Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUANOtak merupakan organ tubuh paling kompleks dan merupakan struktur pusat

pengaturan keseluruhan tubuh. Peranan sentral dan adanya gangguan fungsional yang terjadi akan
mencerminkan beratnya akibat yang ditimbulkan oleh tumor otak. Tumor yang melibatkan SSP
termasuk neoplasma yang paling merusak, diperkirakan bertanggung jawab sekitar 2,5% dari
semua lesi massa, yang menyebabkan sekitar 3,9 4,4 kematian per 100.000 populasi per tahun
di Amerika Serikat. Kematian akibat tumor otak ini besarnya 2% dari seluruh kematian akibat
tumor, dan insiden tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun.(1,2,3)Tumor otak
merupakan suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal didalam otak, yang terbagi atas tumor
otak benigna yang bersifat tidak ganas dan tumor otak maligna yang merupakan keganasan yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Jenis tumor otak sangat
beraneka ragam dari yang jinak sampai ganas. Salah satu tumor yang mempunyai frekuensi
terbesar dari semua jenis tumor di otak adalah glioma. Insiden dari glioma besarnya 5 per
100.000 penduduk. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO),
terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan dari pemeriksaan histopatologis, yaitu :
astrositoma, oligendroglioma, dan mixed oligoastrositoma. (1,2,3)Astrositoma merupakan jenis
tumor otak yang mempunyai batasan yang jelas, berwarna abu-abu putih,tumbuh infiltrat meluas
dan merusak jaringan otak dibawahnya. WHO membagi diagnosis derajat astrositoma menjadi 4
bagian, yaitu :(4)Derajat I
: Juvenila Pilocytic Astrocytoma (JPA)Derajat II
: Low-grade
AstrocytomaDerajat III : Analplastic AstrocytomaDerajat IV : Glioblastoma Multiforme
(GBM) EPIDEMIOLOGIAstrositoma derajat I dan II disebut sebagai astrositoma derajat rendah
(ADR), dan astrositoma derajat III dan IV disebut sebagai astrositoma derajat tinggi (ADT). Di
Indonesia, astrositoma merupakan keganasan otak tersering kedua setelah meningioma, selama
periode 2003-2010, Departemen RSCM mendapatkan 60 kasus astrositoma dengan 30 kasus
merupakan astrositoma derajat rendah (ADR) dan 19 kasus merupakan astrositoma derajat tinggi
(ADT), sedangkan sisanya merupakan tipe campuran. Untuk Astrositoma derajat rendah (ADR),
dilaporkan pria lebih sedikit mendominasi yaitu rasio pria dan wanita adalah 1,18 : 1. Pria juga
mendominasi perkembangan astrositoma anaplastik dengan rasio pria dan wanita
1,87. (1,5,6)Kebanyakan kasus astrositoma pilositik timbul pada 2 dekade awal kehidupan. Tetapi
pada astrositoma derajat rendah, 25% kasus berlaku pada orang dewasa pada usia 30-40 tahun,
10% astrositoma derajat rendah terjadi pada orang berumur kurang dari 20 tahun, 60%
astrositoma derajat rendah terjadi pada usia 20-45 tahun dan 30% pada astrositoma derajat rendah
terjadi pada usia > 45 tahun. Lokasi yang paling sering pada fronto-temporo-parietal terletak pada
cerebrum, dengan predominan pada lobus rontalis (64%) yang diikuti lobus temporalis (29%).
(1,5,6) ETIOLOGISejumlah penelitian epidemiologi belum berhasil menentukan faktor penyebab
terjadinya tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar- X. Anak-anak dengan leukemia
limfositik akut yang menerima radioterapi profilaksis pada susunan saraf pusat akan
meningkatkan resiko untuk menderita astrositoma, bahkan glioblastoma. Tumor ini juga
dihubungkan dengan makanan yang banyak mengandung senyawa nitroso (seperti nitosurea,
nitrosamine, dan lain-lain). Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor jenis ini dengan
kerentanan genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini sering dihubungkan dengan berbagai
sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi Germline p53, TurcotSyndrome, dan
neurofibromatosis tipe 1 (NF-1). (1)PATOFISIOLOGIAstrositoma adalah kelompok tumor SSP
primer yang tersering. Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari
lesi berbatas tegas tumbuh lambat seperti astrositoma pilositik hingga neoplasma infiltratif, yang
sangat ganas seperti glioblastoma multiform. Astrositoma fibriler (difus) mempunyai
pertumbuhan yang infiltratif. Meskipun paling sering ditemukan pada orang dewasa, tumor ini
dapat timbul pada semua usia. Tumor tipe ini paling sering ditemukan pada hemisferium serebri
meskipun dapat ditemukan dimana saja pada SSP. Astrositoma pilositik lebih sering terjadi pada
anak meskipun dapat timbul pada semua usia. Tempat yang paling sering terkena adalah
serebelum, ventrikel ketiga, dan saraf optikus, tetapi seperti pada kasus astrositoma fibrilar

