Anda di halaman 1dari 14

REGENERASI SEL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan
makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang
sempurna.
Dalam tubuh akhluk hidup terdapat kemampuan untuik melakukan
regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu
melakukan regenerasi pada tingkat organ.
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi,
setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu
saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu,
kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai
dewasa.
Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada
yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan
Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali.
Dalam melakukan regenerasi banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu
diantaranya yaitu enzimatis dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim
dalam tubuh makkhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses
regenerasi.
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan,
mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama.
Misalnya penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan

kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi
dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan marginal.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian dari regenerasi ?


Bagaimana cara tahapan pada regenasi anggota tubuh ?
Bagaimana contoh regenerasi anggota tubuh pada hewan?
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi regenerasi anggota tubuh?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian dari regenerasi


Mengetahui cara tahapan regenerasi tubuh
Mengetahui contoh regenerasi anggota tubuh pada salah satu hewan.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi anggota tubuh.

D. Manfaat
Dapat menambah wawasan baru tentang regenerasi bagi mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

Regenerasi adalah pemulihan kerusakan parah akibat bilamana hilangnya


bagian tubuh utama, misalnya anggota tubuh, samapai pada pergantian kerusakan
kecil yang merupkan proses fisiologis biasa, misalnya pergantian rambut yang
rontok.( Tim Dosen. 2010)
Pada daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi
dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan
Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali.
Setiap

larva

dan

hewan

dewasa

mempunyai

kemampuan

untuk

menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau
rusak terpisah. Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini
disebut regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi
berbeda-beda. Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih
tinggi dari pada hewan vertebrata. (Majumdar, 1985)
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki
kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan
akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan
yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen.
Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan
dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis
dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu
cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio.
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan,
hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan
kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna.

Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan
tertentu.
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat
bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang,
ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat
meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau
jaringan organisme tersebut. (Kimball, 1992)
Dalam melakukan regenerasi banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu
diantaranya yaitu enzimatis dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim
dalam tubuh makhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses
regenerasi.
Adapun beberapa tahapan dalam regenerasi anggota tubuh pada hewan
yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk
scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka,
di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana
pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.
Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di
bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang,
tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka.
Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari
penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada
dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, selsel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.

5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara


serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema
mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan

berhentinya

proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim


dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran
pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan
struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka
akan meningkatkan regenerasi.
Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatik an aspek
makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi.
System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh bagian tubuh
terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor
yang menentukan macam organ yang diregenerasi.
Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika
saraf dipotong waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka
tidak ada regenerasi yang berlangsung. Dedifferensiasi akan terus berlangsung,
tapi sel-selnya diabsorbsi masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses
regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap,
anggota itu tidak akan berdegererasi. Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh
diamputasi, maka tunggulnya akan berdegerasi. Jika dialihkan saraf lain ke
tunggul amputasi yang sarafnya sendiri lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada
regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu kehadiran saraf dalam proses
regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar dari saraf, yang bersifat
trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui.eksperimen selanjutnya
terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika saraf diangkat setelah
blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus berlangsung. Jadi nampaknya
saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak

embryo saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika


diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi.
Serat saraf tepi yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma
neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari
perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis makrofag. Bagian
pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan dan akan
beregenerasi. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut: Chromatolysis, yakni
melarutnya badan Nissl, Perikaryon membesar, Inti berpindah ke tepi, Bagian
ujung akson yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi. Dan Di
ujung akson yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel
Schwann berproliferasi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal akson
kemudian tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke
bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar). Jika jarak antara
proksimal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak
mencapai ujung bagian proksimal itu, ujung proksimal yang tumbuh tak sampai
ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka
atau amputasi, yang akan terasa sangat nyeri. Oleh karena itu, kehadiran sel-sel
Schwann di bagian effector sangat perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman
bagi axon untuk tumbuh.
Jika neuron yang putus jaraknya terlalu dekat dengan bagian perikaryon,
tidak aka nada reaksi sel-sel Schwann di bagian effector dan perikaryon lamakelamaan akan mati. Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan
melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di
saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang), misalnya karena penyakit atau
kerusakan lain, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru.
Ada beberapa contoh dari regenerasi anggota tubuh yaitu :
Dari Filum Invertebrata yaitu pada planaria.
Planaria merupakan hewan invertebrata, termasuk cacing pipih yang
hidupnya bebas di alam, umumnya hidup di air tawar,sungai, danau atau di laut.
Cacing ini merupakan anggota dari kelas Turbellaria.

Planaria dapat di pelihara pada temperatur 68-72OC, dengan tidak


menurunkan suhunya, serta tidak menempatkan pada cahaya yang kuat dan
sebaiknya memelihara Planaria pada tempat gelap. Planaria sensitif terhadap
cahaya kuat, temperatur dan pH. Jika kondisi lingkungan diubah ukurannya tubuh
Planaria menjadi kecil dari ukuran semula.
Salah satu faktor abiotik (suhu) dapat mempengaruhi ukuran tubuh planaria,
karena pada suhu tinggi intensitas cahaya juga tinggi. Sehingga planaria dalam
beregenerasi atau bergerak perlu energi banyak. Maka dengan kondisi suhu yang
tinggi ini, tubuh planaria akan mengecil atau menyusut. Suhu dalam proses
beregenerasi berpengaruh pada saat planaria menutup luka atau bagian tubuh yang
rusak dalam neoblast. Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian
tentang pengaruh suhu air terhadap kecepatan regenerasi cacing Planaria
(Euplanaria sp).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang utama, dimana suhu
memberikan efek yang berbeda-beda pada organisme-organisme di bawah ini
(Kramadibrata, 1996). Dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan
perairan mempunyai variasi suhu yang relatif sempit. Sehubungan dengan itu,
maka kisaran toleransi hewan-hewan aquatik pada umumnya relatif sempit pula
dibandingkan dengan hewan-hewan daratan. Cacing Planaria hidup di dalam air
yang dingin dengan suhu yang rendah dimana air jernih, pada anak sungai dan
bernaung pada tanaman air atau batu karang dan sangat menghindari sinar
matahari. Dalam penelitian ini suhu yang digunakan sekitar suhu 21-22oC sebagai
kontrol, suhu di habitat yaitu suhu yang di bawah normal ( 20,19,18O C dst )
maupun suhu di atas normal ( 23,24,25,26 O C dst)Planaria tidak bisa
beregenerasi.
Regenerasi Planaria
Reganerasi adalah kemampuan untuk memproduksi sel, jaringan atau bagian
tubuh yang rusak, hilang atau mati. Planaria menunjukan daya regenerasi yang
kuat, bila cacing tersebut mengalami luka baik secara alami maupun secara
buatan, bagian tubuh manapun yang mengalami kerusakan akan diganti dengan
yang baru. Individu cacing yang di potong-potong akan menghasilkan cacing-

cacing kecil yang utuh. Setiap potongan dapat tumbuh kembali (regenerasi)
menjadi individu-individu baru yang lengkap bagian-bagiannya seperti induknya.
Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah bagaimana pengaruh suhu air
terhadap regenerasi cacing Planaria.
Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal
dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni
otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran
pencernaan (masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm).
Akhirnya anggota badan yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar
semula, dengan struktur anatomis dan histologist yang serupa dengan asalnya.
Dari Filum Vertebrata yaitu Cicak
Cicak adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup
yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ. Cicak akan memutuskan
ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau menghadapi musuh. Ekor
yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali melalui proses regenerasi
organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya.
Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali seperti semula.
Cicak memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya. Daya regenerasi pada
berbagai organisme tidak sama karena ada yang rendah sekali dayanya dan ada
yang tinggi. Vertebrata paling rendah daya regenerasinya dibandingkan dengan
avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang paling tinggi daya regenerasinya
adalah urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya terbatas pada ekornya Setiap
hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu
dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi
organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak
disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk
yang sama persis dengan sebelumnya.
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan
untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor

tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut
diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang
khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi
merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh
predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri.
Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula
(Strorer, 1981).
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis
dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu
cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio. Cicak
akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak kemudian
meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadiumstadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada
penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju
metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang.
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan,
hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan
kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna.
Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan
tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan
cukup kokoh.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong
ekornya, setelah diamati selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah
dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak
dapat sama seperti semula. Pengamatan pada minggu pertama ekor cicak
bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari kemudian cicak
tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang mengalami regenerasi lebih pendek
daripada ekor semula. Karena panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm
sedangkan panjang ekor regenerasi hanya 2 cm. Pada kaki kecoa terjadi

penambahan panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa mati sebelum minggu
ketiga.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan
luka dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami
diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi
di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan
rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan
terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal
inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian
distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi.
Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema.
Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi
menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara struktur maupun cara
regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil
regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama
dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae
yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini hanya meliputi
batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan
luka dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas
sel yang belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh
pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota
tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot,
tulang dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot,
akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk
beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat
yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin

juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari
beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan

makhluk hidup.
Adapun beberapa tahapan dalam regenerasi anggota tubuh pada hewan
yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk
scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan
luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari,
dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.
Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar
di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua selselnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel
tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka.
Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari
penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada
dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti,
sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara
serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu
blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya
proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim
dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran
pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan

struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.


Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka
akan meningkatkan regenerasi.

2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek


makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi.
3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka .

DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company,
Philadelpia.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc,
New York.

Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New


York.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi.
Tim Dosen. 2010. Struktur Perkembangan Hewan. Medan : UNIMED

Anda mungkin juga menyukai