Diusulkan oleh:
FATCHUN NAIM
(4411412051/2012)
IKA RESTU A.
(4411412044/2012)
LITAYANI DAFROSA
(4411412016/2012)
ASNI PURAEDAH
(4411413001/2013)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan penghasil padi terbesar ketiga di dunia setelah Cina
dan India. Pada tahun 2011, produksi padi Indonesia mencapai 67,3 juta ton
(BPS 2011). Bila dedak padi yang dihasilkan sebagai hasil samping
penggilingan padi dapat mencapai 8-10%,
mencapai 6,73 juta ton. Dedak padi mengandung 17-23% minyak yang dapat
diubah menjadi asam lemak. Proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak dan
gliserol yang telah dilakukan adalah melalui proses Colgate-Emery. Proses
tersebut dilakukan pada tekanan 0-60 bar dan suhu 240-260C. Metode ini
dinilai konvensional dari segi teknologi, karena memiliki beberapa kelemahan
proses antara lain: konsumsi energi tinggi, material peralatan proses spesifik,
sistem pengendalian proses dan keselamatan kerja sangat kompleks, serta dapat
terjadi polimerisasi asam lemak tak jenuh.
Metode lain yang digunakan adalah dengan menghidrolisis minyak
nabati secara enzimatik dengan enzim lipase. Akan tetapi, proses enzimatis
memiliki kelemahan, yakni tingginya harga enzim komersial dan enzim tidak
dapat digunakan berulang. Malekian dkk (2000) menyatakan bahwa dedak padi
mengandung beberapa tipe lipase, seperti phospolipase, glikolipase dan esterase.
Malekian dkk (2000) juga menyebutkan bahwa lipase dedak padi bekerja
optimal pada pH 7,5-8 dan suhu 37C. Phospholipase termasuk phospholipase
A1, A2 dan B, yang masing masing bereaksi pada bagian ester asam lemak,
serta phospholipase C dan D yang bereaksi pada bagian phosphate.
Dewasa ini industri enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi
penting dalam bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah
lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta
lingkungan menjadikan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif untuk
menggantikan berbagai proses kimiawi dalam bidang industri (Falch, 1991).
Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi
dampak
pencemaran
dan
pemborosan
energi
karena
reaksinya
tidak
mengkatalisis proses hidrolisis trigliserida pada dedak padi menjadi asam lemak.
Penelitian ini bertujuan mengisolasi enzim lipase serta menentukan aktivitas
lipase pada dedak padi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, permasalahan yang
dapat diajukan yaitu:
1. Bagaimana cara isolasi enzim lipase dari dedak padi?
2. Bagaiman Aktivitas enzim lipase dari dedak padi?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara isolasi enzim lipase dari dedak padi
2. Mengetahui aktivitas enzim lipase dari dedak padi.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi ilmiah kepada mahasiswa cara isolasi enzim
lipase dari dedak padi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang aktivitas enzim lipase dari
dedak padi yang nantinya dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian atau rujukan kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bekatul
Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh
sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia sejati,
seperti padi, gandum dan jelai. Istilah bekatul terutama digunakan pada padi.
Asal-usul bekatul secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian
perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dari
endospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam. Bekatul
padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses
pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai
penyosohan
Gambar 1. Skema morfologi gabah kering (Champagne, 1994 dalam Swastika, 2009)
Minyak Bekatul
Walaupun bekatul tersedia melimpah di Indonesia - data BPS (2010)
menyebutkan sebanyak 6,59 ton bekatul- namun pemanfaatannya untuk
konsumsi manusia sebagai sumber pangan dan gizi masih terbatas. Sampai saat
ini pemanfaatannya terbatas pada pakan ternak. Salah satu bentuk produk
bekatul yang populer saat ini terutama di luar negeri adalah rice bran oil (RBO).
RBO dapat diperoleh dari bekatul awet sebanyak 15 - 25 persen- jika
dikalkulasikan daari angka 6,59 juta ton dapat dihasilkan 0,98-1,65 juta ton
RBO. Jumlah bahan baku yang sangat besar jumlahnya, sehingga RBO sangat
potensial dikembangkan di Indonesia sebagai bahan baku ingredien pangan atau
non pangan.
Hampir 74,3 % kandungan asam lemak tidak jenuh minyak RBO terdiri
dari mono dan poly (MUFA dan PUFA). Sementara itu sisanya terdiri dari asam
lemak jenuh atau saturated fatty acid (SFA). Tingginya kandungan asam lemak
tidak
jenuh
pada
RBO
akan
memberikan
efek
positif
bila
kita
mengkonsumsinya.
Salah satu hasil pemanfaatan bekatul adalah minyak bekatul. Produksi
bekatul di dunia mencapai 535 juta ton dan minyak bekatulnya 4 juta ton.
Indonesia termasuk negara urutan ketiga penghasil bekatul dan minyak bekatul
setelah China dan India. Amerika Serikat menggunakan minyak bekatul dalam
produksi makanan, sedangkan Jepang menggunakan minyak bekatul sebagai
minyak goreng (Oilseeds International, Ltd. 2002). Lain halnya dengan
Indonesia yang masih kurang baik dalam memanfaatkan minyak bekatul.
