Anda di halaman 1dari 24

BAB III

TEORI DASAR
3.1. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui partikel dalam bentuk partikel
atau gelombang elektromagnetik. Radiasi partikel adalah jenis radiasi
yang

memiliki

massa

terukur

dan

bermuatan.

Sedangkan

radiasi

gelombang elektromagnetik atau foton adalah jenis radiasi yang tidak


memiliki massa dan muatan.
Ditinjau

dari

massanya,

radiasi

dapat

dibagi

menjadi

radiasi

elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah


radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio,
gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan
sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki
massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.
Jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi

pengion

adalah

radiasi

yang

apabila

menumbuk

atau

menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang


disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini
kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau
radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, sinar
gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel
beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung.
Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar
gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion
karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.
III-1

Gambar 3.1 Tiga Macam Radiasi Pengion yang Dapat Menembus


Benda Padat : Kertas, Alumunium, dan Timbal

Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan


ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang
radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.

3.1.1.Radiasi Alpha ()
Peluruhan Alfa ( ) adalah bentuk radiasi partikel dengan kemampuan
mengionisasi atom sangat tinggi dan daya tembusnya rendah. Pertikel
alfa terdiri atas dua buah proton dan dua buah netron yang terikat
menjadi suatu atom dengan inti yang sangat stabil, dengan notasi atom
atau . Partikel diradiasikan oleh inti atom radioaktif seperti uranium atau
radium dalam suatu proses yang disebut dengan peluruhan alfa. Sering
terjadi inti atom yang selesai meradiasikan partikel alfa akan berada
dalam eksitasi dan akan memancarkan sinar gamma untuk membuang
energi yang lebih.
Setelah partikel alfa diradiasikan , massa inti atom akan turun kira-kira
sebesar 4 sma, karena kehilangan 4 partikel. Nomor atom akan berkurang
2, karena hilangnya 2 proton sehingga akan terbentuk inti atom baru yang
dinamakan inti anak. Pada peluruhan berlaku :
1. hukum kekekalan nomor massa : nomor massa (A) berukuran 4 dan
2. hukum kekekalan nomor atom : nomor atom (Z) berkurang 2.

III-2

Kecepatan gerak partikel alfa berkisar antara 0,054 c hingga 0,07 c.


Karena massa partikel alfa cukup besar, yaitu 4 u, maka jangkauan
partikel alfa sangat pendek. Partikel alfa dengan energi paling tinggi,
jangkauannya di udara hanya beberapa cm. Sedangkan dalam bahan
hanya beberapa mikron. Partikel alfa yang dipancarkan oleh sumber
radioaktif memiliki energi tunggal (mono-energetic). Bertambah tebalnya
bahan hanya akan mengurangi energi partikel alfa yang melintas, tetapi
tidak megurangi jumlah partikel alfa itu sendiri. Pengujian jejak partikel
alfa dengan kamar kabut Wilson, menunjukkan bahwa sebagian besar
partikel alfa memiliki jangkauan yang sama di dalam gas dan bergerak
dengan jejak lurus. Namun, karena massa partikel yang tinggi sehingga
memiliki sedikit energi dan jarak yang rendah, partikel alfa dapat
dihentikan dengan selembar kertas (atau kulit).

Gambar 3.2 Peluruhan Alpha

3.1.2.Radiasi Beta ()
Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel beta
(elektron atau positron) dipancarkan.
Radiasi beta-minus ()terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi.
radiasi ini kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar
gamma. Elektron seringkali dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter
logam. radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam
nukleus, melepaskan partikel beta dan sebuah antineutrino.
Radiasi beta plus (+) adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti ,
peluruhan + tidak dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan
III-3

energi, massa neutron lebih besar daripada massa proton. peluruhan +


hanya dapat terjadi di dalam nukleus ketika nilai energi yang mengikat
dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energi ini
masuk ke dalam reaksi konversi proton menjadi neutron,positron dan
antineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel

Gambar 3.3 Radiasi Beta

3.1.3.Radiasi Gamma ()
Suatu inti unsur radioaktif yang mengalami peluruhan, baik peluruhan
maupun peluruhan atau mengalami tumbukan dengan netron biasanya
berada pada keadaan tereksitasi. Pada saat kembali ke keadaan dasarnya
inti tersebut akan melepas energi dalam bentuk radiasi gamma.
Radiasi gamma mempunyai energi yang diskrit. Energi sinar gamma ()
akan berkurang atau terserap oleh suatu material yang dilewatinya.
Karena ada penyerapan energi olah bahan maka intensitas dari sinar
gamma akan berkurang setelah melewati material tersebut.
Setelah peluruhan alfa dan beta, inti biasanya dalam keadaan tereksitasi.
Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar (stabil) dengan
memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan
sinar gamma (). Dalam proses pemancaran foton ini, baik nomor atom
atau nomor massa inti tidak berubah.
Setelah inti meluruh menjadi inti baru biasanya terdapat energi kelebihan
pada ikatan intinya sehingga seringkali disebut inti dalam keadaan
tereksitasi. Inti yang kelebihan energinya ini biasanya akan melepaskan
energinya dalam bentuk sinar gamma yang dikenal dengan peluruhan
gamma, sinarnya ini adalah foton dan termasuk ke dalam gelombang
elektromagnetik yang mempunyai energi yang sangat besar melebihi
sinar X.

