Epistaksis
Epistaksis
1.ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Bp. Y
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 54 Tahun
Alamat
: Blawong, Bantul
Pekerjaan
: Swasta
Nomor RM
:-
Tanggal Masuk RS
: 22 April 2015
: baik
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
-TD
: 200/100
-Nadi
: 90 kali/menit
-Respirasi
: 20 kali/menit
Status Lokalis
Telinga
Inspeksi, Palpasi :
Inspeksi, Palpasi :
Telinga kanan
(-),
Telinga kiri
Aurikula
Edema
hiperemis
(-), Edema
(-),
hiperemis
(-),
Retroaurikula
massa (-).
Edema (-),
hiperemis
massa (-).
(-), Edema (-),
hiperemis
(-),
Palpasi
massa (-)
massa (-)
Nyeri pergerakan aurikula (-), Nyeri pergerakan aurikula (-),
nyeri tekan tragus (-).
Telinga kanan
Telinga kiri
Otoskopi :
MAE
Edema
(-),
hiperemis
(-), Edema
(-),
hiperemis
(-),
Membran
timpani
cahaya (-).
cahaya (-).
Deviasi tulang hidung (-), bengkak daerah hidung dan sinus paranasal (-)
Krepitasi tulang hidung (-), nyeri tekan hidung dan sinus paranasal (-)
Rinoskopi Anterior :
Rinoskopi anterior
Mukosa hidung
Edema
darah(+).
Septum
Konka inferior
Berwarna pucat.
Meatus inferior dan Sekret (-), polip (-).
(-),
berwarna
Berwarna pucat.
Sekret (-), polip (-).
media
Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan pemeriksaan.
Tenggorokan
Inspeksi, Palpasi :
-
Mukosa
Tonsil
: T1-T1
: (-)
4.DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
: Rinitis vasomotor
Sinusitis
3
5.TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
Rutin Berolahraga
Medikamentosa :
-
Kontrol ulang.
6.PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanactionam
: malam
BAB II
PENDAHULUAN
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung merupakan suatu keluhan atau
tanda, bukan penyakit. Perdarahan yang terjadi di hidung adalah akibat kelainan
setempat atau penyakit umum. Penting sekali mencari asal perdarahan dan
menghentikannya, di samping perlu juga menemukan dan mengobati sebabnya.
Epistaksis sering ditemukan sehari-hari dan mungkin hampir 90% dapat berhenti
dengan sendirinya (spontan) atau dengan tindakan sederhana yang dilakukan oleh
pasien sendiri dengan jalan menekan hidungnya. Epistaksis berat, walaupun jarang
dijumpai, dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal,
bila tidak segera ditolong.
Epistaksis yaitu perdarahan dari hidung yang dapat berupa perdarahan anterior
dan perdarahan posterior. Perdarahan anterior merupakan perdarahan yang berasal
dari septum bagian depan (pleksus kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior).
Prevalensi yang sesungguhnya dari epistaksis tidak diketahui, karena pada beberapa
kasus
epistaksis
sembuh
spontan
dan
hal
ini
tidak
dilaporkan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal
atau sebab umum (kelainan sistemik). Secara patofisiologis, bisa dibedakan menjadi
epistaxis anterior dan posterior.
B. Anatomi Fisiologi
Penting kiranya mengetahui anatomi suplai darah di hidung, karena dari struktur
inilah awal epistaksis. Pemeriksa harus memperhatikan apakah sumber perdarahan
berasal dari lubang kanan atau kiri, perdarahan dari depan atau belakang,dan diatas
atau dibawah meatus media, yang secara garis besar membagi suplai darah atas dua
kontributor utama, arteri karotis eksterna dan interna.
C. Etiologi
Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya, kadangkadang jelas disebabkan karena trauma. Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan
local pada hidung atau kelainan sistemik.
Lokal
Trauma
Infeksi
Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti
lupus, sifilis dan lepra dapat menye-babkan epistaksis.
Neoplasma
Kelainan kongenital
Pengaruh lingkungan
Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan
udaranya sangat kering.
Sistemik
Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid.
Gangguan endokrin
Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadangkadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai fase
menstruasi
D. Patofisiologi
Hidung kaya akan vaskularisasi yang berasal dari arteri karotis interna dan arteri
karotis eksterna. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke hidung melalui
percabangannya arteri fasialis dan arteri maksilaris. Arteri labialis superior
merupakan salah satu cabang terminal dari arteri fasialis. Arteri ini memberikan
vaskularisasi ke nasal arterior dan septum anterior sampai ke percabangan septum.
Arteri maksilaris interna masuk ke dalam fossa pterigomaksilaris dan memberikan
10
11
a) Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan
konkhainferior harus diperiksa dengan cermat.
b) Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.
c) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena
hipertensi dapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.
d) Rontgen sinus
Rontgen sinus penting mengenali neoplasma atau infeksi.
e) Skrining terhadap koagulopati
Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial,
jumlah platelet dan waktu perdarahan.
f) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap masalah kesehatan yang
mendasari epistaksis.