Di dalam minyak bekatul terkandung komponen-komponen yang
bermanfaat bagi kesehatan seperti tokoferol, oryzanol dan tokotnenol. Oryzanol
yang terkandung dalam minyak bekatul dapat menurunkan kolesterol jahat
(LDL) tanpa mengurangi kolesterol baik (HDL). Tokotrienol dan tokoferol
adalah sumber vitamin E yang sangat baik dan memberikan efek anti kanker.
Dibandingkan dengan jenis minyak lain, kandungan tokoferol dalam minyak
bekatul cukup tinggi.
Stabilisasi Bekatul
Menurut Ketaren (1986) ketengikan adalah kerusakan atau perubahan
bau atau cita rasa dalam minyak atau bahan pangan berlemak tinggi ataupun
rendah. Reaksi ketengikan diakibatkan oleh hidrolisis enzimatik lipase dan
ketengikan oksidatif. Pada bekatul, ketengikan terjadi akibat lipase yang
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas
dioksidasi oleh enzim lipoksigenase menjadi bentuk peroksida, keton dan
aldehid, sehingga bekatul menjadi tengik. Menurut Champagne (1994) dalam
Swastika, 2009), kandungan lemak bekatul yang tinggi (15-19,7%) menjadi
subyek kerusakan hidrolitik dan oksidatif. Kerusakan hidrolitik terjadi karena
adanya air dalam bahan yang bereaksi dengan lemak bekatul.
Ketidakstabilan bekatul dihubungkan dengan aktivitas lipase. Lipase
memacu hidrolisis minyak dalam bekatul menjadi gliserol dan asam lemak
bebas. Lipase berada dalam testa-cross layer biji padi sementara minyak dalam
lapisan aleuron dan subaleuron
molekul 40.000 Da dan titik isoelektrik (pI) 8,56. pH optimum adalah 7.5-8.0,
dan suhu optimum 37o C. Lipase pada bekatul menghidrolisis asam lemak pada
posisi 1 dan 3 pada molekul trigliserida. Lipoksigenase dihubungkan dengan
oksidasi polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang mempunyai struktur cispentadiene. Produk karbonil dari degradasi khususnya heksanal menunjukkan
flavor rusak (Orthoefer, 2005).
B. Enzim Lipase
Lipase yang berasal dari bakteri pada umumnya adalah protein yang
memiliki sifat asam. Dan mempunyai berat molekul dari 20.000 sampai 60.000.
Memiliki aktivitasspesifik protein murni yang berubah-ubah dari 500 sampai
10.000 unit lipase per mg protein.
yang dapat menstimulai pelepasan lipase dari dinding sel sehingga dapat
meningkatkan pembentukan lipase yaitu dengan menambahkan ion magnesium
kedalam media pertumbuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
D. Prosedur Penelitian
Ekstraksi dan Uji Aktivitas Lipase dari Dedak Padi
Dedak padi sebanyak 10 gram ditambah kedalam 50 ml dietileter, adukaduk dan gojog untuk melarutkan lemak, kemudian Saring dengan kertas saring,
filtratnya berisi lemak dan turunannya yang larut dalam dietil eter. Ampas yang
diperoleh ditambah dengan 40 ml 50 mM bufer phosphat pH 7 atau 40 ml 10
mM Tris HCL Bufer pH 7,5, Campuran tersebut dimagnetik stirer selama 30
menit. Selanjutnya saring dengan kain saring dua lapis. Filtratnya disentrifugasi,
supernatan merupakan ekstrak enzim kasar yang terlarut dalam buffer.
Substrat (susu sapi segar) dipanaskan suhu 80oC selama 10 menit.
Sebanyak 8 ml substrat (susu sapi pasteurisasi) dimasukkan dalam labu
Erlenmeyer 100 ml dan seimbangkan suhunya dalam penangas air 370C.
Tambahkan 2 ml ekstrak enzim lipase kasar. Inkubasikan selama 10 menit,
370C. Setelah inkubasi tambahkan 40 ml alkohol. Sebagai blanko adalah susu
sebanyak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Malekian dkk (2000) menyatakan bahwa dedak padi mengandung beberapa tipe
lipase, seperti phospolipase, glikolipase dan esterase. Malekian dkk (2000) juga
menyebutkan bahwa lipase dedak padi bekerja optimal pada pH 7,5-8 dan suhu 37C.
Phospholipase termasuk phospholipase A1, A2 dan B, yang masing masing bereaksi
pada bagian ester asam lemak, serta phospholipase C dan D yang bereaksi pada bagian
phosphate. Tahapan proses dekomposisi lemak dedak padi oleh enzim lipase mengikuti
mekanisme berikut: phosphotidylcholine, yang merupakan komponen utama dari
membran spherosome terdekomposisi menjadi asam phosphatidic oleh phospholipase.
Hal tersebutn akan mengakibatkan spherosome terdisintegrasi. Setelah membran
spherosome terpecah, trigliserid yang ada di dalamnya akan berkontak dengan enzim
lipase dan proses dekomposisi akan menghasilkan asam lemak bebas. Lipase memecah
ikatan ester asam lemak pada posisi 1 dan 3 dari molekul trigliserid. Enzim lipase
mengkatalisis reaksi hidrolisis di interface antara fasa substrat dan fasa aqueous, seperti
dilukiskan pada Gambar 1 (Sharma dkk, 2009).
Konversi minyak dedak menjadi asam lemak selama proses hidrolisis akan
menurunkan pH reaksi (Goffman dan Bergman, 2003). Di lain pihak, lipase dedak padi
bekerja optimum pada pH 7,5-8 (Pahoja dan Sethar, 2002). Oleh karena itu, dengan
semakin turunnya pH reaksi selama proses hidrolisis, aktivitas enzim lipase akan
menurun. Guna menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah
dengan menambahkan buffer ke dalam sistem reaksi sehingga pH sistem tetap.
Mengingat dedak padi mengandung lipase yang dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis
minyak dedak menjadi asam lemak, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
proses hidrolisis minyak dedak menjadi asam lemak dengan memanfaatkan lipase yang
terdapat dalam dedak padi kemudian mengukur aktivitas enzim lipase nya.
Penelitian ini menguji aktivitas enzim lipase dari dedak padi dengan titrasi fenol
berdasarkan perubahan warna pink yang menunjukkan penambahan NaOH menetralkan
sifat asam yang dibentuk asam lemak dalam sampel. Pengukuran aktifitasnya
didasarkan kepada jumlah asam lemak yang dibebaskan lalu dititrasi oleh NaOH 0.1 M
secera titrimetri. Pada metoda titrimetri, banyaknya asam lemak yang dilepaskan akan
dititrasi oleh NaOH sehingga volume NaOH sama dengan volume asam lemak yang
dihasilkan oleh aktivitas enzim lipase. Untuk mengetahui aktivitas lipase dari dedak
padi menggunakan rumus uji aktivitas enzim adalah sebagai berikut:
Aktivitas enzim dinyatakan dalam mol / menit ml enzim atau Unit/ml
Aktivitas enzim
dibutuhkan untuk
lipase(unit/ ml enzim )
Sampel 1
5,5 ml
12,5
Sampel 2
4,5 ml
7,5
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Enzim lipase bekerja optimum pada suhu 37 o C dan pH berkisar 7-8
2. Aktivitas lipase dapat dihitung dengan metode titrasi
3. Aktivitas lipase pada suhu 37 o C pada sampel 1 adalah 12,5 unit/ ml
enzim sedangkan sampel 2 adalah 7,5 unit/ ml enzim
B. Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk engetahui aktivitas
lipase dengan berbagai variasi suhu inkubasi serta variasi ph buffer yang
digunakan untuk mengetahui karakterisasi enzim lipase pada dedak padi
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Y.T., 2009, Isolasi dan Karakterisasi Enzim Xilanase dari Bacillus subtilis
pada Media Nutrien Broth dengan Penambahan Xilan Hasil Isolasi Jerami Padi,
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro Semarang
Dali, S. & Pirman. 2005. Eksplorasi dan Isolasi Enzim Lipase dari Fungi Inperfekti
(genus Aspergillus dan Penicillium) Indigenus. Lembaga Penelitian UNHAS.
Grist. DH. 1965. Rice. 4-th Edition. Lowe and Brydine. Ltd. London.
Ketaren. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak pangan.Jakarta:UI Press.
Nurhasanah, (2008), Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal dan Aplikasinya
dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II,
Universitas Lampung
Orthoefer F T. 2005. Rice Bran Oil. Di dalam : Shahidi, F, editor. Baileys Industrial
Oil and Fat Products, Edible oil and Fat Products: Edible oils. Ed ke-6. Canada :
A John Wiley & Sons, Inc. Vol 2. hlm 465-487.
Putranto, A.R., Santoso, D., Tri-Panji, Suharyanto & Budiani, A. 2006. Karakterisasi
Gen Penyandi Lipase dari Kapang Rhizopus oryzae dan Absidia corymbifera.
Menara Perkebunan 74(1): 23-32.
Soemardi. 1975. Pendayagunaan Dedak. Seminar Teknologi Pangan II BPK, Bogor.
Swastika, N. D.2009. Stabilisasi Tepung Bekatul melalui Metode Pengukusan dan
Pengeringsan RAK Serta Pendugaan Umur Simpannya. Skripsi. Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Jawa Barat.
LAMPIRAN
Menimbang dedak
padi
Menambah bufer
phospat
Memiondah larutan
pada tube
Memanaskan susu
Melakukan titrasi
Menyaring larutan
Menyentrifuge
Mencampur Dedak
padi dan dietil eter
Memagnetik stirer
Menginkubasi sampel
Menyaring larutan
Menyaring larutan
Memindah supernatant
pada tube baru
Menambah ethanol
pada sampel