III-4

Peluruhan gamma () merupakan radiasi gelombang elektromagnetik


dengan energi sangat tinggi sehingga memiliki daya tembus yang sangat
kuat. Sinar gamma dihasilkan oleh transisi energi inti atomdari suatu
keadaan eksitasi ke keadaan dasar. Saat transisi berlangsung terjadi
radiasi energi tinggi (sekitar 4,4 MeV) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Sinar gamma bukanlah partikel sehingga tidak memiliki
nomor atom (A=0) maka dalam peluruhan sinar- tidak dihasilkan inti
atom baru.

Gambar 3.4 Peluruhan Gamma

3.2. Radioaktivitas
Radioaktivitas adalah gejala perubahan keadaan inti atom secara spontan
yang disertai radiasi berupa zarah atau gelombang elektromagnetik.
(Batan, 1984).

3.1.1. Kestabilan Inti Atom


Peristiwa radioktivitas berkaitan erat dengan kestabilan inti atom.
Kestabilan inti atom dapat dilihat dari perbandingan jumlah proton (p) dan
neutron (n) yang ada di dalam inti. Untuk atom ringan, jika nilai
perbandingan n/p tidak sama dengan satu (n/p<1 atau n/p>1), maka inti
atom tersebut tidak stabil.

3.1.2. Isotop
Isotop adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom yang sama (jumlah
proton dalam inti sama) tetapi nomor massanya berbeda. Misalnya atom

III-5

Uranium dapat membentuk tiga macam isotop, yaitu :

233

235

238

U 92 , U 92 ,U 92 .

Dalam masing masing inti isotop tersebut dapat 141, 143, 146 buah
neutron, sedangkan jumlah proton dari ketiga inti adalah sama, yaitu 92.
Berdasarkan sifat keradioaktifannya, isotop terbagi menjadi dua jenis,
yaitu isotop non-radioaktif (isotop yang tidak mampu memancarkan
radiasi) dan isotop radioaktif (isotop yang mampu memancarkan radiasi).
Isotop

yang

mampu

memancarkan

radiasi

disebut

radioisotop.

Radioisotop ini dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh
manusia dalam suatu reaktor nuklir, akselerator maupun iradiator.

3.1.3. Peluruhan
Peluruhan adalah peristiwa berkurangnya inti atom radioakti yang
disebabkan oleh pemancaran radiasi terus-menerus sepanjang waktu dari
inti radioaktif. Laju peluruhan setiap zat radioaktif bergantung dari zat
radioaktifnya sendiri. Setiap zat radioaktif memiliki konstanta peluruhan
(). Konstanta peluruhan disefinisikan sebagai fraksi zat radioaktif yang
meluruh (N/N) persatuan waktu (t) yang dirumuskan :
N/N
=
t

(3.2)

Dengan mengintegrasi persamaan (3.2) akan diperoleh jumlah zat radioaktif


N/N
tersisa setiap saat.
=

Nt

Nt

N /t N = dt
0
0
Nt=N 0 et

(3.3)

dengan :
Nt
N0

jumlah
=

jumlah

zat

radioaktif
zat
=

setiap
radioaktif

konstanta

saat
awal
peluruhan

= waktu peluruhan
Gambar 3.5 Kurva Peluruhan Zat Radioaktif
III-6

Setiap zat radioaktif memiliki waktu paro (T1/2), yaitu waktu yang
diperlukan oleh zat radioaktif untuk meluruh sehingga jumlah zat
radioaktif tersebut menjadi setengah jumlah semula.
Melalui persamaan (3.3) diperoleh :
T 1 /2=

0,693

(3.5)
Perubahan dalam inti atom tentu saja membawa perubahan dari suatu
unsur nuklida menjadi nuklida yang lain. Peristiwa perubahan inti menjadi
inti atom lain ini disebut disintegrasi inti atau peluruhan radioaktif.

3.1.4. Aktivitas Zat Radioaktif


Aktivitas adalah besaran yang menunjukkan ukuran berapa besar
keradioaktifitasan suatu zat radioaktif dan dinyatakan dalam satuan
Becquerel (Bq), yaitu satuan disintegrasi inti per sekon. Satuan aktivitas
dalam SI adalah Becquerel (Bq). Semakin besar aktivitas semakin banyak
inti atom yang meluruh persatuan waktu. Satu becquerel sama dengan
satu peluruhan per detik. Satuan ini terlalu kecil dan sebagai gantinya
digunakan satuan curie. Satu curie dibandingkan dengan disintegrasi
sebanyak 3,7 x 1010 peluruhan per detik. Hubungan antara kedua satuan
tersebut adalah:
1Ci = 3,7 x 1010 Bq
1 Bq = 27,027 x 10-12 Ci
Aktivitas dari suatu zat radioaktif adalah sebagai berikut :
A=
dengan :
A

= aktivitas zat radioaktif (Bq)

= konstanta peluruhan ( s-1)

= jumlah atom radioaktif

N
= N
t

(3.5)

Melalui persamaan (3.3) dan (3.5) diperoleh :


A t =A 0 et

(3.6)
III-7

3.3.

