Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu

Profesi Keperawatan Medical Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA KONJUNGTIVA
DI RUANG LONTARA 3 ATAS BELAKANG
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :
SRI WAHYUNI RAHMANIA NUR
C121 08 277

CI INSTITUSI

CI LAHAN

(..............................)

(............................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1-NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

A. PENGERTIAN
Kista konjungtiva adalah merupakan tumor jinak yang berupa cairan serous jernih yang terdiri
dari sel-sel yang lepas atau material gelatin. Dapat disebabkan oleh congenital (kista primer),
trauma pembedahan atau non bedah, pada pasien keratokonjungtivitis vernal dan pterigium
(kista sekunder). Rasio kejadian pada laki-laki dan perempuan sama. Umur rata-rata penderita
kista konjungtiva adalah 47 tahun. Vesikel ini dapat berkembang baik pada atau di bawah
konjungtiva. kista konjungtiva umumnya tidak memerlukan tindakan operasi tetapi cukup
diberikan pengobatan anti inflamasi saja. kalaupun nantinya tambah membesar maka tindakan
operatif perlu direncanakan.
B. ETIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva pada
anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal.
C. PATOFISIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini
ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva bersifat
berkembangan abnormal.Kista konjungtiva meningkatkan volume intraokular dan
mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada
struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila
mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan
motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital
sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi
kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan
kornea.Pertumbuhan kista ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat,
dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan.
Warna iris tidak normal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala kista konjungtiva yaitu :
a. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
gambaran khas pseudotumor jinak dan fistula karotid-kavernosab.
b. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan
bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi
ganas).
c. Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau
fistula karotid-kavernosad.
d. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.

e. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital (misalnya
sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
f. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau
retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik
(meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar
lakrimal). Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya
setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi orbital: mungkin membantu.
Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus.
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada
hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic,
papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
f. Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik /
infeksi.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan kista konjungtiva bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe kista
seperti :
a. Terapi medis (obat-obatan).
b. Tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor.
c. Lainnya tidak membutuhkan terapi.
d. Radioterapi (sinar) dan kemoterapi.
G. KOMPLIKASI
a.
Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b.
Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
c.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KISTA KONJUNGTIVA


1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Identitas Pasien
Nama
:
CM
:
Masuk ke RS
:
Tanggal Lahir
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Agama
:
Alamat
:
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu :
Riwayat kesehatan keluarga :
Riwayat kesehatan sekarang :
c. Pemeriksaan Penunjang
Dasar Data Pengkajian Mata Pada Pasien
1. Aktivitas/ Istirahat, Gejala perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan
2. Makanan/ cairanv Mual / muntah (glaucoma akut)
3. Neurosensori, Gejala Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/ merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran
cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan
kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, Tanda ; Tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea
berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
4. Nyeri/ kenyamanan, Gejala ; Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis).
Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma
akut).

Pengkajian 11 Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan,
- Tanyakan persepsi Pasien terhadap penyakitnya
- Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin ,
klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)
- Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau.
2. Pola Nutrisi Metabolik
- Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi Pasien, apakah Pasien sebelumnya
jarang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E3.
3. Pola Eliminasi
- Tanyakan bagaimana pola BAB dan karakteristiknya
- Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
- Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
4. Pola Aktivitas Latihan
- Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
5. Pola Istirahat Tidur
- Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan
gangguan penglihatan (seperti: pusing)
- Bagaimana perasaan Pasien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6. Pola Kognitif Persepsi
- Apakah Pasien mengalami kesulitan saat membaca
- Apakah menggunakan alat bantu melihat
- Bagaimana visusnys
- Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
7. Pola Persepsi dan Sensori
- Bagaimana Pasien menggambarkan dirinya
- Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan
dalam penglihatan.
8. Pola Peran dan Hubungan
- apa pekerjaan Pasien
- Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan Pasien seperti: pasangan,
teman.
- Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
Pasien
9. Pola Seksualitas Reproduksi
- Tanyakan masalah seksual Pasien yang berhubungan dengan penyakitnya
- Tanyakan kapan Pasien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
- Tanyakan apakah Pasien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemunuhan
kebutuhan seks

10. Pola Koping dan Toleransi Stress


- apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
- apa yang dilakukan Pasien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan
tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
- Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai
sekarang
- Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11. Pola Keyakinan-Nilai
- Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
- Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori dari organ penerima.
b. Gangguan
citra
tubuh berhubungan
dengan
pembedahan
kepala
leher,efek samping penanganan, faktor budaya atau spiritual yangberpengaruh pada
perubahanpenampilan
c. Kecemasan atau ansietas b.d kurangnya pemahaman terhadap perawatan pascaoperatif.
d. Nyeri akut berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, imflamasi, intervensi bedah,
atau pemberian tets mata dilator.
e. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi
prognosis dan pengobatan proses penyakit ditandai dengan keluarga merasa bingung.

DAFTAR PUSTAKA
Bruce, James. 2007.Lecture notes oftamologi hal 44-45. Erlangga Medical Series:Jakarta.
Carpenito ,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC
Istiqomah,Indriana N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:EGC
Sidarta, ilyas.2002.Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran
UI:Jakarta.
Sidarta, ilyas.2002.Ilmu penyakit mata Edisi ke-2 hal. 88-89. Sagung seto:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai