Anda di halaman 1dari 2

BAGAIMANA KITA BERZAKAT

Niat Zakat
Orang membayarkan zakat harus dengan niat. Niat itu dengan ikhlas lillahi ta'ala, artinya
zakat itu dilaksanakan karena diperintahkan diwajibkan oleh Allah, berharap semoga
zakatnya diterima oleh Allah yang dengan sendirinya ia akan mendapat pahala balasan
dan penuh keyakinan.
Kesemuanya itu berdasar atas Al Qur'an surat Al Bayyinah (98:5): 'Mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus'. Adapun pelaksanaan niat itu ialah pada waktu
melaksanakan zakat.
Waktu
Membayarkan zakat itu harus pada waktu telah a'da kepastian wajib zakat. Tidak boleh
ditunda-tunda, kecuali bila karena sesuatu keadaan yang memaksa belum dapat
dilaksanakan, boleh ditunda sekedarnya. Hal itu berdasar atas hadis Bukhari dari Utbah
bin Harits: 'Utbah bin Harits berkata: 'Saya shalat 'Ashar dengan Rasulullah, setelah
salam beliau cepat cepat berdiri dan mendatangi salah seorang dari isterinya dan segera
ke luar.
Utbah tahu bahwa para sahabat keheran-heranan atas serba cepat Rasulullah itu. Akhirnya
beliau menjelaskan: Saya sewaktu shalat teringat sebatang emas yang ada pada kami,
saya tidak senang bila emas itu malam-malam masih ada pada kami, maka saya
perintahkan untuk dibagi".
Di samping yang demikian, bagi seorang yang telah dapat mengira-ngirakan bahwa dia
akan berkewajiban zakat, diperbolehkan mengeluarkan zakatnya sebelum waktunya yang
biasa dinamakan "Takjil" (menyegerakan), artinya membayarkan zakat sebelum waktu
kepastiannya. Keadaan ini dapat terjadi disebabkan adanya mustahikkin yang demikian
perlu segera menerima bagian. Sebagai contoh, zakat fitrah itu mulai diwajibkan pada
terbenam matahan malam Idul Fithri, akan tetapi boleh ditakjil sejak mulai bulan
Ramadlan.
Berdoa waktu menerima zakat
Siapa yang menerima pembagian zakat hendaklah mendoakan muzakki (orang yang
berzakat). Dalam Al Qur'an surat Al Taubah (QS.9:103) Allah memerintahkan berdoa:
'Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'.
Doa itu sebagaimana pernah diajarkan oleh Imam Syafi'i, sebagai berikut: "Semoga Allah
memberi pahala atas apa yang engkau berikan dan semoga Allah memberi barokah atas

apa yang masih sisa/ada padamu'. Doa itu kurang diketahui oleh orang~rang yang biasa
menerima zakat, sebaiknya mereka diberi pelajaran tentang doa itu agar pada setiap
menerima zakat dapat berdoa, meskipun doa itu hanya diucapkan dalam bahasa Indonesia
saja. Jlka kebetulan penerimaan zakat itu bersifat beramai-ramai, bersama sama, alangkah
baiknya berdoa itu dilakukan juga bersama-sama.
Jangan dipilih yang jelek-jelek
Binatang ternak sapi, kerbau dan kambing tentu ada yang balk, gemuk, sehat, dan ada
yang jelek, kurus, sakit sakitan, hasil bumi padi, jagung, anggur, singkong, kentang dan
lain-lain ada pula yang baik dan ada pula yang jelek. Emas dan perak tentu ada yang
murni dan ada yang campuran, atau berbeda-beda karatnya.
Selanjutnya perlu diperhatikan :
a. Jika pungutan zakat itu oleh pemerintah/penguasa janganlah mengambil yang baikbaik saja, ambilah yang sedang-sedang tingkatannya. Dalam hal ini pada waktu
Rasulullah mengutus shahabat Muadz bin Jabal ke Yaman pesannya antara lain : "Jika
mereka taat tentang pengeluaran zakat, maka berhati-hatilah jangan mengambil dari harta
mereka untuk zakat yang baik-baik saja".
b. Jika zakat itu dikeluarkan sendiri oleh muzakki, janganlah mengambil untuk zakat
yang jelek-jelek ataupun yang sedang sedang, ambillah yang baik-baik. Hal itu
ditegaskan di dalam Al Qur'an surat Al Baqarah (2:267) "Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Orang yang bershadaqah apakah wajib (zakat-red) ataukah sunah (infaq shadaqah-red)
jangan sekali-kali membatalkan pahalanya. Allah berfirman: "Hai orang orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut~yebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia". (QS. 2 : 264). [yus/pkpu]

Anda mungkin juga menyukai