Jenis Radioaktivitas

Jika suatu inti tidak stabil, maka inti mempunyai kelebihan energi. Inti itu
tidak dapat bertahan, suatu saat inti akan melepaskan kelebihan energi
tersebut dan mungkin melepaskan satu atau dua atau lebih partikel atau
gelombang sekaligus. Setiap inti yang tidak stabil akan mengeluarkan
energi atau partikel radiasi yang berbeda. Pada sebagian besar kasus, inti
melepaskan energi elektromagnetik yang disebut radiasi gamma, yang
dalam banyak hal mirip dengan sinar-X.
Radiasi gamma bergerak lurus dan mampu menembus sebagian besar
bahan yang dilaluinya. Dalam banyak kasus, inti juga melepaskan radiasi
beta. Radiasi beta lebih mudah untuk dihentikan. Seng atap atau kaca
jendela dapat menghentikan radiasi beta. Bahkan pakaian yang kita pakai
dapat melindungi dari radiasi beta. Unsur-unsur tertentu, terutama yang
berat seperti uranium, radium dan plutonium, melepaskan radiasi alfa.
Radiasi alfa dapat dihalangi seluruhnya dengan selembar kertas. Radiasi
alfa tidak dapat menembus kulit kita. Radiasi alfa sangat berbahaya
hanya jika bahan-bahan yang melepaskan radiasi alfa masuk kedalam
tubuh kita.
Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dibagi menjadi radioaktivitas alam
dan buatan. Radioaktivitas alam merupakan radioaktivitas yang berasal
langsung

dari

radiasi

kosmik.

Sedangkan

radioaktivitas

buatan,

merupakan radioaktif yang berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia.


Radiaktivitas buatan dipancarkan oelh radioisotop yang sengaja dibuat
manusia, dan berbagai jenis radionuklida yang dibuat sesuaai dengan
penggunanya.

3.2.1. Radioaktivitas Alam


Dari seluruh radionuklida yang ada di bumi, sebagian besar merupakan
inti atom yang ada di kerak bumi sejak terbentuk (radiasi primordial).
Selain itu terdapat inti yang terjadi dari interaksi antara radiasi kosmik
III-8

dengan inti atom yang ada di udara, bahan radioaktif akibat peluruhan
spontan akibat interaksi dengan neutron dari radiasi kosmik, dan
radionuklida yang pernah ada tetapi saat ini sudah musnah karena waktu
paronya pendek. Jumalah inti yang musnah ini tidak begitu banyak.
Berikut ini dijelaskan radiasi yamg dipancarkan

oelh radionuklida

teresterial yang ada sejak terbentuknya bumi.


(a) Primordial
Radionuklida primordial telah ada sejak alam semesta terbentuk.
Pada umumnya, radionuklida ini mempunyai umur-paro yang
panjang. Tabel berikut memperlihatkan beberapa radionuklida
primordial.
Tabel 3.1 Radionukilda Primordial
Nuklida

Lamban
g
U

235

Uranium
235
Uranium

0,72% dari uranium alam

n
4,47x109 tahu

99,2745% dari uranium alam;

pada batuan terdapat 0,5 -

Th

1,41x1010 tahu

4,7 ppm uranium alam


Pada batuan terdapat 1,6 - 20

Ra

n
1,60x103 tahu

ppm.
Terdapat di batu kapur

Rn
K

n
3,82 hari
1,28x109 tahu

Gas mulia
Terdapat di tanah

238
232

232
Radium

226

226
Radon 222
Kalium 40

222

Keterangan

7,04x108 tahu

238

Thorium

Umur-paro

40

Sumber : Ensiklopedi Teknologi Nukir (BATAN)


(b)Kosmogenik
Sumber radiasi kosmik berasal dari luar sistem tata surya kita, dan
dapat

berupa

berinteraksi

berbagai
dengan

nuklidaradioaktif

yang

macam

radiasi.

atmosfir

bumi

sebagian

besar

Radiasi
dan

mempunyai

kosmik

ini

membentuk
umur-paro

pendek, walaupun ada juga yang mempunyai umur-paro panjang.