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan epistaksis ialah perbaiki keadaan umum, cari sumber
perdarahan, hentikan perdarahan, cari factor penyebab untuk mencegah berulangnya
perdarahan.
Bila pasien datang dengan epistaksis, perhatikan keadaan umumnya, nadi,
pernafanasan serta tekanan darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih dulu misalnya
dengan memasang infuse. Jalan napas dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah,
perlu dibersihkan atau diisap.
Untuk dapat menghentikan perdarahan perlu dicari sumbernya, setidaknya dilihat
apakah perdarahan dari anterior atau posterior. Alat-alat yang diperlukan untuk
13
pemeriksaan ialah lampu kepala, speculum hidung dan alat pengisap. Anamnesis
yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab perdarahan.
Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir
keluar hidung sehingga bias dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya setengah
duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan jangan sampai
darah mengalir ke saluran napas bawah. Pasien anak duduk dipangku, badan dan
tangan dipeluk , kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-gerak.
Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuan
darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian pasang tampon sementara yaitu kapas
yang telah dibasahi dengan adrenalin 1/5000-1/10000 dan pantocain 2% dimasukkan
kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan mengurangi rasa nyeri pada
saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon itu dibiarkan selama 10-15 menit.
Setelah terjadi vasokonstriksi biasanya dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari
bagian anterior atau posterior hidung.
H. Menghentikan Perdarahan
Perdarahan Anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kisselbach di septum
bagian depan. Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior,
terutama pada anak, dapat dicoba di hentikan dnegan menekan hidung dari luar
selama 10-15 menit, seringkali berhasil.
Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik
dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi
krim antibiotic. Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka perlu
dilakukan pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi
pelumas vaselin atau salep antibiotic. Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah
dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut.
Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat
menekan asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2x24 jam, harus dikeluarkan
untuk mencegah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang
14
untuk mencari factor penyebab epistaksis. Bila perdarahan masih belum berhenti,
dipasang tampon baru.
Perdarahan Posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan
hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior. Untuk
menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang
disebut tampon bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat
dengan diameter 3 cm. pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi dan
sebuah disisi berlawanan.
Untuk memasang tampon posterior pada perdarahan satu sisi, digunakan
bantuan kateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di
orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut. Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang
tampon bellocq tadi, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang
keluar dan dapat ditarik. Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk
dapat melewati palatum molle masuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka
dapat ditambah tampon anterior kedalam kavum nasi. Kedua benang yang keluar
melalui hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa didepan nares anterior, supaya
tampon yang terletak di nasofaringtetap ditempatnya. Benang lain yang keluar dari
mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien. gunanya ialah untuk menarik
tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati mencabut tampon karena
dapat menyebabkan laserasi mukosa.
15
Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma,
digunakan bantuan dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri,
dan tampon posterior terpasang ditengah-tengah nasofaring. Sebagai pengganti
tampon bellocq, dapat digunakan kateter folley dengan balon. Akhir-akhir ini juga
banyak tersedia tampon buatan pabrik dengan balon yang khusus untuk hidung atau
tampon dari bahan gel hemostatik. Dengan semakin meningkatnya pemakaian
endoskop, akhir-akhir ini juga dikembangkan teknik kauterisasi atau ligasi
a.sfenopalatina dengan panduan endoskop.
transfuse darah harus dilakukan secepatnya. Akibat pembuluh darah yang terbuka
dapat terjadi infeksi, sehingga perlu diberikan antibiotic.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis media,
septicemia, atau toxic shock syndrome. Oleh karena itu, harus selalu diberikan
antibiotic pada setiap pemasangan tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon harus
dicabut. Bila perdarahan masih berlanjut dipasang tampon baru. Selain itu dapat
terjadi hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba eustachius, dan
airmata berdarah akibat mengalirnya darah secara retrograde melalui duktus
nasolacrimalis.
Pemasangan tampon posterior (tampon bellocq) dapat menyebabkan laserasi
palatum molle atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat
dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu
keras karena dapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum.
J. Mencegah Perdarahan Berulang
Setelah perdarahan untuk sementara dapat diatasi dengan pemasangan tampon,
selanjutnya perlu dicari penyebabnya. Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah lengkap, pemeriksaan fungsi hepar dan ginjal, gula darah, hemostasis.
Pemeriksaan foto polos atau CT scan sinus bila dicurigai ada sinusitis. Konsul ke
penyakiyt dalam atau kesehatan anak bila dicurigai ada kelainan sistemik.
17
BAB IV
SIMPULAN
18
TINJAUAN PUSTAKA
19