Anda di halaman 1dari 23

STRUKTUR BETON

KOLOM PERSEGI BEBAN EKSENTRIS

DISUSUN OLEH :
AYU SAPUTRI

135060100111001

NAJMI FARADISA

135060101111061

KHALID LAZUARDI

135060107111009

DODY TRI SEPTIAN

115060102111005

DEBBIE S A KABUARE

115060106111002

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

1. Pengertian
Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok (E.G Nawy.,1998). Kolom berfungsi meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi
bawahnya hingga sampai tanah melalui pondasi. Kolom merupakan struktur tekan sehingga
keruntuhan kolom tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu,
dalam merencanakan kolom perlu adanya perencanaan kekuatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elemen beton bertulang lainnya.
Apabila beban yang bekerja pada kolom semakin besar, maka retak akan terjadi
diseluruh tinggi kolom pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan biasanya ditandai
dengan selimut beton yang lepas terlebih dahulu sebelum baja tulangan kehilangan letakan.
Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi :
a. Kolom segi empat dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berbentuk spiral.
c. Kolom komposit yang terdiri dari beton dan baja profil didalamnya.

Gambar 1. Bentuk kolom (a) kolom bulat tulangan spiral; (b) kolom segi empat; (c)
kolom komposit bulat tulangan spiral; (d) kolom komposit segiempat.
Kolom yang mengalami beban eksentris adalah kolom dengan eksentrisitas pada beban
aksial sehingga terjadi momen lentur. Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan
baja pada sisi yang tertarik akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari
tinggi efektif penampang (d). Gaya aksial dan momen digantikan oleh gaya P yang bekerja
pada eksentrisitas e = M/P.

Gambar 2. Kolom dengan beban


eksentris. Gaya pengganti.

2. Jenis-Jenis Kolom
A. Kolom Pendek
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi yang tertarik
akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif
penampang (d). Kolom pendek tidak memiliki bahaya tekuk.
Untuk kolom yang bergoyang/tanpa pengaku (unbraced)

klu
22
r

klu
M
34 12 1
M2
Untuk kolom yang tidak bergoyang/dengan pengaku (braced) r

B. Kolom Langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas untuk kolom pendek maka kolom
tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit kegagalan material. Kolom
tersebut adalah jenis kolom langsing yang mengalami momen tambahan akibat efek P
dimana

P adalah beban aksial dan adalah defleksi akibat kolom tertekuk pada

penampang yang ditinjau.


SNI (1991) mensyaratkan pengaruh kelangsingan boleh diabaikan apabila :
Untuk kolom yang bergoyang/tanpa pengaku (unbraced)

klu
22
r

Untuk kolom yang tidak bergoyang/dengan pengaku (braced)

klu
M
34 12 1
r
M2

M1 dan M2 adalah momen pada ujung-ujung yang berlawanan pada kolom

M2 adalah momen yang lebih besar dan M1 adalah momen yang lebih kecil.

3. Tipe Keruntuhan
Pada kolom eksentris, beban P tidak berada pada sumbu kolom sehingga menimbulkan
eksentrisitas beban pada penampang kolom, sehingga kolom harus memikul kombinasi
pembebanan aksial dan momen. Pada kolom yang mengalami beban eksentris, apabila
besarnya beban aksial dan momen yang ditahan oleh kolom diplotkan dalam gambar diagram
interaksi kekuatan penampang kolom, maka akan terdapat 4 jenis
kondisi keruntuhan penampang kolom.

Gambar 3. Tipikal Diagram Interaksi Kolom (Park dkk, 1975)


Jenis-jenis kondisi keruntuhan kolom tersebut adalah : kondisi keruntuhan tekan, kondisi
keruntuhan balance, kondisi keruntuhan tarik, dan kondisi lentur murni.
A. Kondisi keruntuhan tekan (compression failure) terjadi apabila beban P bergeser
sedikit dari sumbu penampang kolom, sehingga sebagian kecil penampang kolom
akan mengalami kondisi tarik, namun sebagian besar penampang kolom akan
mengalami kondisi tekan. Kondisi ini mengakibatkan jarak garis netral penampang
kolom lebih besar dari nilai c balance, yaitu jarak garis netral kolom pada keadaan
setimbang.