Tabel berikut memperlihatkan beberapa radionuklida kosmogenik.
Tabel 3.2 Radionuklida Kosmogenik

III-9

Nuklida
Karbon
14
Tritium 3
Berilium

Lamban

Umur-paro

14

g
C

5.730 tahun

Interaksi

12,3 tahun
53,28 hari

Interaksi 6Li(n,a)3H
Interaksi sinar kosmik dengan

H
Be

Sumber
14

N(n,p)14C

unsur N dan O

Sumber : Ensiklopedi Teknologi Nukir (BATAN)

3.2.2. Radioaktivitas Buatan


a. Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga
nuklir
Energi yang dihasilkan oelh peluruhan dapat digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit
listrik tenaga nuklir, faktor keselamatan radiasi menjadi prioritas
utama, dan dengan berkembangnya teknologi pembangkit tenaga
nuklir.
b. Radioaktivitas akibat percobaan tenaga nuklir
Radioaktivitas yang diakibatkan percobaan senjata nuklir disebut fall
out. Tingkat radioaktivitas dari fall out yang paling tinggi terjadi pada
tahun 1963 karena pada tahun 1962 Amerika Serikat dan Uni Soviet
mengkahiri percobaan senjata nuklir di udara. Kemudian setelah ini
jumlahnya terus menurun.
c. Radioaktivitas dalam kedokteran
Radioaktivitas yang berasal dari radioisotop dalam bidang kedokteran
digunakan misalnya untuk mendiagnosis, terapi, dan sterilisasi alat
kedokteran.
d. Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi
Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran, analisis struktur
materi, pengembangan bahan-bahan baru, dan sebagai sumber
energi.
e. Radioaktivitas dalam bidang pertanian
Penggunaanya dalam bidang bioteknologi, pembasmian serangga atau
bahan pangan, dan teknologi pelestarian lingkungan.
Tabel 3.3 Radionuklida Buatan
Nuklida

Lamban

Umur-paro

Sumber

III-10

Tritium 3

g
3H

12,3 tahun

Dihasilkan dari uji-coba senjata


nuklir, reaktor nuklir, dan
fasilitas olah-ulang bahan

Iodium 131

131I

8,04 hari

bakar nuklir.
Produk fisi yang dihasilkan dari
uji-coba senjata nuklir, reaktor
nuklir. 131I sering digunakan
untuk mengobati penyakit
yang berkaitan dengan

Iodium 129

Cesium 137

129I

137Cs

1,57x107 tah

kelenjar thyroid.
Produk fisi yang dihasilkan dari

un

uji-coba senjata nuklir dan

30,17 tahun

reaktor nuklir.
Produk fisi yang dihasilkan dari
uji-coba senjata nuklir dan

Stronsium

90Sr

28,78 tahun

90

uji-coba senjata nuklir dan

Technesium

99mTc

6,03 jam

99m

reaktor nuklir.
Produk peluruhan dari 99Mo,
digunakan dalam diagnosis

Technesium
99
Plutonium
239

reaktor nuklir.
Produk fisi yang dihasilkan dari

99Tc

2,11x105 tah

kedokteran.
Produk peluruhan 99mTc.

239Pu

un
2,41x104 tah

Dihasilkan akibat 238U

un

ditembaki neutron.

Sumber : Ensiklopedi Teknologi Nukir (BATAN)

3.4.

Manfaat dan Bahaya Radioaktif

3.4.1. Manfaat Radioaktif


1. Pertanian
(a) Efisiensi Pemupukan
Pupuk harganya relatif mahal dan apabila digunakan secara
berlebihan akan merusak lingkungan, sedangkan apabila kurang
dari jumlah seharusnya hasilnya tidak efektif. Untuk itu perlu diteliti
III-11

jumlah pupuk yang diserap oleh tanaman dan berapa yang dibuang
ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi label
pupuk yang digunakan dengan suatu isotop, seperti nitrogen-15
atau

phosphor-32.

Pupuk

tersebut

kemudian

diberikan

pada

tanaman dan setelah periode waktu dilakukan pendeteksian radiasi


pada tanaman tersebut.
(b) Penelitian Tanaman Varietas Baru
Radiasi pengion mempunyai kemampuan untuk merubah sel
keturunan
berdasar

suatu
pada

mahluk
prinsip

hidup,
tersebut,

termasuk
maka

tanaman.

para

Dengan

peneliti

dapat

menghasilkan jenis tanaman yang berbeda dari tanaman yang telah


ada sebelumnya dan sampai saat ini telah dihasilkan 1800 jenis
tanaman baru.
Varietas baru tanaman padi, gandum, bawang, pisang, cabe dan
biji-bijian yang dihasilkan melalui teknik radioisotop mempunyai
ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama dan lebih mampu
beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim.
(c) Pengawetan Makanan
Pada teknik pengawetan dengan menggunakan radiasi, makanan
dipapari dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat
membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai
nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak
membuat makanan menjadi radioaktif. Teknik iradiasi juga dapat
digunakan untuk sterilisasi kemasan. Di banyak negara kemasan
karton untuk susu disterilkan dengan radiasi.
2. Kesehatan
(a) Diagnosa
Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada proses
diagnosis suatu penyakit. Dengan bantuan peralatan pembentuk
citra (imaging devices), dapat dilakukan penelitian proses biologis
yang terjadi dalam tubuh manusia. Dalam penggunaannya untuk
diagnosis, suatu dosis kecil radioisotop yang dicampurkan dalam
larutan yang larut dalam cairan tubuh dimasukkan ke dalam tubuh,
kemudian aktivitasnya dalam tubuh dapat dipelajari menggunakan
III-12

gambar 2 dimensi atau 3 dimensi yang disebut tomografi. Salah


satu radioisotop yang sering digunakan adalah technisium-99m,
yang dapat digunakan untuk mempelajari metabolisme jantung,
hati, paru-paru, ginjal, sirkulasi darah dan struktur tulang. Tujuan
lain dari penggunaan di bidang diagnosis adalah untuk analisis
biokimia

yang

disebut

radio-immunoassay.

Teknik

ini

dapat

digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon, enzim, obat-obatan


dan substansi lain dalam darah.
(b)Terapi
Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling banyak
adalah untuk pengobatan kanker, karena sel kanker sangat sensitif
terhadap radiasi. Sumber radiasi yang digunakan dapat berupa
sumber eksternal, berupa sumber gamma seperti Co-60, atau
sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau beta yang kecil
seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan
kanker kelenjar tiroid.
(c) Sterilisasi Peralatan Kedokteran
Dewasa ini banyak peralatan

kedokteran

yang

disterilkan

menggunakan radiasi gamma dari Co-60. Metode sterilisasi ini lebih


ekonomis dan lebih efektif dibandingkan sterilisasi menggunakan
uap panas, karena proses yang digunakan merupakan proses dingin,
sehingga

dapat

digunakan

untuk

benda-benda

yang

sensitif

terhadap panas seperti bubuk, obat salep, dan larutan kimia.


Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan radiasi adalah
proses sterilisasi dapat dilakukan setelah benda tersebut dikemas
dan masa penyimpanan benda tersebut tidak terbatas sepanjang
kemasannya tidak rusak.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN, mempunyai prinsip
kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa batu bara, gas
ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan
menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar
suatu generator yang akan menghasilkan listrik.
III-13

Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar bahan


bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah (bahan fisil).
Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron
sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi,
kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin.
Dengan digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2,
hujan asam, ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan
bahan bakar fosil.
Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor
keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding
kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara
statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh
lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain.
Hal tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi
yang harus dipunyai adalah adanya pertahanan berlapis (defence indepth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan
berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika
suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem
cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem
cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap
komponen yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar
aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen
tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan
mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.

3.4.2. Bahaya Radioaktif


Di samping manfaatnya yang begitu besar tenaga nuklir juga mempunyai
potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota masyarakat, dan
lingkungan hidup apabila dalam pemanfaatan tenaga nuklir, ketentuan-

III-14

ketentuan tentang keselamatan nuklir tidak diperhatikan dan tidak


diawasi dengan sebaik-baiknya.
Zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion
dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg atau 2 nCi/g (tujuh
puluh kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70
kBq/kg (2 nCi/g) tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat
disebut zat radioaktif pada umum-nya yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic
Energy Agency). Namun, masih terdapat beberapa zat yang walaupun
mempunyai aktivitas jenis lebih rendah daripada batas itu dapat dianggap
sebagai zat radioaktif karena tidak mungkin ditentukan batas yang sama
bagi semua zat mengingat sifat masing-masing zat tersebut berbeda.
Pengertian atau arti definisi pencemaran zat radioaktif adalah suatu
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat
terjadinya

ledakan

reaktor-reaktor

atom

serta

bom

atom.

Limbah

radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah
terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian
instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi. yang paling berbahaya
dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta
dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya.
Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat
radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR
penyebab kanker tulang dan 131J.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang
berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan
struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk
hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.
Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat
manusia seperti berikut di bawah ini : Pusing-pusing, Nafsu makan
berkurang atau hilang, Terjadi diare, Badan panas atau demam, Berat
III-15

badan turun, Kanker darah atau leukimia, Meningkatnya denyut jantung


atau nadi.

3.5. Pemantauan Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan


Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan mencakup dua kegiatan
utama, yaitu pemantauan daerah kerja dan pemantauan kawasan. Jenis
pemantauan

daerah

erja

disesuaikan

dengan

jenis

sumber

yang

digunakan dan kegiatan di tempat tersebut.

Pada daerah kerja yang

hanya

cukup

menggunakan

pemantauan

sumber

radiasi

menggunakan

saja,

sumber

terbungkus

sedangkan

terbuka

pada

dilakukan

yang

daerah

pemantauan

dilakukan

kerja

yang

radiasi

dan

pemantauan kontaminasi.
Tujuan dari pemantauan ini adalah untuk menjamin bahwa tidak ada
pelepasn zat radioaktif ke instalasi nuklir. Pemantauan ini dapat dilakukan
secara langsung melalui pengambilan sampel-sampel lingkungan seperti
tanah, rumput, hasil bumi, air tanah, udara, dan sebagainya.
Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan dapat dibagi menjadi
tiga kegiatan, yaitu sebagai berikut :
1.

Pemantauan Rutin
Pemantauan rutin dilakukan pada kondisi operasi normal untuk
memastikan bahwa tempat kerja maupun lingkungan cukup aman.
Dengan pemantauan rutin diperoleh kepastian bahwa kondisi tempat
kerja terjamin keselamtannya.

2.

Pemantauan Operasional
Pemantauan operasional dilakukan pada saat akan memulai pekerjaan
dan pada saat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang memerlukan
perhatian

khusus.

