PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Archaebacteria dan Eubacteria Jika kita amati dengan mikroskop, kebanyakan
bakteri mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Akan tetapi, bukti biologi
molekuler menunjukkan adanya perbedaan pada RNA ribosom. Pada ahli mikrobiologi
membagi bakteri menjadi dua, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria. Dengan metode
skeunsing
gen,
Woese
dan
kawan-kawan membagi
kelompok
bakteri
menjadi
pengertian
dari
Eubacteria berarti
bakteri
yang
sesungguhnya.
Selanjutnya disebut bakteri saja atau bisa disebut dengan kuman atau basil. Sedangkan
Archaeobacteria, yaitu bakteri yang hidup di sumber air panas, di tempat berkadar garam
tinggi, di tempat yang panas dan asam.
1. Archaebacteria
Archaebacteria merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan gas metan dari
sumber
karbon
yang
sederhana,
uniseluler,
mikroskopik, dinding
sel
bukan
peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan Eubacteria. Selain itu, sifat
Archaebacteria yang lain adalah bersifat anaerob, dapat hidup di sampah, tempat-tempat
kotor,
saluran pencernaan
bergaram, serta
manusia
termoplastik
pada
atau
hewan,
suhu
panas
halofil
dan
ekstrem,
lingkungan
lingkungan
asam.
Archaebacteria dianggap sebagai nenek moyang dari bakteri yang ada sekarang ini.
Archaebacteria mencakup makhluk hidup autotrof dan heterotrof. Archaebacteria
terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a. Bakteri metanogen.
Hidup di lingkungan anaerobic ( memperoleh makanan dgn membusukkan sisa-sisa
bahan organic ) menghasilkan gas metana ( CH4 ) dari reduksi karbon dioksida contoh
: Methanobacterium
b. Halobakterium. Genus Halobacterium dan Halococcus mencakup bakteri yang halofil
ekstrem, bersifat aerob, dan heterotrof. Bakteri genus ini banyak ditemukan di tambak
garam laut. Pada saat terjadi penggandaan sel dari halobakterium yang mengandung
karotenoid, air
akan
berwarna
merah
intensif.
Selain
itu,
Halobakterium
dan Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl, 3,5 sampai 5 molar, serta
mampu memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.
c. Bakteri termo-asidofil. Dalam kelompok ini, terhimpun Archaebacteri yang bersifat
nonmetanogen yang berbeda-beda. Di dalamnya juga terdapat wakil autotrof dan
heterotrof, asidofil ekstrem, neurofil, serta aerob dan anaerob.
2. Eubacteria
Eubacteria adalah bakteri yang bersifat prokariot. Inti dan organelnya tidak
memiliki membran, bersifat uniseluler, bersifat mikroskopik, serta mempunyai dinding sel
yang tersusun dari peptidoglikon. Selnya dapat berbentuk bulat atau batang yang lurus,
terpisahpisah atau membentuk koloni berupa rantai, serta bertindak sebagai dekomposer
pengurai. Bakteri ini hidup secara parasit dan patogenik. Akan tetapi, ada pula yang
bersifat fotosintetik dan kemoautotrof. Eubacteria menjadi unsur yang sangat penting
dalam proses daur ulang nitrogen dan elemen lain. Selain itu, beberapa Eubacteria
dapat dimanfaatkan dalam proses industri. Eubacteria terbagi menjadi enam filum, yaitu
bakteri ungu, bakteri hijau, bakteri gram positif, Spirochaet, Prochlorophyta, dan
Cyanobacteria. Beberapa Eubacteria bergerak secara peritrik atau tidak bergerak. Beberapa
kelas dalam Eubacteria adalah sebagai berikut:
a. Kelas Azotobacteraceae
Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae adalah sel berbentuk
batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir, dan pada kondisi aerob dapat
menambat N2. Misalnya, Azotobacter Chlorococcum, Azotobacter indicus, dan
Azotobacter agilis.
b. Kelas Rhizobiaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel berbentuk batang atau bercabang,
bersimbiosis dengan legominosae, membentuk bintil akar, dan mengonversi nitrogen
udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya, Rhizobium
leguminosarum membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum, Vicia; Rhizobium
japonicum pada kedelai; Agrobacterium tumefaciens menimbulkan pembengkakan
pada akar pohon.
c. Kelas Micrococcaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk peluru, berbentuk koloni
tetrade, serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan Staphyloccus
aureus yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai penyakit.
d. Kelas Enterobacteriaceae
Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae dapat menimbulkan
fermentasi anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada
serasah atau patogen pada manusia, juga pada saluran pernapasan dan saluran kencing
Vertebrata. Contohnya, E. coli yang terdapat di usus besar manusia dan Vertebrata;
Salmonela typhosa, yaitu patogen penyebab penyakit tifus; serta Shigella dysenteriae
penyebab disentri.
e. Kelas Lactobacillaceae
Sel Lactobacillaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan fermentasi asam
laktat. Contohnya, Lactobacillus caucasicus yang membantu pembuatan yogurt;
Streptococcus pyogenes yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah pada
manusia; serta Diplococcus pneumoniae sebagai penyebab pneumonia.
f. Kelas Bacillaceae
Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.
Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium pasteurianum,
yaitu bakteri anaerob penambat N2.
g. Kelas Neisseriaceae
Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya berpasangan. Misalnya, Neisseria
meningitidis, yaitu bakteri penyebab meningitis; Neisseria gonorrhoeae penyebab
penyakit kencing nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan saluran
pencernaan manusia dan hewan.
BAB III
PEMBAHASAN
diri
dan
generatif
dengan
polimer
paraseksual.
e. Adaptasi terhadap lingkungan buruk membentuk endospora.
penutup
paling
dalam,
mengandung
enzim
1) Bakteri heterotrof
Bakteri yang hidupnya tergantung pada organisme lain dalam hal
pemenuhan zat organik sebagai sumber karbon (C).
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
Bakteri saprofit (saproba), hidup dari zat-zat organik yang berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup atau sampah.
Bakteri parasit, hidup di dalam tubuh makhluk hidup atau bahanbahan
dari tubuh inangnya. Dibedakan menjadi:
(1) Bakteri parasit fakultatif, dapat hidup sebagai saprofit.
(2) Bakteri parasit obligat, hanya mutlak sebagai parasit.
(3) Bakteri patogen, menyebabkan penyakit pada
hewan
dan
manusia.
2) Bakteri autotrof
Bakteri yang mampu menyusun makanan sendiri dengan sumber karbon
(C) yang berasal dari senyawa anorganik (CO2 atau karbonat).
Dibedakan menjadi:
a) Bakteri fotoautotrof, energi untuk sintesis berasal dari cahaya. Contoh
bakteri ungu dan bakteri hijau.
b) Bakteri kemoautotrof, energi untuk sintesis makanan berasal dari reaksib.
pneumoniae
Tetracoccus, bergandengan empat-empat.
Sarcina, bergerombol membentuk kubus.
Staphylococcus, bergerombol membentuk
Staphylococcus aureus.
Streptococcus, bergandengan membentuk rantai.
buah
anggur.
Contoh:
Azetobacter.
Monobacillus, tunggal (satu-satu). Contoh: Eschericia coli.
lingkaran.
yang
tersusun
atas
bermacam-
macam protein termasuk flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung
cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran sel untuk
membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. Flagela berbentuk seperti
cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat gerak. Bentuk yang umum dijumpai
meliputi:
1. Monotrik - Flagela tunggal ditemukan di satu sisi
2. Peritrik - Flagela ditemukan diseluruh badan bakteri
3. Amfitrik - Terdapat satu flagela pada masing masing kutub
4. Lofotrik - Terdapat seberkas (banyak) flagel pada satu sisi/kutub.
3.5 Pili dan fimbria
Fimbria adalah tabung protein yang menonjol dari membran pada banyak spesies
dari Proteobacteria. Fimbria umumnya pendek dan terdapat banyak di seluruh permukaan
sel bakteri. Struktur pili mirip dengan fimbria dan ada di permukaan sel bakteri namun
tidak banyak. Pili berperan dalam konjugasi bakteri. Fimbria hanya ditemukan pada bakteri
gram negatif, dimana bakteri tersebut memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis pada
dinding selnya.
