Gita Dianingrum
Herlina Sibagariang
Ismira Erlayasna
Klara Dienul Majd
Mega Sartika
Meiyanti Sianturi
7.Mesti nursarjani
8.Mutiara Elfiana
9.Noni Ramdhani
10.Novita santa hoci
11.Nurelisa Simanjuntak
12.Pretty Aritonang
13.Rima Ovelia
KELAS: II-B
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kegawatdaruratan
Pada Kehamilan Muda (0-20 minggu) Berdasarkan Kasus .
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian............................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi............................................................................................................................4
2.3 Etiologi................................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................5
2.5 Tanda dan Gejala.................................................................................................................5
2.6 Gambaran Diagnostik..........................................................................................................5
2.7 Penanganan/Penatalaksanaan..............................................................................................7
2.8 Komplikasi..........................................................................................................................9
BAB III KASUS.................................................................................................................10-13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................14
4.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatidosa bentuk komplet dan bentuk
parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio. Sebagian dari vili berubah
menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.
Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin.
Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Pada mola hidatidosa,
ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium, kadangkadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan
dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena
perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri
setelah mola dilahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat
kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo,
2003).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah chorionic vili (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba fallopi dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan
janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)
dan parsial (inkomplet).
1.
4
2.4 Patofisiologi kehamilan mola hydatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam
blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan
peningkatan kadar HCG.
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
7. Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri.
Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola.
8. Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 4 bulan).
9. Arteriogram khusus pelvis.
10. Ultrasonografi : Akan terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah anggur
dan tidak terlihat janin.
Diagnosa Banding
Kehamilan ganda
Hidramnion
Abortus
6
2.7 Penanganan/Penatalaksanaan
penanganan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah
melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan dan
pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil,
o Pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
o Setelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau
sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum uteri
dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar ambillah
dulu pada bagian tengah
Penatalaksanaan
1.
adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus
tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.setelah
evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi
kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya
dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.
2.
Histerektomi abdominal
Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi
8
3. Program lanjut
Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap
serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk
submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative. Hilangnya HCG secara sempurna
diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk
menghindari kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun.
Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk
menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah
untuk metastase.
Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau meningkat atau
apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia
tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa
berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80%
menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase
keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer
chorionic
Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
BAB III
KASUS
Seorang ibu umur 36 tahun, GI P2 002, 9rogest ke pelayanan kesehatan mengeluh keluar
flek-flek dari kemaluan disertai gelembung-gelembung sebesar kacang hijau sampai buah
anggur. Anamnesa menemukan telat haid 2 bulan yang lalu, dan mengalami mual muntah
yang lebih parah dari sebelumnya. Pemeriksaan tanda vital dan antropometri dalam batas
yang normal, HB 9 gram %, PPT +.
1. Apa yang saudara pikirkan mengenai kasus tersebut dan bagaimana tanda
gejalanya ? Jawab :
Yang kami pikirkan mengenai kasus diatas adalah seorang Ibu umur 36 tahun GI P2 002
dengan Mola hidatidosa. Hal ini karena apa yang dialami oleh ibu tersebut sesuai dengan
tanda dan gejala mola hidatidosa yaitu :
1. PPT + dengan kadar HCG yang lebi tinggi dari Iroges
2. Perdarahan disertai dengan keluar gelembung-gelembung seperti buah anggur
3. Mual muntah yang berlebihan
4. Tinggi fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan
5. Sering diikuti dengan anemia.
2. Apa penyebab terjadinya kasus tersebut dan roges resiko yang mungkin mempengaruhi,
dan bagaimana prosesnya ? Jawab :
Faktor langsung penyebab mola hidatidosa ini hingga sekarang masih belum
diketahui secara pasti. Diperkirakan bahwa beberapa
rogest (buruknya
kualitas sperma atau gangguan pada sel telur) yang mengakibatkan pada kehamilan
dimana janin akan mati dan tak berkembang, kekurangan vitamin A, darah tinggi,
serta roges gizi yang kurang baik. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas
40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Seringkali ditemukan pada masyarakat
dengan kondisi roges ekonomi yang rendah, kekurangan gizi pada ibu hamil, ibu
yang sering hamil, gangguan peredaran darah dalam rahim dan kelainan rahim
berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Mengkonsumsi makanan
rendah protein, asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.
10
Proses terjadinya mola hidatidosa yaitu : Sebagian dari villi berubah menjadi
gelembung-gelembung berisi cairan jernih biasanya tidak ada janin, hanya pada
molapartialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau
sampai sebesar buah anggur, gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di
bawah mikroskop roges degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya
pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan chromosom didapatkan
poliploid dan roges pada semua kasus mola susunan sek chromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein. Kadang-kadang hanya
pada satu ovarium kadang pada keduanya.
