
Negative
Negative
Negative
6-10 /LPB
4-8 /LPB
Negative
Negative

Nilai rujukan

Negative
Negative
Negative
Negative
Negative

Negative
Negative

Hasil cek natrium dan kalium


Pemeriksaan
Natrium/Na
Kalium

Hasil
130 mmol/L
2,8 mmol/L

Rujukan
136-145
3,5-5,1
9

Klorida/Cl

105 mmol/L

95-107

3. Hari ke 3 perawatan (27-08-2014)


Jam 06.55
Keadaan umum sudah mulai membaik. Kesadaran komposmentis. Tandatanda vital : T (36,3C), N(142x/i), R(42x/i). demam (-), batuk (-), rewel (-)
mencret (+) sebanyak 2 kali, lendir(+), darah (-), sudah disertai ampas,
muntah (+) namun berkurang. Perut sudah tidak kembung dan tegang
Kesan : Keadaan umum mulai membaik
Penatalaksanaan di bangsal :
P:
IVFD KAEN 3B mikrodrip 40cc/jam, diganti D 5%, NS 200cc/24

jam
Injeksi Cefotaxime 2x300 mg IV
Paracetamol syrup 3x1/4 Cth jika demam
Lincprolac 1x1
Zincpro 1x1
Aspar K 3x175 mg

10

4. Hari ke 4 perawatan (28-08-2014)


Jam 06.55
Keadaan umum sudah membaik. Kesadaran komposmentis. Tanda-tanda
vital : T (37,0C), N(100 x/i), R(33x/i). Demam (-), batuk (-), pilek (-), rewel
(-) BAB (+), mencret (+) 2 kali dalam sehari ampas sudah lebih banyak, lendir
(-), darah (-), nafsu makan dan minum baik, muntah (-). Perut sudah tidak
tegang dan kembung.
Kesan : Keadaan umum membaik

PASIEN BOLEH PULANG

TERAPI PULANG :
Penderita direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poliklinik anak tgl 02-09-2014.
Dan pemberian :

Cefixime 2 x cth

DIAGNOSIS AKHIR

Diare akut et causa bacterial +Dehidrasi ringan-sedang+Hipokalemia

PROGNOSIS

Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam

11

Pasien perempuan

RESUME
berumur 11 bulan datang ke IGD RSUD Embung

Fatimah Batam oleh kedua orang tuanya dengan keluhan mencret dengan
frekuensi >5x sehari berbau busuk, konsistensi tinja cair disertai lendir dan darah
(-), sejak 1 hari. Keluhan tambahan berupa demam 1 hari, nafsu makan menurun,
minum banyak, perut kembung (+), perut tegang (+) dan lemas (+), rewel (+),
muntah (+).
Keadaan umum tampak sakit sedang. Tanda - tanda vital : T (37,5C),
N(100x/i), R(33x/i). Berat badan pasien 6,9 kg, panjang badan 68 cm, demam (+),
batuk (-), pilek (-), mencret (+) 8 kali sehari
Penderita direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poliklinik anak hari kamis
tgl 02-09-2014.
Dan pemberian :

Cefixime 2 x cth

DISKUSI
PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar?
3. Apa prognosis selama pengobatan di ruang anak pada pasien ini berjalan
dengan baik?
4. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pada pasien ini?
5. Bagaimana edukasi terhadap orang tua pasien?