3.6 Komponen sitosol
1. Pengertian Sitosol
Sitosol, menurut definisi, adalah cairan yang organel sel berada. Hal ini sering
bingung dengan sitoplasma, yang merupakan ruang antara inti dan membran plasma.
Oleh karena itu, dalam sitosol secara teknis tidak termasuk organel. Perbedaan ini
sering diabaikan, tetapi sangat penting bagi pemahaman tentang sel dan fungsi sitosol.
Komponen utama dari sitosol adalah air. Air membentuk 70% dari sel, dan terutama
dalam sitosol untuk melarutkan komponen lainnya. Ini termasuk molekul polar dan ion
(partikel bermuatan). Selain itu, air ini dapat digunakan untuk membantu dalam reaksi
kimia dalam sel. Hal ini akan membantu membantu dalam metabolisme sel.
Protein dan makromolekul lainnya akan larut dalam sitosol saat tidak digunakan. Karena
sebagian besar makromolekul (dengan pengecualian lipid) bersifat polar, maka mereka dapat
larut dalam komponen berair sitosol untuk penyimpanan. Hal ini menguntungkan bagi sel,
karena memungkinkan sel untuk menyimpan bahan-bahan untuk penggunaan masa depan dan
membuat mereka mudah diakses. Selain itu, enzim (katalis biologis) sering ditemukan dalam
sitosol dalam rangka untuk mempercepat reaksi kimia dalam sel.
2. Fungsi
Sitosol tidak memiliki fungsi yang ditetapkan tunggal selain komponen
pendukung lain dari sel. Jika sel adalah sebuah mobil, maka sitosol akan suspensinya.
Namun, sitosol adalah lokasi beberapa proses seluler, dan proses yang aktif dalam
setiap bagian dari sitosol akan didasarkan pada kompartementalisasi, atau organisasi.
Bahan dan organel dalam sitosol tidak merata. Oleh karena itu, proses yang terjadi
dengan retikulum endoplasma (prosesor protein), misalnya, akan terjadi pada
kompartemen sel yang berbeda dari aparatus Golgi (pembuat paketprotein). Demikian
juga, fungsi mitokondria (produsen energi) akan berlangsung di daerah yang berbeda
dari ribosom (pembuat protein). Ini kompartementalisasi organel dan bahan dalam sel
memberikan organisasi yang diperlukan untuk fungsi sel yang tepat.
3.7 Polisom
Polisom terbentuk oleh perlekatan ribosom ke RNA messenger selama proses
translasi protein. Banyak ribosom yang dapat melekat ke RNA messenger tunggal, dan
masing-masing ribosom menghasilkan sebuah protein.Polisom ini dapat berada bebas di
dalam sitoplasma atau terikat ke RER.
3.8 Granula Metachromatin
Granula sitoplasma , bentuk penyimpanan makanan cadangan, granula ini sebagai
sumber karbon, tetapi bila sumber protein berkurang, karbon pada granula ini dapat di
konversi menjadi sumber nitrogen.
Pada beberapa jenis bakteri Granula sitoplasma menyimpan pula sulfur, fosfat
inorganic (= Granula Volutin) dan granula pada Corynebacteria disebut Granula
Metakromatik karena bila diwarnai dengan zat warna biru tua tidak berwarna biru
tetapi merah.
Tidak ada mikrotubulus
3.9 Kromosom dan DNA
1. Pengertian Kromosom
Kromosom adalah pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus).
Kromosom berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata chrome yang berarti warna dan
soma berarti badan. Kromosom dapat diartikan sebagai badan yang mampu menyerap
warna. Istilah kromosom diperkenalkan pertama kali oleh W. Waldeyer pada tahun
1888. Satuan terkecil dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti
sel (nukleus). Di dalam inti, terkandung substansi genetik yang terdapat dalam
kromosom.
Kromosom merupakan benda-benda yang halus berbentuk lurus seperti batang
atau bengkok yang berada di dalam nukleus. Karena dapat menyerap warna dengan
jelas, maka dapa diamati di bawah mikroskop. Zat penyusun kromosom disebut
kromatin dan merupakan jalinan benang-benang halus dalam plasma inti.