Pemantauan

ini

bertujuan

untuk

memberikan

informasi dasar dalam pelaksanaan kerja maupun pemilihan metode


terbaik untuk melindungi pekerja dari penerimaan dosis radiasi, seperti

III-16

laju dosis suatu sumber untuk menentukan jarak yang aman dalam
menangani sumber.
3.

Pemantauan Khusus
Pemantauan khusus Dilakukan jika ada kejadian atau kemungkinan
terjadinya kondisi abnormal termasuk terjadinya suatukecelakaan.
Pemantauan ini bertujuan untuk memberi informasi secara rinci
mengenai suatu kejadian dan dapat dipakai sebagai bahan untuk
menyusun program kerja dalam menanggulangi kejadian tersebut.

3.6. Dasar Hukum Pemantauan Radioaktivitas


Lingkungan
3.6.1. Umum
Pengelolaan limbah radioaktif merupakan salah satu aspek dari kegiatan
pemanfaatan
pengawasan

tenaga

nuklir

secara

yangharus

memadai,

mendapat

mengingat

pengaturan

potensi

bahaya

dan

radiasi

radioaktif tersebut. Hal ini sejalan dengan norma dalam Pasal 16 ayat (1)
Undang-Undang nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, yang
mewajibkan
pemanfaatan

bahwa

untuk

tenaga

setiap

nuklir

kegiatan

harus

yang

berkaitan dengan

memperhatikan

keselamatan,

keamanan, kesehatan pekerja, anggota masyarakat, dan perlindungan


terhadap lingkungan hidup.
Dalam UU nomor 17 tahun 1997 masalah radioaktivitas.... (kaitkan dgn
radioaktivitas lingkungan)
Selain itu Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun
2013 Tentang Nilai Batas Radioaktivitas Lingkungan didasarkan bahwa
pemanfaatan tenaga nuklir yang terjadi saat ini semakin meningkat
sehingga menuntut adanya jaminan keselamatan pekerja, masyarakat,
serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.

III-17

Berisi tentang
fasilitas

nuklir

kewajiban Badan tenaga Nuklir Nasional yang memiliki


termasuk

di

dalamnya

fasilitas

penelitian

dan

pengembangan terkait pemanfaatan tenaga nuklir, reaktor nondaya,


fasilitas produksi radioisotop, fasilitas pengelolaan limbah radioaktif,dan
sebagainya (pasal satu). Dimana PSTNT-BATAN melakukan kegiatan dan
memiliki fasilitas tersebut. Oleh sebab itu PSTNT-BATAN berkewajiban
melakukan monitoring terhadap kulaitas radioaktivitas di lingkungan.
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun
2013 ini juga mengatur tentang periode pengukuran, baku mutu kadar
radionuklida yang boleh terlepas ke lingkungan pada air dan udara
ambien, penyediaan fasilitas alat pengukuran dan laboratorium untuk
pengujian radioaktivitas lingkungan, tindakan yang harus dilakukan jika
lepasan radioaktivitas ke lingkungan melebihi nilai batasan lepasan
radioaktivitas ke lingkungan, dan sistematika pelaporan nilai radioaktivitas
di lingkungan kepada BAPETEN.

3.6.2. Standar Baku Mutu


Hasil pengukuran nilai radioaktivitas pada lingkungan yaitu udara ambien
dan air yang dilakukan di PSTNT-BATAN ini dibandingkan dengan baku
mutu Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun
2013 tentang Nilai Batas Radioaktivitas Lingkungan.

3.7.

Radioaktivitas Lingkungan

Tujuan dan cara analisis yang akan dikerjakan ikut menentukan macam
pengambilan sampel lingkungan. Di samping itu perkiraan besarnya
aktivitas radioisotope yang tersebar ke sekitar fasilitas nuklir serta
peralatan yang digunakan akan ikut pula menentukan macam sampel
lingkungan yang harus diambil. Dengan melihat daur pencemaran
lingkungan oleh zat-zat radioaktif dan memperhatikan kemungkinan
adanya indicator biologis serta pertimbangan-pertimbangan lain, maka

III-18

macam sampel lingkungan yang diambil adalah : udara, air, tanah,


tanaman, dan hewan serta organnya atau hasil hewan.

3.5.1. Udara
Analisis radioaktivitas udara lingkungan perlu dilakukan karena adanya
cacah latar yang umumnya berasal dari radionuklida Radon Thoron. Di
samping itu adanya suatu fasilitas nuklir memungkinkan udara mendapat
tambahan radioisotope yang berasal dari pembebasan bahan radioaktif
yang berupa gas-gas : Xe132, Xe135, Kr85, I131, dll.
Gas-gas radioaktif tersebut akan ikut gerakan udara yang tergantung
kepada keadaan cuaca, sehingga dapat terjadi difusi gas radioaktif di
udara, dapat terjadi pengendapan, baik pada permukaan tanah, tanaman,
maupun air yang kesemuanya akan menaikkan radioaktivitas lingkungan.
Pengambilan sampel udara dilakukan dengan memperhatikan arah dan
kecepatan angin yang tercatat di fasilitas nuklir.

