awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat
rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat
sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relatif untuk suatu
demam tingkatan tertentu dapat menandakan infeksi virus, infeksi mycoplasma, atau infeksi
dengan spesies Legionella.Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata
menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk
tegak di tempat tidur dengan condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas
yang adekuat tanpa mencoba untuk batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan
keringat. Sputum purulen dan bukan merupakan indikator yang dapat dipercaya dari etiologi.
Sputum berbusa, bersemu darah sering dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus,
Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental;
sputum H. influenzae biasanya berwarna hijau.Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan
kondisi lain seperti kanker, atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan,
yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak
dianggap patogen serius. Pasien demikian menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang
menandakan area solid (konsolidasi) pada lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil,
perkusi pekak, bunyi napas bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang
terauskultasi), dan bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada).
Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) ketimbang melalui jaringan normal.Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM,
gejala-gejala dapat berkembang secara tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satusatunya tanda pneumonia pada pasien ini. Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus
pada kondisi mereka karena mereka telah mengalami gangguan fungsi paru yang serius.5.
PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan RadiologisPola radiologis dapat berupa pneumonia
alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau
mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma.
Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman
aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas
sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi
infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.Pemeriksaan LaboratoriumLeukositosis
umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua
atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman
Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati
mungkin terganggu.Pemeriksaan BakteriologisBahan berasal dari sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z.
Nielsen.Pemeriksaan KhususTiter antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk
menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.6. PENATALAKSANAANPengobatan
pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil
pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae.
Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan
ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).Pneumonia mikoplasma
memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat tetrasiklin (doksisiklin).
Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan
respons terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons terhadap pentamidin
dan trimetropim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat sangat
membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan pengobatan (dengan
pengecualian terapi antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk pasien yang mengalami
pneumonia akibat bakteri.Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan. Jika dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai
kondisi klinis membaik.Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah
arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan
terapi oksigen. Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
PPOM karena oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan
ventilasi yang masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan
seperti intubasi endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan
ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATANI. PENGKAJIAN Aktivitas/istirahatGejala: Kelemahan, kelelahan,
insomnia.Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. SirkulasiGejala: Riwayat
adany/GJK kronis.Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat. Integritas egoGejala:
Banyaknya stresor, masalah finansial. Makanan/cairanGejala: Kehilangan nafsu makan,
mual/muntah, riwayat diabetes melitus.Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit
kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi). NeurosensoriGejala: Sakit kepala
daerah frontal (influenza).Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen). Nyeri/keamananGejala:
Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza),
mialgia, artralgia.Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).PernapasanGejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok
sigaret, takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal.Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang
konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi
pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna:
pucat atau sianosis bibir/kuku. KeamananGejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE,
AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam
(mis: 38, 5-39,6oC).Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada
pada kasus rubeola atau varisela. Penyuluhan/pembelajaranGejala: Riwayat mengalami
pembedahan; penggunaan alkohol kronis.Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat:
6,8 hari.Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah,
oksigen mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.II. DIAGNOSA KEPERAWATAN1.
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.2. Gangguan pertukaran gas
b/d pneumonia.3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap
pneumonia.4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.6. Risiko
kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas
mulut/hiperventilasi, muntah).III. INTERVENSI1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d
peningkatan produksi sputum.Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada
dispnea, sianosis.Intervensi :1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.R/
Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.2) Auskultasi area paru, catat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis: krekels, mengi.R/ Penurunan
aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada
bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada
inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme
jalan napas/obstruksi.3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.R/ Napas
dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan lebih kuat.4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.R/ Merangsang batuk
atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena
batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
(kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin.R/ Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan sekret.6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik.R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernapasan.2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.Tujuan: Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala
distres pernapasan.Intervensi:1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.R/
Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral).R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi
atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membran mukosa,
dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi.
Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil, mis: selimut tambahan,
suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia
bakterial dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler
atau semi fowler), napas dalam dan batuk efektif.R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi
maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.5) Berikan terapi
oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.R/ Tujuan terapi oksigen
adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.6) Awasi GDA, nadi oksimetri.R/
Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan
pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan,
dan tanda vital dalam rentang normal.Intervensi:1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.
Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas.R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.R/ Menurunkan stres dan
rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.R/ Tirah baring dipertahankan
selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons individual pasien terhadap
aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan/atau tidur.R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal.5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.R/ Meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim
paru.Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang
tepat.Intervensi:1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri.R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada
pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.2)
Pantau tanda vital.R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.3) Berikan
tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan,
relaksasi/latihan napas.R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.4) Tawarkan
pembersihan mulut dengan sering.R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan