Beberapa waktu lalu, KPK lagi-lagi menangkap basah dua pegawai pajak yang menerima
suap dari sebuah perusahaan. Uang sebesar 300 ribu dolar Singapura ini diduga sebagai suap
kepada dua pegawai pajak dan upaya perusahaan untuk menghindari pembayaran pajak.
Kalau suapnya saja sebesar 300 ribu dolar (setara 2,3 milyar rupiah), kita bisa bayangkan
berapa besaran pajak yang seharusnya dibayarkan perusahaan tersebut kepada negara. Ini
bukti nyata bahwa orang kaya (pemilik perusahaan) selalu mencari celah dan upaya di luar
sistem agar terhindar dari pembayaran pajak.
Tentu kita juga masih ingat kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang membuat
bangkrut republik ini. Ratusan trilyun uang rakyat yang dikumpulkan melalui pajak harus
digunakan untuk menalangi kebangkrutan bank-bank yang dikelola secara akal-akalan oleh
para bankir nakal. Setelah berhasil menghimpun dana masyarakat, para bankir serakah ini
memanipulasi kredit fiktif yang menjadikan mereka kaya raya. Setelah itu mereka kabur ke
luar negri dan membiarkan banknya kolaps. Akibatnya, negara harus menanggulangi
kebangkrutan ini dengan APBN yang dikumpulkan dari pajak rakyat. Ini persis seperti yang
disampaikan Schulz di atas bahwa rakyat biasa yang taat membayar pajar harus menanggung
perilaku bejat orang-orang kaya. Sebagian uang pajak yang seharusnya dikembalikan kepada
rakyat dalam bentuk pelayanan publik yang lebih baik terpaksa harus dipakai negara untuk
menalangi kecurangan yang para bankir (orang kaya) perbuat.
Begitu pula dengan kasus Century. Bank yang akhirnya diambil alih oleh pemerintah ini
menjadi beban negara yang sampai sekarang belum tuntas. Ujung-ujungnya, rakyat lagi yang
dipaksa harus menderita karena sebagian uang pajak mereka digunakan untuk menalangi
Century.
Persoalan pajak memang persoalan yang maha penting karena menyangkut hidup-matinya
sebuah negara. Selama ini, orang kaya dianggap amat berjasa karena mereka dianggap
sebagai kontributor utama pendapatan pajak. Anggapan ini tentu sangat keliru. Justru rakyat
biasa yang hidupnya biasa-biasa sajalah yang sejatinya para pembayar pajak yang taat.
Buruh, pegawai rendahan, dan pekerja kantoran selalu menerima gaji bulanan yang dipotong
pajak secara otomatis. Sementara orang-orang kaya akan mencari celah untuk menghindari
pajak. Apalagi jika mereka berkongkalikong dengan para pegawai pajak, kecurangan hampir
pasti menjadi keniscayaan.
- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/05/orang-kaya-dan-kecuranganpajak.html#sthash.1l9oqAJQ.dpuf