3.5.2. Air
Pengambilan air sebagai sampel lingkungan meliputi air itu sendiri serta
segala kehidupan yang ada di dalam air, seperti plankton, lumut, tumbuhtumbuhan dalam air, ikan, dan lain sebagainya. Sampel air yang akan
diambil umumnya adalah air yang akan digunakan oleh manusia, baik air
minum maupun air untuk bekerja (air irigasi) dan juga air yang dibuang ke
lingkungan sebagai air limbah industri. Air yang diambil sebagai sampel
lingkungan dapat digolongkan menjadi : air minum, air permukaan, air
tanah, air laut, air buangan industri, air sanitasi, dan air jatuhan.
1. Air Minum
Melihat kegunaannya, air minum merupakan salah satu sampel
lingkungan yang wajib dianalisis kandungan unsur radioaktifnya.
Dalam batas-batas tertentu air minum memang diizinkan mengandung
radionuklida, tetapi kelebihan kandungan radionuklida dari batas yang
diizinkan

merupakan

tanda

kemungkinan

adanya

pencemaran

radioaktivitas lingkungan. Air minum ini termasuk air sumur, air dari
mata air, air yang telah mengalami pengolahan, penyaringan,
III-19

pengendapan, dan proses pemberian anti hama/bakteri patogen.


Mengingat bahwa air minum jiga berasal dari air tanah, maka
kandungan radioaktivitas alamnya akan sama dengan kandungan
yang dimiliki oleh air tanah.
2.

Air Permukaan
Air permukaan adalah air danau, air waduk, air rawa, dan sebagainya.
Pada air permukaan biasanya terdapat tambahan radionuklida yang
berasal dari jatuhan debu radioaktif. Di samping itu mungkin juga ada
tambahan radioaktif yang berasal dari radionuklida buangan industri
nuklir yang hanyut terbawa air. Sudah barang tentu radioaktif alam
akan terdapat juga di dalam air permukaan.

3.

Air Tanah
Air tanah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah air sumur dan air
dari mata air. Jatuhan debu radioaktif dan juga rembesan air buangan
industri nuklir dapat masuk ke dalam air tanah. air tanah juga
membawa radioaktivitas alam yang terdapat di dalam tanah.

3.5.3.

Tanah

Tanah diambil sebagai sampel lingkungan karena tanah merupakan


tempat hidup tanaman. Disamping itu merupakan contoh lingkungan yang
ikut menerima jatuhan debu radioaktif. Pengambilan sampel tanah
umumnya dikaitkan dengan adanya tanaman yang tumbuh di atasnya dan
hewan- hewan yang hidup dipermukaan tanah tersebut. Oleh sebab itu
sampel tanah yang diambil adalah :
1. Tanah yang pertumbuhan tanaman si atasnya berlangsung baik.
2. Tanah yang mempunyai kemungkinan untuk larut kecil adanya aliran
dari tempat yang lebih tinggi.
3. Tanah yang tidak retak dan pecah pada saat musim kering.
4. Tanah yang tidak mengandung akar- akar ataupun sesuatu jenis
tanaman.
III-20

3.8.

Perangkat Pengukuran (Pencacahan)

3.6.1. Pencacah alfa-beta


Pencacah alfa beta digunakan dalam pengukuran radioaktivitas cuplikan
dalam bentuk filter berdasarkan gross radiasi alfa dan beta yang
dipancarkan. Peralatan yang digunakan adalah isolo dengan detektor jenis
silikon padat yaitu Passivated Implanted Planar Silicon (PIPS) produksi
Canberra.

Gambar 3.6 iSolo (Pencacah alfa-beta)

3.6.2. Spektrometer Gamma


Pengukuran radionuklida pemancar gamma relatif lebih mudah dari pada
radionuklida pemancar alfa murni. Radionuklida pemancar gamma dapat
diukur secara langsung dengan spektrometer gamma tanpa dilakukan
pemisahan kimia terlebih dahulu. Radionuklida-radionuklida pemancar
alfa yang dalam proses peluruhannya juga disertai radiasi gamma, maka
dapat dideteksi secara langsung melalui radiasi gamma dari anak
luruhnya tanpa melalui tahap pemisahan kimia.
III-21