(difus), semua bagian SSP dapat terkena.(1)Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan
dengan kista dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi
otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak bersifat
ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma, suatu astrositoma
yang sangat ganas. Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu, penderita
sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun sampai timbul gejala.
(7)Astrositoma merupakan tumor yang berpotensi tumbuh menjadi invasif, progresif, dan
menimbulkan berbagai gejala klinik. Tumor ini akan menyebabkan penekanan pada jaringan otak
sekitarnya, invasi dan destruksi pada parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena
hipoksia arterial dan vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme,
serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal diatas. Efek
massa yang ditimbulkan, dapat menimbulkan gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan
suatu sisi tubuh, gangguan sensorik, parese/kelemahan nervus kranialis atau bahkan kejang.
(8)Astrositoma derajat rendah yang merupakan grade II klasifikasi WHO, akan tumbuh lebih
lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor doubling time untuk astrositoma
tingkat rendah kira-kira lebih lambat dari astrositoma anaplastik (grade III astrocytoma). Sering
dibutuhkan beberapa tahun sejak munculnya gejala hingga diagnosa astrositoma derajat rendah
ditegakkan kira-kira sekitar 3,5 tahun.(8)GEJALA KLINIKAstrositoma, secara umum dan yang
paling banyak dipakai, menurut World Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan
grade: (9)Astrositoma Pilositik (Grade I)Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan
disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat
disembuhkan secara tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada
tempat yang sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.(9)Astrositoma Difusa (Grade
II)Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke tahap
berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.(9)Astrositoma Anaplastik (Grade III)Sering
disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya.
Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang
menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.(9)Gliobastoma multiforme (Grade IV)Tumbuh dan
menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal. Menyerang pada orang
dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer
dengan prognosis yang sangat buruk.(9)Kejang umum merupakan manifestasi utama yang
seringkali dijumpai, walaupun secara retrospektif dapat dijumpai gangguan-gangguan lain
terlebih dahulu seperti kesulitan berbicara, perubahan sensibilitas, dan gangguan penglihatan.
Pada tumor low grade astrositoma kejang-kejangdijumpai pada 80% kasus dibandingkan high
grade sebesar 30%. Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang
lebih jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intracranial sebagai akibat dari
pertumbuhan tumor yang dapat menimbulkan edema vasogenik. Pasien mengalami keluhankeluhan sakit kepala yang progresif, mual, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan
penglihatan. Akibat peninggian tekanan intrakranial menimbulkan hidrosefalus. Semakin
bertumbuhnya tumor gejala-gejala yang ditemukan sangat bergantung dari lokasi tumor. Tumor
supratentorial dapat menyebabkan gangguan motorik dan sensitivitas, hemianopsia, afasia, atau
kombinasi gejala-gejala. Sedangkan tumor fossa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari
gejala-gejala kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler dan gangguan kognitif.
(8)PEMERIKSAAN PENUNJANGComputed
Tomography Scan (CT- Scan)1. Astrositoma Tingkat RendahDapat memperlihatkan gambaran
hipodens dengan bentuk yang ireguler dan tepinya bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk
bulat atau oval dengan tepi yang tegas yang dapat disertai dengan kista. Adanya tumor kistik akan
lebih nyata bila ditemukan fluid level di dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke
dalam tumornya. Kalsifikasi tampak pada 81% dan efek masa tampak pada
50%. Enhancement terlihat pada 50%, biasanya merata dan tidak tajam.(9)2. Astrositoma
AnaplastikCT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas campuran yang

heterogen. Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa gambaran lesi yang
homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.(9)Glioblastoma multiformeTampak gambaran
yang tidak homogen, sebagian massa hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat gambaran
nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi sehingga memberikan gambaran seperti
cincin dengan dinding yang tidak teratur.(8)Magnetic Resonance Imaging (MRI)Pada MRI
penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan pada kasus-kasus curiga
astrositoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, dan
MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai kontrol pasca penatalaksanaan. Dengan CT Scan,
Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah dengan peningkatan densitas dan menunjukkan
peningkatan setelah penginfusan dari bahan kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan
penipisan daripada dinding ventrikel lateralis di sisi tumor dapat terlihat.(9) Gambaran
HistopatologiTerdapat empat variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain,
astrositoma protoplasmik,umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-sel yang banyak
mengandung sitoplasma. Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang menginfiltrasi ke
parenkim sekitarnya, astrositoma gemistositik, sering ditemukan pada hemisfer serebral orang
dewasa terdiri dari sel bundar yang besar dengan sitoplasma eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini
mencakup 5-10% dari glioma hemisfer, astrositoma fibrilar, merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan dan berasal dari massa putih serebral dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk
oval dan kecil. Tumor ini ditandai dengan jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar
belakang yang fibriler. Untuk melihat gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic
protein (GFAP) dan campuran.(9)PENATALAKSANAAN1. KonservatifBiasanya, astrositoma
anaplastik ditangani dengan operasi, radioterapi, dan temozolomide adjuvan. Beberapa praktisi
menambahkan temozolomide secara bersamaan, meskipun tidak ada data dari percobaan
terkontrol yang ada untuk mendukung temozolomide bersamaan.(10,11)Astrositoma anaplastik
biasanya lebih responsif terhadap kemoterapi dibandingkan glioblastoma. Untuk astrositoma
anaplastik berulang yang sebelumnya diobati dengan nitrosoureas, temozolomide menunjukkan
tingkat respons 35% dan dibandingkan dengan terapi dengan tingkat respon yang lebih rendah,
temozolomide memberikan peningkatan harapan hidup 6-bulan ( 31% 46%).(10)Pasien dengan
astrositoma dan riwayat kejang harus menerima terapi antikonvulsan dengan monitoring
konsentrasi obat dalam aliran darah. Penggunaan antikonvulsan profilaksis pada pasien
astrositoma tanpa riwayat kejang telah dilaporkan tetapi masih kontroversial. (10)Penggunaan
kortikosteroid, seperti deksametason, dapat mempercepat pengurangan efek massa tumor pada
kebanyakan pasien sekunder. Profilaksis untuk ulkus gastrointestinal pemberian resep harus
bersamaan dengan kortikosteroid. (10)SimakBaca secara fonetik v AntikonvulsanAgen ini
mencegah terulangnya kejang dan mengakhiri aktivitas kejang klinis.(10)Levetiracetam
(Keppra)Digunakan sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial dan kejang mioklonik. Juga
diindikasikan untuk primer umum tonik-klonik. Mekanisme tindakan tidak diketahui.Phenytoin
(Dilantoin)Efektif dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran natrium dan mencegah
penghambatan aksi potensial repetitif. Carbamazepine (Tegretol)Mirip dengan fenitoin. Efektif
dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran natrium dan mencegah penghambatan aksi
potensial repetitif. v KortikosteroidObat ini mengurangi edema sekitar tumor, sering mengarah
pada perbaikan gejala dan obyektif. Deksametason (Decadron, AK-Dex, Alba-Dex, Dexone,
Baldex)Tindakan mekanisme postulasi pada tumor otak termasuk penurunan permeabilitas
pembuluh darah, efek sitotoksik pada tumor, penghambatan pembentukan tumor, dan penurunan
produksi CSF. v Antineoplastik Agen, Agen alkilasiAgen ini menghambat pertumbuhan sel dan
proliferasi. Temozolomide (Temodar)Alkilasi agen oral dikonversi ke MTIC pada pH fisiologis;
100% tersedia secara herbal, sekitar 35% melintasi sawar darah otak.2. OperatifPeran dari operasi
pada pasien dengan astrositoma adalah untuk mengangkat tumor dan untuk menyediakan jaringan
untuk diagnosis histologis, memungkinkan menyesuaikan terapi adjuvan dan prognosis.
(10)Teknik biopsi adalah cara aman dan metode sederhana untuk menetapkan diagnosis jaringan.
Penggunaan biopsi dapat dibatasi oleh sampel gagal dan risiko biopsi oleh perdarahan