Gambar 4. Contoh keruntuhan tekan pada kolom.


B. Kondisi keruntuhan berimbang (balance failure) terjadi apabila eksentrisitas beban
P bergeser lebih besar dari kondisi keruntuhan tekan, maka akan tercapai regangan
tarik tulangan mencapai leleh (fs = fy) dan bersamaan itu regangan tekan beton
mencapai maksimal (c = 0,003).

Gambar 5. Diagram regangan kolom pada kedaan setimbang (Asroni,2001)


Jarak garis netral penampang kolom dalam kondisi berimbang (c balance) dengan
anggapan nilai c = 0,003 dan Es = 200.000 MPa dapat diperoleh dengan persamaan:
Cb =

c ' .d
'
c

+ y

600. d
600+ f y

C. Kondisi keruntuhan tarik (tension failure) di dalam diagram interaksi terjadi


apabila eksentrisitas beban P bergeser sedikit lagi dari kondisi setimbang, maka luas
penampang kolom yang mengalami kondisi tarik semakin besar dan luas penampang
kolom yang mengalami kondisi tekan semakin kecil. Keruntuhan in terjadi pada
kolom pendek.
D. Kondisi lentur murni (pure bending), apabila penampang kolom hanya menerima
beban momen saja (pure bending) maka perhitungan penampang kolom dilakukan
seperti perhitungan balok biasa.

4. Analisis Penampang
A. Analisis Kolom Pendek yang Dibebani Secara Eksentrik
Analisisnya akan di bedakan antara kolom dengan dua sisi dan kolom empat sisi:

Gambar 6. Penampang dua sisi (kiri) dan penampang empat sisi (kanan)
Analisis kolom dengan tulangan dua sisi
Bila nilai regangan baja relative kecil, seluruh penampang akan tertekan dan bila nilai
P atau regangan baja relative besar, kegagalan akan terjadi dengan hancurnya beton disertai
dengan pelelehan tulangan tekan pada sisi yang lebih diterbebani.
Umumnya, asumsi yang digunakan adalah baja tulangan tekan sudah leleh sebelum
beton mencapai regangan maksimum.
Gaya tarik tulangan (T) = As.fs
Gaya tekan beton (Cc) = 0,85. fc.b.a
Gaya tekan tulangan (Cs) = As. fs
Beban luar nominal = Pn
Asumsi awal : baja tarik sudah leleh, fs = fy
: baja tekan sudah leleh, fs = fy
C=T
Cc + Cs = T + Pn
0,85.fc.b.a + As.fy = As.f + Pn
Pn = 0,85.fc.b.a + As.fy - As.fy
Jika ditinjau dari tulangan tarik, maka:
Pn.e = 0,85.fc.b.a (d-a/2) + As.fy (d-d)
Dengan : e = eksentrisitas beban ultimit
Titik berat plastis dapat dihitung sebagai :
Sehingga momen nominal pada titik berat plastis
Dengan mengetahui kondisi seimbang dari suatu penampang kolom, yaitu apabila baja
tulangan tarik mencapai tegangan leleh dan beton pada serta tertekan mencapai regangan

0,003 pada saat yang bersamaan dengan baja tarik leleh, maka jenis keruntuhan kolom dapat
dibedakan menjadi keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan.

Dengan mengambil Es = 2 x 105 Mpa :

A. Kapasitas pada kondisi seimbang (balance):


Pnb=

Pub

'

'

Pnb=0,85. f c . b . a+ A s . fyAs . fy
Mnb =

Mu b

Mnb =Pnb . e=0,85. f ' c .b . a dd ' '

a
+ A s' . fy ( dd ' d '' ) + As . fy . d ' '
2

B. Kapasitas pada keruntuhan tarik


Keruntuhan tarik terjadi bila besarnya beban ultimit penampang (Pu) lebih kecil dari
beban pada kondisi balance (Pub) dan eksentrisitas beban ultimit (e) lebih besar dari
eksentrisitas pada kondisi balance (eb).
Pu < Pub ;
1

e' 2

d
'

d 2
}
d

e' (
' '
' '
. m m ) + m
d
e'
' m' m+1 +
d
Pn=0,85. f ' c .b . d .

+2

Dimana :
m=

fy
0,85. f ' c

m' =m1

e > eb

=
' =

As
b.d
'

As
b.d

C. Kapasitas pada keruntuhan tekan


Keruntuhan tekan terjadi bila besarnya beban ultimit penampang (Pu) lebih besar dari
beban pada kondisi balance (Pub) dan eksentrisitas beban ultimit (e) lebih kecil

dari

eksentrisitas pada kondisi balance (eb)


Pu > Pub ;

e < eb

Bila :
Pn=

Po
Po
e
1+( 1)
Pb
eb

Dimana :
'

Po=0,85. f c . ( Ag Ast )+ Ast . fy


Bila = :

A s' . fy
b.h.f 'c
Pn=
+
e
3. h . e
+0,5
+1,18
'
dd
d2

Analisis kolom dengan tulangan empat sisi


Bila eksentrisitas beban mempunyai harga kecil sehingga gaya aksial tekan
menjadi penentu, dan juga bila dikehendaki suatu kolom beton dengan penampang
lintang yang lebih kecil. Ketika kapasitas ultimit kolom tersebut dicapai, tegangan
pada baja tulangan tengah belum tentu mencapai tegangan lelehnya, sedangkan baja
tulangan yang berada di tepi kemungkinan besar sudah leleh.
Jarak masing-masing tulangan terhadap serat beton yang tertekan di dapat di
tentukan sebagai berikut :

Rumus umum :

Regangan tiap lapis dapat dihitung dengan pernadingan segitiga, dengan regangan
maksimum 0,003. Dengan demikian tulangan ke i:

Rumus kapasitas penampang


n

Pn = 0,85. fc.b.a +

f si A si
i=1

Pn.e = 0,85. fc.b.a

h a
h
+ f si A si ( d i)
2 2 i=1
2

Untuk menentukan letak garis netral diambil Momen terhadap Pu = 0


B. Analisis Kolom Langsing
Untuk kolom langsing, dapat timbul momen sekunder akibat defleksi lateral dan
bahaya tekuk. Adanya efek ini menyebabkan reduksi kekuatan kolom, yang tergnatung pada
tinggi efektif kolom, ukuran penampang, rasio kelangsingan dan kondisi ujung kolom

Gambar 7. Portal Berpengaku (braced)(kiri) ;Portal Tanpa Pengaku (unbraced)(kanan)

Gambar 8. Kelengkungan

Suku M1/M2 bernilai positif bila kolom melentur dengan kelengkungan tunggal, dan bernilai
negatif bila kolom melentur dengan kelengkungan ganda.

Faktor kekekangan ujung (k)


Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-persamaan dari peraturan ACI (E.G
Nawy., 1998) antara lain :
1) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan berpengaku diambil dari
nilai terkecil antara persamaan berikut:
k = 0,7 + 0,05 (A + B) 1,0
k = 0,85 + 0,05 min 1,0
Dimana A dan B adalah pada ujung kolom dan min adalah yang terkecil dari
kedua harga tersebut.

EI
lu

EI
ln

kolom

balok

Dimana lu adalah panjang tak tertumpu kolom dan ln adalah bentang bersih balok.
2) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang
tertahan pada kedua ujungnya diambil sebesar :
Untuk m < 2
k

20 m
20

1 m

Untuk m 2
k 0,9 1 m

Diamana m adalah harga rata-rata dari kedua ujung batang tertekan tersebut.
3) Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang
kedua ujungnya sendi diambil sebesar :
k = 2,0 + 0,3

Gambar 8. Faktor Panjang Efektif, k

Faktor panjang ekivalen u


Harga panjang ekivalen ditentukan oleh bermacam-macam kondisi pengekangan

ujung terhadap rotasi dan translasi.

Gambar 9. Faktor Panjang Ekivalen

Jari-jari Girasi
I
r=
A

I = momen Inersia ; A = luas penampang kolom

Untuk mengatasi kegagalan akibat tekuk, menggunakan Metode Pembesaran


Momen.
Pembesaran momen bergantung pada kelangsingan batang, desain penampang

dan kekuatan seluruh rangka portal bergoyang. Komponen struktur tekan harus
direncanakan menggunakan beban aksial terfaktor dan momen terfaktor yang
diperbesar.
Portal Tidak Bergoyang
faktor panjang efektif (k) = 1

Nilai EI
atau

Untuk komponen struktur tanpa beban transversal di antara tumpuannya, Cm

Untuk komponen struktur dengan beban transversal di antara tumpuannya, Cm


Cm = 1
Momen terfaktor M2 > M2,min

Portal Bergoyang

atau

C. Diagram Interaksi Pada Kolom


Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam
kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman. Diagram
interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah keruntuhan tekan dan daerah
keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance. Tulangan dipasang simetris
untuk mempermudah pelaksanaan, mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik
atau tulangan tekan dan mengantisipasi perubahan tegangan akibat beban gempa. Analisis
kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu :
a. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki nilai sebesar
kuat rencana maksimum.
Pn = Pn max = 0,80 (Ag Ast) 0.85 f c + Ast fy . (1)
sehingga

n=

Pu max

kuat

tekan

kolom

maksimum

yaitu

. (2)

b. Pada Kondisi Momen Murni


Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh sedangkan tulangan
tekan telah luluh dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada kondisi luluh.
Pada kondisi momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (P n = Pu = 0).
Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu :
ND1 + ND2 = NT .........................(3)
Dimana :
ND1 = 0,85 f c b a .........................(4)
ND2 = f s As .........................(5)
NT = fy As .........................(6)

Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Persamaan yang
diperoleh dari segitiga sebangun dengan tinggi sumbu netral pada c yaitu :
0,003 ( c d ' )
c

f ' s=E s ' s =Es

.............. (7)

Dengan mensubtitusikan persamaan (3) dan (7) akan dihasilkan persamaan


pangkat dua dengan perubah tinggi sumbu netral c. Momen rencana dapat
dihitung sebagai berikut :
Mr = Mn ......................... (8)
Mn = Mn1 + Mn2 = ND1 Z1 + ND2 Z2 ......................... (9)
c. Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan beton
mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh dari
segitiga yang sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi balance (Cb)
yaitu :
Cb
=
d

0,003
f
0,003+ y
Es

......................... (10)

atau dengan Es = 200000, maka :


Cb =

600 d
600+f y

......................... (11)

Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :


Pb = ND1 + ND2 NT ......................... (12)
Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai berikut :
Pb (eb + d/2) = Mnb ......................... (13)
Mnb = Pb eb ......................... (14)

Po

Pn

Mn
Pnb

Mn
b
Mn

M
n

Pn

Gambar 10. Diagram Interaksi

5. Diagram Alir Desain dan Analisis


A. Diagram Alir Perancangan Kolom Persegi Eksentris .
MULAI
b, h, Pu, f c, , e, db, n, d, ds, sb, fy, Vu,

As perlu = (0,5 ) b (h-d)


As = (/4) db2 n

As perlu > As

Tidak

Luas tulangan tidak


terpenuhi

Ya

As
b( h d ' )

Es .0,003( h d ' )
600 f y

Cb

s '

0,003(Cb d ' )
Cb

fy
Es

Ag = b . h

s > y

Tidak

fs = fy

Ya
fs

E s .0,003.(C b d ' )
Cb

Hitung 1

Pb [(0,85. f 'c .1.Cb .b) ( As . f s ) ( As . f y )]


m = fy / 0,85 f c
Gagal tekan
Tidak

Pb > P u

Pn

As f y
(3e / Ds ) 1,0

Ag f 'c
[9,6he /( 0,8h 0,67 Ds ) 2 ] 1,18

Ya

Gagal tarik

2
0,85e
mDs 0,85e

Pn 0,85 f 'c h 2
0,38

0,38
2,5h h
h

Tidak
Tidak aman

Pn > Pu
Ya

Perancangan tulangan geser kolom

Pn, ds, s

SELESAI

B. Diagram Alir Perhitungan Pembesaran Momen Kolom Persegi.


MULAI

b, h, wc, lu, f c, fy, Mu, MD, Pu, A, B

r = 0,3 h

m = 0,5 (A + B)

Tidak

m < 2
Ya

k 0,9 1 m

20 m
1 m
20

Tidak

Klu/r < 100

Analisis orde 2

Ya
Tidak

Klu/r 22

Kolom pendek

Ya

Ec wc 0,043 f 'c
1, 5

Ig = 1/12 bh3

MD
1
Mu

Tidak
d = 1

Ya

EI

MD
Mu

0,4 Ec I g

2
Pc EI

1 d

klu 2
B

sM s

Mu
Pu
1
0,75 Pc

Pu: s Ms

SELESAI

C. Diagram Alir Analisis Kolom Persegi dengan diagram Pn - Mn


fc,fy,,e,b,h,Es

As = /4. db2. n
As = /4. db2. nt
Ast = As + As
Ag = b. h

Pn max = 0,85[0,85.f c.(Ag-Ast) + (fy.Ast)]

Cb

600d
600 f y
Hitung 1

A = 0,85 1 fc b
B = (600As) (0,85 f c As) (fy As)
D = - (600 As d)
B B 2 4 AD
2A
c=

0,003(c d ' )
c
f s = Es . s

Mn1 = 0,85 1 fc c b ((h-d) - (0,5 1 c))

Mn2 = ((f s (0,85 f c)As)) (h - 2d)

Mr = (Mn1 + Mn2)

ND1 = 0,85 1 fc c b

ND2 = (fs (0,85 fc)) As

NT = f y As

Pb = ND1 + ND2 - NT

Mn1 = 0,85 1 fc c b (( h-d) (0,51 c))

Mn2 = ((fs (0,85 fc) As)) ( h 2d)

eb

( M n1 M n 2 ) (0,5Pb (h 2d ' ))
Pb

Pb = ( ND1 + ND2 NT )

Mb = Pb eb

Perancangan tulangan geser kolom

Pn max ; Mr ; Pb ; Mb ; ds ; s

SELESAI

D. Diagram Alir Perancangan dan Analisis Kolom Persegi Eksentris Secara Grafik
MULAI
e
Pu , g , h , b, h, h , fc , fy

As perlu = (0,5 ) b (h-d)


As = (/4) db2 n

Dengan menggunakan gafik Diagram M-N

Pn , Pn, Mr , Pb , Pb , Mrb

SELESAI

a. Analisis Kolom Persegi Eksentris

MULAI
e
h
Pu , g , h , b, h,
, fc , fy

As perlu = (0,5 ) b (h-d)


As = (/4) db2 n

Dengan menggunakan gafik Diagram M-N

Pn , Pn, Mr , Pb , Pb , Mrb

SELESAI
Gambar 8. Bagan Alir Analisis Kolom Persegi Eksentris dengan Cara Grafis.

Anda mungkin juga menyukai