Faktor risiko terdapat pada golongan sosiolekonomi rendah, usia di bawah 20 tahun
dan paritas tinggi.
3. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnose ? Jawab:
Beberapa tindakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnose adalah :
1. Pemeriksaan sonde uterus (hanifa) : Sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar 360,
setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
2. Tes acorta sison dengan tang abortus, gelembung mols dapat dikeluarkan.
3. Peningkatan kadar -HCG darah atau urin : Kadar HCG normal
adalah
<5
Miu/ml. Peningkatannya yaitu terjadi grafik peningkatan HCG paling sedikit empat
kali (hari 1, 7, 14 dan 21) atau peningkatanHCG secara bertahap selama dua minggu
(hari 7 dan 14) atau lebih lama. Nilai HCG bergantung pada individu masing-masing.
4. Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)
5. Foto torake ada gembaran emboli udara
6. Pemeriksana T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
Pada kasus mola hidatidosa kadar HCG sangat tinggi, melebihi kadar HCG ibu
hamil yang normal, hal ini akan memicu peningkatan jumlah rogest tiroid. Pemeriksaan T3
dan T4 perlu untuk memantau kadar tiroid sehingga pada kasus mola hidatidosa sangat
penting dilakukan pemeriksaan tersebut sebagai deteksi dini terjadinya tirotoksikosis.
11
4. Bagaimana penanganan terhadap kasus tersebut bila saudara berada di BPM dan RS ?
Jawab :
Di BPM :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dan rencana tindakan
selanjutnya (inform consent).
2. Memasang roges RL dengan tetesan 20 tts/menit.
3. Merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dengan prinsip
BAKSOKUDA:
- Bidan
- Alat
- Keluarga
- Obat
- Uang
Darah
Di Rumah Sakit :
Melakukan kolaborasi dengan dr.SPOG untuk penanganan yaitu :
FASE PENGOSONGAN UTERUS
1. Perbaiki keadaan umum
2. Melakukan pemeriksaan lab lengkap, USG dan foto thorax
3. Kuretase dilakukan satu kali pada UK di bawah 20 minggu, dan dua kali pada UK
di atas 20 minggu.
4. Untuk memperbaiki konntraksi uterus pada saat kuretase berikan uterotonik (2040 unit oksitosin dalam 500 ml D5%).
5. Diambil rogeste PA yang dibagi menjadi dua sampel = PA 1 : jaringan dan
gelembung mola dan PA 2 : kerokan endometrium uterus
6. Histeroktomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan
cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga,
7. Terapi proflaksis dengan sitostatik metroteksat atau aktinomisin D pada kasus
dengan resiko keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi`
12
FASE FOLLOW UP :
1. Pemeriksaan panggul : dikerjakan setiap 2-4 minggu sekali
2. Pemeriksaan laboratorium : mulai dari tes dengan kepekaan paling rendah yaitu
PPT, HCG slide test sampai pack test konfirmasi adanya PTG
Penilaian (untuk batas akhir) :
1. PPT (1500 4000 SI/L) harus rogeste pada minggu ke 4 atau HCG < 1000
Miu/ml
2. HCG slide test (800 SI/L) harus rogeste pada minggu ke 8 atau HCG serum <
500 Miu/ml
3. Test pack (50 SI/L) harus rogeste pada minggu ke 12 atau HCG serum N
( ELISA : 0-15 Miu/ml
4. Pemeriksaan thorax foto : Perlu dikerjakan sebelum pengosongan kavum uteri
dan 4 minggu setelah evakuasi. Paru adalah tempat paling sering terkena
metastase.
a. Kontrasepsi : sebaiknya diberikan preparat rogesterone selama 2 tahun untuk
mencegah mola berulang
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan
janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)
dan parsial (inkomplet).
Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada
multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa pada
wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat
dengan penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan
untuk memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk keadaan
pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam perawatan kehamilan mola
hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan perawatan dan pengobatan secara kontinyu
sehingga
keluarga
perlu
dilibatkan
agar
mampu
memberikan
perawatan
secara
Harus senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan dan periksa USG rutin.
Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.
Jangan kekurangan vitamin A.
Periksa kepada tenaga medis yang profesional jika terjadi tanda-tanda kehamilan
untuk memastikan hamil anggur atau hamil normal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN
TERAPI LAB/UPF. KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN.
RSUD DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal 25-28.
iii