12

PEMBAHASAN KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
Pada pasien ini datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu,
dengan frekuensi 8 kali dalam sehari dengan konsistensi tinja cair berbau busuk
dijumpai lendir dan darah (-), yang mengarah kepada diare akut. Secara definisi,
diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus
yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan
menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus.
Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Villus mengalami
atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
cairan dan makanan yang tidak terserap/ tercerna akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta
makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan
diare osmotik dari penyerapan air dan nutrisi yang tidak sempurna.
Sedangkan diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
dapat menyebabkan reaksi sistemik. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan
adanya darah dalam tinja yang disebut disenteri. Cara penularan diare ini pada
umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau

13

barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui
lalat.
Di samping itu juga terdapat penyebab diare non infeksi yang biasanya
timbul pada anak antara lain malabsorbsi seperti defisiensi disakaridase, glukosa
galaktosa, intoleransi laktosa serta alergi. Namun hal tersebut bisa disingkirkan
oleh karena sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.
Insidensi tertinggi terjadinya diare adalah pada kelompok umur 6-11 bulan pada
saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Pada pasien diare, perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi. Adanya
demam menunjukkan proses inflamasi dan dapat pula timbul karena adanya
dehidrasi. Tandatanda utama yang perlu dicari kesadaran, rasa haus, mata cekung
dan turgor kulit abdomen.

14

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO.


Penilaian
Keadaan

Tanpa

Dehidrasi ringan-

Dehidrasi berat

Dehidrasi
Baik, sadar

sedang
Gelisah, rewel

Letargi atau

umum

penurunan

Mata
Rasa haus

Normal
Minum biasa,

Cekung
Haus, ingin minum

kesadaran
Sangat cekung
Susah minum atau

Turgor kulit

tidak haus
Kembali cepat

banyak
Kembali lambat

tidak bisa minum


Kembali sangat
lambat

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan vital sign T (37,5C), N(100x/i), R(33x/i),


keadaan umum lemas, mata cekung, rewel, turgor kulit kembali lambat, bising
usus menurun, pasien ingin terus minum dapat digolongkan ke dalam dehidrasi
ringan-sedang.
Saluran cerna merupakan salah satu tempat yang sering menjadi tempat
kehilangan kalium akut. Diare menyebabkan kehilangan kalium yang banyak,
sehingga dapat menjadi hipokalemia yang merupakan komplikasi dari diare akut.
Manifestasi hipokalemia adalah efek gangguan potensial membran pada sistem
kardiovaskular, neuromuskular dan gastrointestinal. Tanda dan gejala dari
kekurangan kalium jarang terjadi jika kadar serum kalium kurang dari 3,5 mEq/L.
Biasanya gejala datang pelan-pelan sehingga sulit terdeteksi. Terdapat banyak
tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan fungsi gastrointestinal,
termasuk anoreksia, nausea, dan muntah-muntah. Atonia otot polos sistem
gastrointestinal dapat menyebabkan sembelit, kembung karena hipokalemia yang
disebut ileus paralitik. Saat ada gangguan gastrointestinal maka secara perlahan
akan mengganggu pemasukan kalium. Pada pasien ini, terdapat tanda-tanda
hipokalemia dari pemeriksaan fisik, yaitu perut kembung dan hipomotilitas usus,
sehingga dapat dicurigai hipokalemia saat pasien datang.

15

a. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi :

Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
Eritrosit

: 10,8 g/dl
: 15.400/ul
: 36%
: 676.000/mm3
: 5,2 Juta/ mm3

Kimia Darah :

Glukosa Sewaktu
: 81 mg/dl
Natrium : 130 mmol/L
Kalium : 2,8 mmol/L

Faeces :

Warna
: Hijau
Konsistensi : Lembek
Darah
: Negatif
Lendir
: Positif
Karbohidrat : Negatif
Lemak
: Negatif
Serat
: Positif
Leukosit
: 6-10/ LPB
Eritrosit
: 4-8/ LPB
Amuba
: Negatif
Telur cacing : Negatif

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak


diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare, meskipun pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan.
Dari pemeriksaan tinja dapat diketahui penyebab diare.
Sifat Tinja
Volume
Mual/Munta

Rotavirus
Sedang
Sering

Shigella
Sedikit
Jarang

Salmonella
Sedikit
Sering

Kolera
Banyak
+
16

h
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Warna
Lekosit

5-10x/hari
Cair
Langu
Kuning hijau
-

> 10x/hari
Lembek
Sering
Busuk
Merah hijau
+

Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Kehijauan
+

Terus Menerus
Cair
Amis Khas
Air cucian beras
-

Pada pasien ini diketahui bahwa mencret lebih dari 5 kali sehari,
konsistensi tinja cair, disertai lendir namun tidak ada darah secara makroskopik
dan baunya busuk, namun jika dilihat pada pemeriksaan feses, didapatkan adanya
leukosit dan eritrosit yang dapat kita simpulkan bahwa penyebabnya adalah
bakteri. Parasit juga bisa disingkirkan oleh karena tidak ditemukannya amuba dan
telur cacing dalam pemeriksaan feses. Bakteri penyebabnya bisa Shigella, dan
juga Salmonella. Dugaan lebih kuat adalah Shigella, oleh karena tidak ada muntah
pada pasien ini, sedangkan jika infeksi oleh Salmonella biasanya pasien
cenderung mual dan muntah. Namun diagnosa pasti penyebab diare pada kasus
ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur tinja.
Hipokalemia pada pasien ini juga tegak dari pemeriksaan elektrolit, karena
hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5
mEq/L pada anak, sedangkan pada pasien ini kadar kalium dalam serum adalah
2,8 mEq/L.

2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah benar?


Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus bisa dirawat di
rumah, Puskesmas atau Rumah Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan
terapi rehidrasi oral menggunakan larutan oralit 75 mg/kgBB dalam 3 jam
pertama di klinik sesuai dengan berat badan anak atau umur jika berat badan
anak tidak diketahui. Tunjukan pada ibu cara pemberian oralit yaitu 1 sendok
teh tiap 1-2 menit jika umur anak dibawah 2 tahun. Anjurkan ibu untuk

17

memberikan cairan tambahan dan ASI sebanyak anak mau, serta berikan
tablet zinc 20 mg/hari selama 10 hari. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat
tetapi bila anak tidak dapat minum sama seklai dikarenakan muntah profus
dapat diberikan rehidrasi secara intavena secepatnya. Berikan 70 ml/kgBB
cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat selama 5 jam, jika tidak tersedia
berikan NaCl 0,9%.
Penatalaksanaan pertama untuk pasien ini belum tepat dengan standar
WHO, yaitu rehidrasi parenteral menggunakan cairan KAEN 3B dengan
dosis 40cc/jam berdasarkan kebutuhan cairan harian. Seharusnya sesuai
dengan rejimen terapi pada dehidrasi ringan-sedang WHO yaitu menggunakan
cairan Ringer laktat, KAEN 3B atau NaCl 0,9% dengan dosis 70cc/KgBB d
berikan selama 5 jam jika anak tidak bisa minum sama sekali atau mengalami
muntah profus seperti pada kasus ini. Lakukan evaluasi tiap jam. Juga
berikan rehidrasi peroral jika anak sudah bisa minum. Bila hidrasi tidak
membaik, tetesan IV dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam
lakukan evaluasi,

pilih

pengobatan

selanjutnya

yang sesuai

yaitu

pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa
dehidrasi. Tetapi pada kasus rehidrasi perenteral diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan harian.

18

1. Pengobatan diare tanpa dehidrasi


TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah
tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin, larutan gula garam, kuah
sayur-sayuran, dan sebagainya. Pengobatan dapat dilaukan di rumah oleh
keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10ml/kgBB atau
untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100ml, 1-5 tahun adalah 100-200ml, 5-12
tahun adalah 200-300ml dan dewasa adalah 300-400ml setiap BAB.
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1-2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir
atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok
setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan
tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih
kurang 6 kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama
pisang. Makanan yang merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak)
jangan diberikan dulu. Karena
hebat

dan

keadaan

dapat

menyebabkan

diare

bertambah

anak bertambah berat serta jatuh dalam keadaan

dehidrasi ringan-sedang, obati dengan cara pengobatan dehidrasi ringansedang.


2. Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang
TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harud dirawat di sarana
kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah
oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak
diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat
ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu untuk umur < 1 tahun

19

adalah 300ml, 1-5 tahun adalah 600ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa
adalah 2400ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume
yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita
dan memantau tanda-tanda dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi.
Sebaliknya bila dengan volume di atas kelopak mata menjadi bengkak,
pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih
atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi.
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara
per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama
dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita
dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan penderita
membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan
memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare
tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi
berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik
adalah pemberian cairan parenteral.
2. Pengobatan diare dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik. Jika terdapat 2 atau lebih tanda berikut berarti
anak menderita dehidrasi berat yaitu: letergi atau tidak sadar, mata sangat
cekung, turgor kembali sangat lambat (>2), tidak bisa minum atau malas
minum. Mulai berikan cairan intravena segera pada saat infuse disiapkan beri
larutan oralit jika anak bisa minum. Cara pemberian cairan pada anak dehidasi
berat, umur <12 bulan berikan 30 ml/kgBB selama 1 jam selanjutnya berikan
70 ml/kgBB selama 5 jam, untuk anak dengan umur >12 bulan berikan 30
ml/kgBB selama 30 menit selanjutnya berikan 70 ml/kgBB selama 2,5 jam,
ulangi kembali bila denyut nadi radial masih lemah atau tidak teraba.

20

Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah.


Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun
efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low
osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan
mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian
muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan
oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak.
Komposisi Oralit
Oralit Baru Osmolaritas Rendah

Mmol/liter

Natrium

75

Klorida

65

Glucose, anhydrous

75

Kalium

20

Sitrat

10

Total Osmolaritas

245

Ketentuan pemberian oralit formula baru


a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang untuk
persediaan 24 jam
c.

Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan

ketentuan:
o Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
o Untuk anak 2 tahun atau lebih: berikan 100-200ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
Pada pasien ini sangat tepat diberikan antibiotik, karena indikasi
pemberian antibiotik pada pasien diare adalah diare berdarah dan kolera.
Secara umum tatalaksana pada disenteri dikelola sama dengan kasus diare lain

21

sesuai dengan acuan tatalaksana diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana
disenteri adalam pemberian antibiotika selama 5 hari, dan yang dianjurkan
adalah pemberian sefalosporin generasi ketiga.
Pasien ini juga diberikan zinc/seng, Zinc mengurangi lama dan
beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki

evidence

based

yang

bagus.

Beberapa

penelitian

telah

membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selam


10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak
penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang
dikeluarkan. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil,
dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel,
anti oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap,
pengecapan, serta nafsu makan.
kekebalan

tubuh

dan

Zinc

juga

berperan

dalam

system

meripakan mediator potensial pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare


akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna
selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan
elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Pengobatan dengan zinc
cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena
tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak

22

Anak di bawah umur 6 bulan : 10mg ( tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan

: 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang ASI atau
oralit, Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
Pemberian suplemen kalium ditujukan untuk mengembalikan kalium yang
hilang. Pada pasien ini, koreksi dilakukan sudah sesuai dosis yaitu 3 x
225mcg (75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis).
Pada pasien ini juga diberikan probiotik berupa Liprolac. Probiotik
diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan
pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang
tidak minum ASI. Pada sistematik review yang dilakukan Komisi Nutrisi
ESPGHAN (Eropean
Nutrition)