Perangkat spektrometer gamma secara sederhana dapat dipandang


sebagai suatu sistem alat ukur radiasi yang terdiri dari detektor, sistim
penguat pulsa, sistim pengolah pulsa dan penyimpan data. Interaksi sinar
gamma dengan detektor menghasilkan sinyal pulsa yang tingginya
sebanding dengan tenaga sinar gamma yang selanjutnya pulsa-pulsa
tersebut diproses secara elektronik oleh sistem penguat dan pengolah
pulsa sehingga diperoleh hasil akhir berupa suatu spektrum gamma pada
layar monitor. Spektrum gamma yang diperoleh, selanjutnya dianalisis
dengan perangkat lunak pada komputer. Dari hasil analisis puncak-puncak
energi pada spektrum tersebut dapat diidentifikasi dan dihitung kadar
radionuklida pemancar sinar gamma yang ada dalam sampel.
Berdasarkan bentuk fisiknya spektrometer gamma dapat dibedakan
menjadi dua yaitu spektrometer gamma terpasang tetap (non portable)
dan spektrometer gamma tak tetap atau mudah dibawa (portable). Dalam
spektrometer gamma jenis non portable, komponen-komponen penyusun
seperti detektor, sistem penguat pulsa, sistem pengolah pulsa dan
penyimpan data dirangkai secara terpisah satu sama lain. Sedangkan
dalam spektrometer gamma portable, semua komponen kecuali detektor
sudah tersusun secara kompak berupa satu kesatuan sehingga dapat
digunakan untuk pengukuran secara in situ.
Sinyal pulsa dari detektor sebagai hasil interaksi dengan sinar gamma
sangat lemah sehingga perlu diperkuat dengan sistim penguat pulsa
supaya menjadi pulsa yang dapat diamati. Sistim ini terdiri dari dua
bagian yaitu penguat awal (pre-amplifier) dan penguat lanjut (amplifier).
Penguat awal berfungsi memperbesar pulsa dari detektor secara linear.
Perangkat dilengkapi dengan Filed Effect Transistor yang mempunyai
impedansi tinggi untuk menekan derau sekecil mungkin. Apabila derau
tidak dapat ditekan sekecil-kecilnya maka pulsa yang keluar tidak lagi
linear

terhadap

energi

yang

mengenai

detektor.

Kemudian

hasil

penguatan diperkuat kembali oleh penguat lanjut supaya dapat diolah


oleh sistim pengolah pulsa. Penguat lanjut dilengkapi dengan rangkaian
integrator dan differensiator untuk membentuk pulsa dari penguat awal.
III-22

Pulsa yang sudah diperkuat oleh sistim penguat dikirim ke rangkaian


penganalisis salur ganda MCA (Multi Channel Analyzer). Pada rangkaian ini
dilakukan pengukuran tingkat amplitudo pulsa secara kuantitatif dan
menyimpannya dalam bentuk digital. Untuk itu MCA dilengkapi dengan
perangkat analog to digital converter (ADC). Setiap pulsa disimpan dalam
alamat-alamat saluran tertentu. Jumlah pulsa yang masuk ke alamat itu
merupakan gambaran intensitas penyerapan yang kemudian tersaji dalam
bentuk grafik spektrum pada layar monitor. Banyaknya cacahan dari
masing-masing puncak energi pada spektrum menunjukkan intensitas
energi dan tanggapan detektor terhadap energi tersebut.
Jenis detektor spektrometer gamma yang digunakan adalah detektor
semikonduktor Ge. Detektor jenis ini mempunyai respon linear terhadap
energi gamma dengan jangkauan yang cukup lebar, daya pisah (resolusi)
energi tinggi, effisiensi tinggi dan cacahan latar rendah. Detektor
semikonduktor Ge merupakan gabungan kristal Ge tipe-p dan tipe-n yang
diberi medan listrik. Dengan datangnya foton gamma maka akan
terbentuk pasangan-pasangan elektron dan lubang (hole) yang kemudian
bergerak ke arah elektroda sehingga menghasilkan pulsa-pulsa listrik.
Detektor semikonduktor Ge dioperasikan pada temperatur N 2 cair. Oleh
karena itu detektor ini dilengkapi dengan dewar sebagai wadah N 2 cair
untuk mendinginkan detektor.

Contents
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 1
3.1.

Radiasi.......................................................................................................... 1

3.1.1.

Radiasi Alpha ()....................................................................................... 2

3.1.2.

Radiasi Beta ()......................................................................................... 3

3.1.3.

Radiasi Gamma ().................................................................................... 4

3.2.

Radioaktivitas............................................................................................... 5

3.1.1.

Kestabilan Inti Atom..................................................................................5

3.1.2.

Isotop........................................................................................................ 5

III-23

3.1.3.

Peluruhan.................................................................................................. 6

3.1.4.

Aktivitas Zat Radioaktif............................................................................. 7

3.3.

Jenis Radioaktivitas...................................................................................... 7

3.2.1.

Radioaktivitas Alam................................................................................... 8

3.2.2.

Radioaktivitas Buatan...............................................................................9

3.4.

Manfaat dan Bahaya Radioaktif..................................................................11

3.4.1.

Manfaat Radioaktif..................................................................................11

3.4.2.

Bahaya Radioaktif................................................................................... 14

3.5.

Pemantauan Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan.................................15

3.6.

Dasar Hukum Pemantauan Radioaktivitas Lingkungan..............................16

3.6.1.

Umum..................................................................................................... 16

3.6.2.

Standar Baku Mutu.................................................................................. 17

3.7.

Radioaktivitas Lingkungan.........................................................................17

3.5.1.

Udara...................................................................................................... 18

3.5.2.

Air........................................................................................................... 18

3.5.3.

Tanah...................................................................................................... 19

3.8.

Perangkat Pengukuran (Pencacahan).........................................................19

3.6.1.

Pencacah alfa-beta..................................................................................19

3.6.2.

Spektrometer Gamma.............................................................................20

III-24

Anda mungkin juga menyukai