intraserebral. Pengalihan CSF dengan drainase ventrikel eksternal (EVD) atau shunt
ventriculoperitoneal (VPS) mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan intrakranial sebagai
bagian dari manajemen non-operative atau sebelum terapi bedah definitif jika desertai dengan
hidrosefalus. (10)Reseksi total astrositoma sering tidak mungkin karena tumor sering menyerang
ke wilayah fasih otak dan menunjukkan infiltrasi tumor yang hanya terdeteksi pada skala
mikroskopis. Oleh karena itu, reseksi bedah hanya menyediakan manfaat kelangsungan hidup
yang lebih baik dan diagnosis histologis tumor daripada menawarkan penyembuhan. Namun,
kraniotomi untuk reseksi tumor dapat dilakukan dengan aman dan umumnya dilakukan dengan
maksud untuk menyebabkan cedera neurologis paling mungkin untuk pasien. Reseksi total ( >
98% berdasarkan volumetrik MRI ) ditujukan untuk meningkatkan harapan hidup rata-rata
dibandingkan dengan reseksi subtotal ( 8,8 13 bulan). (10) KOMPLIKASIMeskipun cedera
neurologis (berpotensi merugikan) dan kemungkinan kematian tetap ada, tindakan bedah untuk
astrositoma tetap harus dipertimbangkan untuk mengurangi massa tumor dan untuk menghindari
cedera saraf permanen. Defisit neurologis sementara karena peradanganan lokal atau luka
mungkin terjadi, tetapi sering membaik setelah fisioterapi dan
rehabilitasi. (10) PROGNOSISHarapan hidup setelah tindakan operatif dan radioterapi dapat
menguntungkan bagi astrositoma grade rendah. Bagi pasien yang menjalani operasi, prognosis
tergantung pada perkembangan neoplasma, apakah berkembang menjadi lesi yang lebih ganas
atau tidak. Untuk lesi grade rendah, waktu harapan hidup setelah tindakan bedah dirata-ratakan
mncapai 6-8 tahun. (10)Dalam kasus astrositoma anaplastik, perbaikan keadaan umum atau
stabilisasi dapat ditentukan setelah reseksi bedah dan radioerapi, dan rata-rata 60 80% pasien
dapat melanjutkan hidupnya dengan optimal. Faktor-faktor seperti semangat hidup, status
fungsional, tingkat pembedahan, dan radioterapi yang memadai juga mempengaruhi harapan
hidup pasca operasi. (10)Laporan terakhir menunjukkan bahwa radioterapi tumor yang direseksi
tidak sempurna meningkatkan 5 tahun harapan hidup pasca operasi 0-25% untuk tingkat rendah
astrocytomas dan 2-16% untuk astrositomas anaplastik. Selanjutnya tingkat harapan hidup ratarata pasien dengan astrositoma anaplastik yang menjalani reseksi dan radioterapi telah dilaporkan
dua kali lipat lebih baik dari pasien yang hanya menerima terapi operatif tanpa radioterapi (2,2
5 tahun). (10) DAFTAR PUSTAKA Japardi Iskandar. Astrositoma : insidens dan pengobataan.
Jurnal Kedokteran Trisakti. No.3/Vol.22/September-desember 2003 : 110-5.Sabiston C,David.
1994. Buku Ajar Bedah, ed.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC : 504.Adam and Victors,
Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology. ed.7. McGraw
Hill, New York, 2002 : 258-263.Capodano AM. Nervous system : Astrocytic tumors. Atlas Genet
Cytogenet Oncol Haematol. November 2000. Availaible
from http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/AstrocytID5007.html . di akses tanggal 17 agustus
2011.Anonym. Astrositoma. Available from http://e-infomu.com/berita-129-astrositoma.html. di
akses tanggal 17 agustus 2011.M.L. Grunnet M.D. Cerebellar Astrocytoma. Synopsis. Available
from http://esynopsis.uchc.edu/eatlas/cns/1764.htmdi akses tanggal 17 agustus 2011.Robins,
Kumar, Cotran. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002 h. 928-30.Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005 h. 1184.Taufik Maulana. Kumpulan Makalah Kedokteran.
Astrositoma. [online]. Available
from URL:http://kumpulanmakalahkedokteran.blogspot.com/2010/04/astrositoma_16.html10.
Kennedy Benjamin. Astrocytoma. [online] 2011. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview11. Fauci A BE, Kesper D, Hauser
S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrisons Manual of Medicine. New York.2009. Mc Graw
Hill. p 1031-5Print PDF
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TUMOR OTAKNUZULUL ZULKARNAIN
HAQFAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IPENDAHULUAN1.1
Latar BelakangTumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun

ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang
benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor,
kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta
efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi
dari jaringan otak.Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000
dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang
menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang
adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih
besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan
sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial
dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum
dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada
usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau
pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini
ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum
diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab
untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat
terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979;
Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang
perlu diperhatikan adalah usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor.
Metode yang dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang
Perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak
serta mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga
intervensi yang harus diberikan. 1.2 Rumusan Masalah Apa definisi dari tumor otak?Apa
manifestasi klinis dari tumor otak?Bagaimana etiologi dari tumor otak?Bagaimana patofisiologi
dari tumor otak?Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita tumor
otak?Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak? Apa saja komplikasi dari tumor otak?
Bagaimana prognosis dari tumor otak?Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?10.
Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor otak? 1.3
Tujuan 1.3.1 Tujuan UmumMenjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan tumor otak. 1.3.2 Tujuan KhususMengetahui dan memahami definisi tumor
otak.Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.Mengetahui dan memahami
etiologi/ faktor pencetus tumor otak.Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor
otak.Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.Mengetahui dan
memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.Mengetahui dan memahami komplikasi dari
tumor otak.Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.Mengetahui dan memahami
WOC tumor otsk.10. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak. 1.4
ManfaatDengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat
asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya
dalam proses keperawatan. BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tumor OtakTumor otak
adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030). Tumor otak
adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk
massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun

metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal,
dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah
suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan serebrospinal (CSS) dan volume darah otak
sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif
kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial,
sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal
dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh
karena berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal
dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus
meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang
mengakibatkan herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.2.2
Klasifikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:2.2.1 Berdasarkan
Jenis Tumora. JinakAcoustic neuromaMeningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak,
berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di
bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop
radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.Pituitary adenomaAstrocytoma (grade I)b.
MalignantAstrocytoma (grade 2,3,4)OligodendrogliomaTumor ini dapat timbul sebagai gangguan
kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan
keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.ApendymomaTumor ganas yang
jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa
posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini
lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.2.2.2 Berdasarkan
Lokasia. Tumor SupratentorialHemisfer otak, terbagi lagi :Glioma :
i)
Glioblastoma multiforme Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus
kolosum.
ii) Astroscytoma
iii)
Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel
oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya
dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.MeningiomaTumor ini umumnya berbentuk
bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar
90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya
pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle.
Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali.
Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi
medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan
visus yang progresif. Tumor InfratentorialSchwanoma akustikusTumor metastasisc Lesi-lesi
metastasis menyebabkan sekitar 5 % 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap
tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun
neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis
ke otak.Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan

dura.Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis
yang paling sering dijumpai dalam serebelum.2.3 Etiologi Tumor OtakPenyebab tumor hingga
saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu
anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.Sisa-sisa Sel Embrional
(Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunanbangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan
di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi
dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan
tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada
substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.Trauma Kepala 2.4 Manifestasi Klinis Tumor
Otaka. Nyeri Kepala Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah
ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior
memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. b. Perubahan Status MentalGangguan konsentrasi,
cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejalagejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah
buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga
koma.c. SeizureAdalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus
frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.d. Edema PapilGejala umum
yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat
segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan
untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak
menetap.MuntahMuntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor
tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam
hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa
intracranial.VertigoPasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.2.5 Patofisiologi
Tumor OtakTumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal
ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi
pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada

umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer.Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan
kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan
oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa,
karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun
diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema
yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila
terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh
karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus
temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang
cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan).2.6 Pemeriksaan Diagnostik Tumor OtakCT scan dan MRI
Memperlihatkan
semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan
gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada
otak.Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga
marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.Angiografi
Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.2.7 Penatalaksanaan Tumor OtakFaktor faktor Prognostik sebagai Pertimbangan
PenatalaksanaanUsiaGeneral HealthUkuran TumorLokasi TumorJenis Tumor
Untuk tumor
otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitua. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid Menghilangkan swelling, contoh
dexamethasoneAnticonvulsant Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
Shunt Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak
bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor
sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh
efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna.

Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada
pada penderita.b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting
dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa
modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat
radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian
dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian
pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan
sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka
diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis
diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa
tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis. c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat
menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini
dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau
bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment
intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai
empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor
berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak. 2.8 Komplikasi Tumor Otaka. Edema
SerebralPeningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).b. HidrosefalusPeningkatan intracranial yang disebabkan
oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi
obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.c. Herniasi OtakPeningkatan intracranial
yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.d. Epilepsif. Metastase ketempat lain 2.9
Prognosis Tumor OtakMeskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan
hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan
oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah
pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5
tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:a.
Penderita yang berusia
dibawah 45 tahun.b.
Penderita astrositoma anaplastik.c.
Penderita yang sebagian atau
hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan. 2.10 WOC Tumor
OtakDOWNLOAD : WOC TUMOR OTAK BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN 3.1
Pengkajian3.1.1 Data DemografiIdentitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya. 3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan Keluhan utama Biasanya klien
mengeluh nyeri kepalaRiwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah,
papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.Riwayat
penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepalaRiwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.Pengkajian psiko-sosiospirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan,
adanya perubahan peran. 3.1.3 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )Pemeriksaan
fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi
keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4
(Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone). Pernafasan B1 (breath)Bentuk dada : normalPola napas :
tidak teratur Suara napas : normalSesak napas : yaBatuk : tidakRetraksi otot bantu napas ; yaAlat
bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)Kardiovaskular B2 (blood)Irama jantung : irregularNyeri dada :
tidakBunyi jantung ; normalAkral : hangatNadi : BradikardiTekanana darah

MeningkatPersyarafan B3 (brain)Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya


ketajaman atau diplopia.Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus
temporalPenciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontalPengecapan
(lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)Afasia
: Kerusakan
atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau
berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.Ekstremitas
: Kelemahan
atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.GCS
: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien
dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6
tergantung responnya yaitu :a.
Eye (respon membuka mata)(4) : Spontan(3) : Dengan rangsang
suara (suruh pasien membuka mata).(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)(1) : Tidak ada responb.
Verbal (respon verbal)(5) : Orientasi
baik(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu.(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam
satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)(2) : Suara tanpa arti (mengerang)(1) : Tidak ada
responc.
Motor (respon motorik)(6) : Mengikuti perintah(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau
& menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)(4) : Withdraws (menghindar / menarik
extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)(3) : Flexi abnormal (tangan
satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).(2) :
Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).(1) : Tidak ada responPerkemihan B4 (bladder)Kebersihan :
bersihBentuk alat kelamin : normalUretra : normalProduksi urin: normalPencernaan B5
(bowel)Nafsu makan : menurunPorsi makan : setengahMulut : bersihMukosa :
lembapMuskuloskeletal/integument B6 (bone)Kemampuan pergerakan sendi : bebasKondisi
tubuh: kelelahan 3.2 Diagnosa KeperawatanNyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.Resiko cedera berhubungan dengan vertigo
sekunder terhadap hipotensi ortostatik.Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek
afasia pada ekspresi atau interpretasi.Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.Gangguan persepsi sensori visual
berhubungan dengan aneurisma.Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan
aneurisma.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu menggerakan
leher.3.3 Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.Tujuan
: Nyeri yang dirasakan berkurang`1 atau dapat diadaptasi oleh
klienKriteria hasil :Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2Klien tidak merasa kesakitan.Klien tidak
gelisahIntervensi
RasionalKaji keluhan nyeri: intensitas,
karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan. Instruksikan
pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.Berikan kompres dingin
pada kepala. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi Kolaborasi pemberian
analgesic. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus
dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan
suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat
mengurangi beratnya serangan.Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi.Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri
berkurangMerupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. 2.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula oblongata.Tujuan


:
Pola pernafasan kembali normal Kriteria Hasil :Pola nafas efekifGDA normalTidak terjadi
sianosisIntervensiRasional Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidakteraturan
pernafasan Posisikan semi fowler Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalamAuskultasi
suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan yang tidak
normal Kolabolasi. Berikan terapi oksigenPerubahan dapat menandakan awitan kompliasi
pulmonal atau menandakan lokalisasi keterlibatan otak. Pernapasan lambat , periode apnea dapat
perlunya ventilasi mekanis.Memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah
jatuh yang menyumbat jalan nafas.Membuat pola nafas lebih teratur. Mengidentifkasi adanya
masalah paruatau obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan
infeksi paru.Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan
hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.
3.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.Tujuan
: Perfusi jaringan membaik ditandai
dengan tanda-tanda vital stabil.Kriteria hasil :Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan
intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHgMenunjukkan tingkat kesadaran
normalOrientasi pasien baikRR 16-20x/menitNyeri kepala berkurang atau tidak
terjadiIntervensiRasional Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIKKaji
perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai GCSKaji tanda vital dan
bandingkan dengan keadaan sebelumnyaKaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan,
ukuran dan reaksi pupil, pergerakan ototKaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema,
diplopia, kejangUkur, cegah, dan turunkan TIKPertahankan posisi dengan meninggikan bagian
kepala 15-300, hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihanMonitor analisa gas
darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHgKolaborasi dalam pemberian
oksigenHindari faktor yang dapat meningkatkan TIK Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasienBerikan sedative atau analgetik dengan
kolaboratif. Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam batang otak, tingkat kesadaran
memberikan gambaran adanya perubahan TIKMengetahui keadaan umum pasien, karena pada
stadium awal tanda vital tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran status neurologiRespon
pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak dan ponsd. Merupakan tanda peningkatan
TIK Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak, posisi fleksi
tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau intratorakal yang akan mempengaruhi aliran
darah balik dari otakMenurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darahMemenuhi
kebutuhan oksigen Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigenMengurangi peningkatan
TIK
4.
Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.Tujuan
: Diagnosa tidak menjadi masalah aktualKriteria hasil :Pasien dapat
mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang menyebabkan vertigoPasien dapat menjelaskan metode
pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.Pasien
dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tibatiba.Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing.IntervensiRasionalKaji tekanan darah
pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi tubuh. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi
hipotensi ortostatik.Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatikUntuk
mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah tidak.Untuk menambah pengetahuan
klien tentang hipotensi ortostatik.Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika
mengalami hipotensi ortostatik. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia
pada ekspresi atau interpretasi.Tujuan
: Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan
menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di
terima.Kriteria Hasil: Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi.Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikanPasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan
tepatIntervensiRasionalPerhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik. Minta

pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien
untuk membaca kalimat yang pendek.Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di
papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan,
demonstrasi).Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang.
Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban ya/tidak selanjutnya kembangkan pada
pertanyaan yang lebih komplek sesuai dengan respon pasien.Pasien mungkin kehilangan
kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata.Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang
benar yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.Memberikan
komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit yang mendasarinya. Menurunkan
kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak
pada satu waktu tertentu.
6.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan denganefek kemoterapi dan radioterapi.Tujuan
: Kebutuhan nutrisi klien
dapat terpenuhi dengan adekuatKriteria hasil:Antropometri: berat badan tidak turun
(stabil)Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl,
perempuan 12-16 g/dl)Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan
merahDiet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambahIntervensiRasional1. Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan,
tanda-tanda anemia, tanda vital2. Monitor intake nutrisi pasien 3. Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.4. Timbang berat badan 3 hari sekali 5. Monitor hasil laboratorium: Hb,
albumin6. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik Menentukan adanya kekurangan nutrisi
pasien Salah satu efek kemoterapi dan radioterapi adalah tidak nafsu makanMengurangi mual dan
terpenuhinya kebutuhan nutrisi.Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.Menentukan
status nutrisi Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake makanan 7. Diagnosa
: Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurismaTujuan
:
Mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah kerusakan yang lebih parahKriteria
Hasil:Mempertahankan lapang pandang tanpa kehilangan lebih
lanjut IntervensiRasionalMandiri:Kaji respon pupil: Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk
mengevaluasi ukuran, konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.Evaluasi tatapan klien untuk
menentukan apakah terdapat konjugasi (berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan
mata abnormal.Evaluasi kemampuan mata untuk melakukan abduksi dan adduksi Pastikan
derajat atau tipe kehilangan penglihatan Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
atau kemungkinan kehilangan penglihatan Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan. Misalnya, kurangi kekacauan, atur perabot, ingatkan memutar kepala ke
subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. Perubahan pupil
menunjukkan tekanan pada syaraf okulomotorius atau optikusReaksi pupil diatur oleh
syarafokulomotorius (syaraf cranial III) pada batng otak. Gerakan mata konjugasi diatur dari
bagian korteks dan batang otak. Syaraf cranial VI atau syaraf abdusen mengatur gerakan abduksi
dan adduksi mata. Syaraf cranial IV atau syaraf troklearis juga mengatur gerakan
mata. Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi Intervensi dini mencegah
kebutaan bagi pasien dalam menghadapi kemungkinan atau mengalami kehilangan penglihatan
sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki
kehilangan lanjut dapat dicegah.Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar
lingkunganKolaborasi:Lakukan tindakan pembedahan pada tumor yang masih bersifat jinak
(benigna). Agen hiperosmotik. Contoh: mannitol (osmitrol; gliserin) Dipifevren hidroclorida
(propine) Mencegah terjadinya metastase ke organ lain serta mencegah kerusakan yang lebih
parah.Digunakan untuk menurunkan sirkulasi volume cairan, dimana akan menurunkan produksi
aquos humor bila pengobatan lain belum berhasil.Mungkin menguntungkan bila pasien tidak
berespon pada obat lain. Bebas efek samping seperti, penglihatan kabur, kebutaan malam. 8.
Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurismaTujuan:

Mempertahankan fungsi pembau dan mencegah kerusakan yang lebih parahKriteria Hasil:
Mempertahankan fungsi pembau IntervensiRasionalMandiri:Lakukan uji indra pembau klien
dengan memberi tester bau yang khas seperti kopi dan bawangMemberi helth education kepada
pasien mengenai penurunan fungsi pembau Mengetahui seberapa baik kemampuan membau
klien Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang dialami 9. Diagnosa : Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu menggerakan leherTujuan : Memberikan
kenyamanan gerak leher pada klien Kriteria Hasil :Klien dapat menggerakan leher secara
normalKlien dapat beraktifitas secara normalIntervensiRasionalKaji rentang gerak leher
klienMemberi helth education kepada pasien mengenai penurunan fungsi gerak leherKolaburasi
dengan fisioterapiMengetahui kemampuan gerak leher klienMembantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang dialamiTerapi dapat membantu mengembalikan gerak leher klien secara
normal

Anda mungkin juga menyukai