pada

Society

of

Gastroenterology

Hepatology

and

tahun 2004, didapatkan laporan-laporan yang berkaitan

dengan peran probiotik untuk pencegahan diare. Saavedra dkk tahun 1994,
melaporkan pada penelitiannya bahwa susu formula yang disuplementasi
dengan Bifidobacterium lactis dan Streptococcus thermophilus bila diberikan
pada bayi dan anak usia 5-24 bulan yang dirawat di Rumah Sakit dapat
menurunkan angka kejadian diare dari 31% menjadi 7%, infeksi rotavirus
juga berkurang dari 39% pada kelompok placebo menjadi 10% pada
kelompok probiotik. Penelitian Phuapradit P. dkk di Thailand pada tahun
1999 menunjukan bahwa bayi yang minum susu formula yang mengandung
probiotik Bifidobacterium Bb 12 dan Streptococcus thermophylus lebih jarang
menderita diare oleh karena infeksi rotavirus.
Pada pasien ini tidak diberikan obat antidiare, karena obat-obat ini
meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak

23

diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat
ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Adsorben

Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine.


Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya
untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang
menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi
mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktik dari
penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.

Antimotilitas

Contoh: loperamide, hydrochloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture


opii, paregoric, codein.
Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan
tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat
menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat
memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organism
penyebab. Dapat terjadi efek sedatif pada dosis normal. Tidak satu pun dari
obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.

Bismuth Subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dengan diare akut sebanyak 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
3. Apa Prognosis selama pengobatan di ruang anak pada pasien ini berjalan
dengan baik ?

Prognosis umumnya baik. Keadaan pasien stabil

Menunjukan respon terhadap pengobatan selama di ruang anak

Tidak terjadi syok hipovolemik

24

Prognosis quo ad vitam penderita adalah ad bonam

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan


terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Penderita dipulangkan
apabila ibu sudah dapat/sanggup membuat/memberikan oralit kepada anak
dengan cukup walaupun diare masih berlangsung dan diare bermasalah atau
dengan penyakit penyerta sudah diketahui dan diobati
4. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pada kasus ini
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa
diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.
Gangguan Elektrolit

Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahanlahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan
oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline 5 % dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa
kembali natrium pasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5
% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB,
sampai diare berhenti.
Pada pasien ini tidak terjadi komplikasi berupa hipernatremia, dengan kadar
natrium 130 mmol/L.

25

26

Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hipontremia (Na < 130 mol/L).
Hipontremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hamper semua
anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau Normal Saline.
Kadar Natrium koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan
0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L.

Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian


kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB iv pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan
monitor detak jantung.

Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 +
2mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya
adalah (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB).
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
Kegagalan Upaya Rehidrasi Oral

27

Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi
glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan
intravena.
Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang
sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh
karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,
hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 40 0C,
hipernatremi atau hiponatremi.
5

Apa edukasi yang harus diberikan pada pasien diare?


Untuk upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare.
Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada

penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare terbukti efektif meliputi:
Pemberian ASI yang benar.
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
Penggunaan air bersih yang cukup.
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air

besar dan sebelum makan.


Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.
Membuang tinja bayi yang benar.

2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (Host)


Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan

dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.


Meneruskan pemberian makanan karena dapat mempercepat kembalinya
fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi

28

berbagai nutrisi, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau


paling tidak dikurangi.
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus atau diare
makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie Mohammad, Soenarto Sri, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, Rosalina


Ina, Mulyani Nenny. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, Jilid 1. Jakarta:
IDAI; 2012. h.87-120
2. Gatot Djajadiman, Idjradinata Ponpon, Abdulsalam Maria, Lubis Bidasari,
Soedjatmiko, Hendarto Aryono, Handryastuti Setyo, et al. Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Suplementasi Besi Untuk Anak. Edisi ke-1.
Jakarta: IDAI; 2011
3. Dadiyanto Dwi, Muryawan Heru, Anindita, Buku ajar ilmu kesehatan anak,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2011. h. 124-133
4. WHO, Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Edisi ke-1.
Jakarta; 2009. h. 131-145
5. Verive Michael, Windle Mary, Evans Barry, Cataletto Mary, Corden Timothy.
2013.
Pediatric
Hypokalemia.
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.co m/article/907757-overview [Diunduh 20 Mei
2014]

30

Anda mungkin juga menyukai