2. DNA
DNA merupakan materi yang membentuk kromosom-kromosom dan juga
merupakan informasi genetik yang tersimpan dalam tubuh makhluk hidup. Informasi
genetik ini pada dasarnya merupakan kumpulan instruksi/perintah yang mengatur sel
untuk bisa melakukan hal-hal tertentu. DNA singkatan dari deoxyribonucleic acid, atau
dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Asam Deoksiribosa Nukleat atau ADN. Kata
deoxyrybo mengacu pada nama gula yang terkandung dalam DNA, yaitu deoxyrybose
(deoksiribosa).
3.10 Spora
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat menghasilkan spora diluar sel
(eksosspora) atau di dalam sel (endospora). Spora pada bakteri berfungsi sebaga
pertahanan tubuh. Beberapa spesies bakteri menghasilkan eksospora, misalnya
streptomyces menghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di ujung
hifa.
Endospora paling sering dijumpai pada bakteri batang gram positif seperti
Bacillus dan Clostridium. Bakteri ini membentuk spora bila keadaan lingkungannya
jelek. Masing-masing sel akan membentuk spora, sedangkan sel induknya akan
mengalami otolisis. Langkah-langkah utama Spora bersifat sangat resisten terhadap
panas, kekeringan dan zat kimiawi. Bila kondisi lingkungan telah baik kembali, maka
spora dapat melakukan germinasi dan memproduksi sel vegetatif. Langkah-lahkah utama
di dalam proses itu dapat digariskan sebagai berikut:
1. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invanginasi membran sel di
dekat satu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.
2. Pembentukan sederetan lapisan yang menutupi bakal spora yaitu korteks spora
diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.
3. Pelepasan spora bebas diikuti sel induk yang mengalami lisis.
Secara morfologis, proses sporulasi terjadi dengan cara isolasi badan inti yang diikuti
dengan melipatnya membran sel ke arah dalam. Spora terdiri atas :
a. Core yaitu sitoplasma dari spora. Di dalamnya terkandung semua unsur untuk
kehidupan mikroba seperti kromosom yang komplit, komponen-komponen untuk
sintesis protein dan lain sebagainya.
b. Dinding spora yakni lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari dinding
peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel bila spora kembali ke bentuk vegetatif.
c. Korteks adalah lapisan yang tebal dari spora envelope. Juga terdiri dari lapisan
peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
d. Coat yaitu terdiri dari zat semacam keratin dan keratin inilah yang menyebabkan
spora relatif tahan terhadap pengaruh luar. Keratin adalah protein filamen
intermediate dari jaringan epitalial yang bersifat keras dan tidak larut dalam air.
Contoh keratin adalah pada lapisan kulit, kuku dan rambut.
e. Eksosporium adalah lipoprotein membran yang terdapat paling luar.
BAB IV
KESIMPULAN
Eubacteria berarti bakteri yang sesungguhnya. Selanjutnya disebut bakteri saja atau bisa disebut
dengan kuman atau basil. Sedangkan Archaeobacteria, yaitu bakteri yang hidup di sumber air
panas, di tempat berkadar garam tinggi, di tempat yang panas dan asam.
Tabel 1. Perbedaan antara Archaebacteria dan Eubacteria.
No
Eubacteria
Pembeda
Archaebacteria
1.
Ukuran sel
2.
Dinding sel
Mengandung peptidoglikan
3.
Struktur
ribosom
Mempunyai struktur
tersendiri
4.
Fungsi
flagel
a.
5.
Klasifikasi
b.
terdiri dari
c.
a.
b.
Methanobacterium
Halobacterium
1) Filum Proteobacteria
Archaebacteria Termo-asidofil
2) Filum Cyanobacteria
3) Filum Spirochetes
4) Filum Chlamydias
7.
Tidak patogen
DAFTAR PUSTAKA
Tamher,sayuti. 2000. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Depkes RI; Jakarta
Irianto,Koes .2006 . Mikrobiologi . Yrama Widya; Bandung.
Brooks, Geo F, dkk. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Kusnadi, dkk. (2003). Common Text Book Mikrobiologi. JICA: Bandung.
Prescott, Langsing M, et all. (1999). Microbiology fourth edition. New York: WCB Mc GrawHill.
LAMPIRAN