1. Berpikir simpel
Jangan terlalu rumit memandang proses tarbiyah. Merasa belum menguasai manhaj, merasa
belum menguasai ilmu alat, merasa belum menguasai mawad tarbiyah, sehingga akhirnya tidak
membina. Itu karena terlalu rumit cara memandang tarbiyah. Simpel saja, tarbiyah itu aktivitas
bersama antara murabbi dengan mutarabbi untuk menghantarkan mereka menuju muwashafat
tarbiyahnya.
Tanpa metode yang rumit, tanpa materi yang sulit, bahkan hanya dengan mengobrol santai saja,
tarbiyah bisa berjalan. Lakukan saja, mulai saja, membina saja. Membina itu simpel kok...
2. Langsung praktek
Tidak perlu berkutat dengan banyaknya teori. Saya belum mengerti bagaimana cara
mengevaluasi mutarabi, itu tidak masalah. Nanti saja dipelajari. Sekarang langsung praktek,
langsung membina saja. Tidak perlu IP tinggi dalam tarbiyah, cukup kemauan belajar dan
semangat melakukan pembinaan.
Jika menunggu sampai menguasai semua hal dalam teori tarbiyah, maka akan membuat tidak
segera memulai praktek membina. Akhirnya hanya menjadi peserta daurah murabbi abadi,
menguasai banyak teori, namun tidak mau praktek. Sudahlah, langsung praktek saja dengan
segala keterbatasan dan kekurangan yang pasti masih kita miliki.
3. Tidak takut gagal membina
Gagal membina itu wajar saja. Banyak murabbi pernah mengalami. Kita tidak perlu takut gagal,
takut membubarkan kelompok binaan, takut gagal menjadikan mutarabi menjadi kader yang
handal. Sudahlah, mulai saja, lakukan saja, tidak perlu takut gagal atau bubar di tengah jalan.
Ketakutan membina justru menjadi momok yang membuat tidak melakukan pembinaan. Padahal
ketakutan itu justru akan terjawab dengan praktek melakukan pembinaan secara langsung. Kalau
tidak praktek, bagaimana bisa mengetahui akan gagal atau berhasil?
4. Belajar dari kegagalan membina
Bahkan ketika kita gagal membina, atau binaan bubar di tengah jalan, itu bisa memberi pelajaran
penting tentang faktor-faktor kegagalan dan keberhasilan tarbiyah. Bukan mendapatkan ilmu
lewat teori kuliah, tetapi mendapatkan ilmu dari praktek langsung di lapangan. Gagal pun ada
pelajaran yang penting bagi pembentukan karakter murabbi dan kemampuan membina.
Lakukan pembinaan, jika bubar, lakukan rekrutmen lagi, lalu dibina lagi dalam satu kelompok
pembinaan. Jika kelompok kedua ini bubar lagi, rekrut kelompok berikutnya dan langsung dibina
lagi, begitu seterusnya. Jangan takut gagal membina.
5. Tidak takut salah
Setelah mengerti sangat banyak hal renik dari teori tarbiyah, kadang memunculkan ketakutan
jangan-jangan tidak bisa sesuai dengan teori. Jangan-jangan cara saya membina tidak standar
sebagaimana tuntutan manhaj. Ketakutan itu justru memberatkan diri sendiri. Setelah mengikuti
daurah murabbi yang menjelaskan teori tarbiyah, segera praktek dan menjalankan program
pembinaan. Tidak perlu takut salah, takut tidak sesuai teori, dan seterusnya.
Tarbiyah itu proses, bukan sekali jadi. Maka yang penting mulai saja. Jika ada yang kurang
dalam senuthannya, bisa dipoles sembari proses berjalan.
6. Mau akrab menemani mutarabi
Mutarabi kita sekaligus bisa menjadi pengingat dan motivasi bagi kita. Lakukan pendekatan dari
hati ke hati, mau duduk akrab dengan mereka, tidak berjarak, mengobrol, bercanda, dan lain
sebagainya. Itu akan membuat kedekatan murabbi dengan mutarabbi semakin baik, dan akan
membuat proses tarbiyah semakin efektif.
Berakrab dengan mutarabi juga sekaligus kontrol terhadap kondisi mereka. Murabbi bisa
mengetahui situasi pemikiran dan jiwa mereka dalam berinteraksi dengan tarbiyah selama ini.
7. Sampaikan apa yang bisa disampaikan
Nanti sore jadwal mengisi halaqah tarbawiyah? Jangan stres. Sampaikan saja apa yang bisa anda
sampaikan. Mungkin berupa kisah, cerita, atau mengulas berita, atau menyampaikan satu madah
tarrbiyah, atau memberikan tugas mutarabi untuk membaca buku tertentu dan menyampaikannya
di forum, atau apa saja yang anda bisa. Jangan terbebani dengan pikiran tidak punya sesuatu
untuk disampaikan.
Anda bisa menyampaikan apa saja, termasuk cerita kejadian yang anda alami bersama keluarga.
Itu bisa memancing diskusi menarik untuk diambil pelajaran pentingnya.
Sudah siap? Harus siap. Semua harus membina, walau hanya satu kelompok binaan. Masih ada
yang belum membina? Mungkin anda terlalu pandai.