TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Kesehatan
2.1.1 Definisi Penelitian Kesehatan
Penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada
masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan/ kedokteran dan sistem
kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang pokok, yakni yang
pertama, kesehatan individu yang sedang mengalami masalah kesehatan atau
sakit, serta berorientasikan klinis/ pengobatan dan rehabilitasi, yang biasanya
disebut kedokteran. Sub bidang yang kedua berorientasi pada kesehatan kelompok
atau masyarakat yang sehat agar tetap sehat, dan bersifat pencegahan dan
peningkatan, yang disebut kesehatan masyarakat (public health). Sub bidang
kesehatan
masyarakat
epidemiologi,
inipun
pendidikan
terdiri
kesehatan,
dari
berbagai
kesehatan
komponen,
lingkungan,
seperti
administrasi
kesehatan masyarakat, gizi masyarakat, dan lain sebagainya. Kedua sub bidang
kesehatan ini pun masing-masing mempunyai gejala dan masalah yang berbeda,
yang memerlukan penelitian (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Tujuan Penelitian Kesehatan
1. Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dengan
bidang kesehatan atau kedokteran.
2. Mengadakan analisis terhadap hubungan atau interaksi antara fakta-fakta yang
ditemukan dalam bidang kesehatan atau kedokteran.
3. Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teoriteori yang ada.
4. Mengembangkan alat, teori, atau konsep baru dalam bidang kesehatan/ atau
kedokteran yang memberi kemungkinan bagi peningkatan kesehatan
masyarakat khususnya, dan peningkatan kesejahteraan umat manusia pada
umumnya (Notoatmodjo, 2010).
Pendapat lain mengelompokkan tujuan penelitian kesehatan/ kedokteran
itu menjadi tiga, yaitu (Notoatmodjo, 2010):
1. Untuk menemukan teori, konsep, atau generalisasi baru tentang kesehatan atau
kedokteran.
3
menggambarkan
penelitian observasional atau penelitian survei. Kajian dari penelitian ini tertuju
pada pendekatan secara komonitas atau kelompok masyarakat. Dengan penelitian
epidemiologik akan dapat diungkapkan tentang suatu kejadian, distribusi serta
determinan dari suatu penyakit yang terjadi di masyarakat. Selain itu dapat
diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pada status kesehatan
masyarakat tertentu.
kepada masyarakat agar lebih efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan karena
adanya suatu keluhan dari salah satu anggota masyarakat yang merasa tidak puas/
dirugikan terhadap pelayanan kesehatan yang ia dapatkan.
c) Penelitian laboratorium (farmakologi)
Penelitian laboratorium banyak dilakukan dalam bidang farmakologi
(obat-obatan). Kegiatan ini sering disebut sebagai Quality Control. Kegunaan dari
kegiatan ini adalah untuk tetap memelihara kualitas dari obat yang diproduksi,
baik dari segi komposisi maupun khasiatnya (Siswanto, dkk., 2013).
3. Dilihat dari Kedalaman Analisis/ Hubungan antar Variabel
a) Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Siswanto, dkk.,
2013).
b) Penelitian inferensial/ analitik
Penelitian inferensial adalah melakukan analisis hubungan antarvariabel
dengan pengujian hipotesis (Siswanto, dkk., 2013).
Penelitian komparatif
McMilan dan Schumacher menjelaskan bahwa dalam penelitian
hubungan antara dua atau lebih fenomena. Jenis penelitian ini biasanya
hubungan paparan (E+) dengan penyakit (D-) dengan cara melihat penyakit
dahulu baru cari paparannya (Timmreck, 2005).
Cohort study melihat hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara
membandingakan sekelompok paparan (E+) dan tidak terpapar (E-) berdasarkan
suatu penyakit (Timmreck, 2005).
6. Kekhususan
a) Uji klinis
Uji klinis (clinical trials) merupakan penelitian eksperimen terencana yang
dilakukan pada manusia. Uji klinis mempunyai kapasitas yang lebih tinggi dalam
memperlihatkan hubungan sebab akibat, karena desain penelitian ini berbagai
jenis bia dapat ditiadakan atau dikurangi termasuk bias akibat variabel perancu
(Siswanto, dkk., 2013).
b) Uji diagnosis
Uji diagnosis ini digunakan untuk menegakkan diagnosis atau memantau
perjalanan penyakit pada sebagian kasus (Siswanto, dkk., 2013).
c) Analisis kesintasan
Analisis kesintasan atau analisis tabel kehidupan (survival analisys/ life
table
analisys)
digunakan
untuk
manganalisis
data
follow
up
untuk
yang tinggi karena dengan data atau nialai tersebut akan ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan tersebut diharapkan dapat berlaku umum untuk populasi asal data.
Adapun kualitas suatu pengukuran ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni (a)
karakteristik subjek yang diukur, (b) orang yang melakukan pengukuran, dan (c)
alat ukur yang digunakan untuk mengukur karakteristik objek yang diukur. Bila
ketiga unsur tersebut memenuhi ketentuan dalam mendapatkan suatu nilai hasil
pengukuran tersebut memiliki validitas yang tinggi (valid), sedangkan bila terjadi
kesalahan pada salah satu atau keseluruhan dari ketiga komponen tersebut akan
mengakibatkan data yang diperoleh tidak sesuai dengan karakteristik populasi
yang diamati. Hal ini akan menimbulakan bias (Noor, 2008).
Yang dimaksud dengan validitas adalah derajat ketepatan dari suatu
pengukuran dalam mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan bias adalah
penyimpangan hasil atau inferens dari kenyataan yang sebenarnya, atau prosesproses yang mengarah ke penyimpangan tersebut (Noor, 2008). Vliditas adalah
suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang
diukur (Notoatmodjo, 2010).
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test
melakukan fungsi ukurnya. Test hanya dapat melakukan fungsinya dengan cermat
kalau ada sesuatu yang diukurnya. Jadi, untuk dikatakan valid, test harus
mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat. Validitas adalah ukuran
yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang
ingin diukur. Jika misalkan kita punya alat ukur meteran, maka validitas alat ini
adalah sejauh mana alat ini mampu mengukur jarak suatu titik. Begitu juga
misalkan kita menyusun kuesioner kepuasan pasien, maka validitas kuesioner
adalah sejauh mana kuesioner ini mampu mengukur kepuasan pasien (Riwidikdo,
2008).
Dalam penelitian epidemiologis dikenal ada dua macam kesalahan (error)
yang dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian, yakni random error dan
systematic error (yang lebih dikenal dengan istilah bias) (Noor, 2008).
Validitas adalah kemampuan daripada tes penyaringan untuk memisahkan
mereka yang betul-betul menderita terhadap mereka yang betul-betul sehat atau
dengan kata lain besarnya kemungkinan untuk menempatkan setiap individu pada
10
11
pengukuran
adalah
derajat
ketepatan
pengukuran
yang
berhubungan dengan proses pengukuran variabel, dan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu (Noor, 2008):
a) Logical validity
Logical validity atau biasa disebut face validity, yaitu pengukuran yang
secara jelas berhubungan dengan apa yang diukur.
b) Contenta validity
Contenta validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut melibatkan
seluruh aspek dari suatu fenomena. Misalnya pengukuran terhadap status fungsi
kesehatan harus melibatkan aktivitas sehari-hari, pekerjaan, keluarga, fungsi sosial
dan sebagainya.
c) Criterion validity
Criterion validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut berkorelasi
dengan suatu kriteria eksternal dari fenomena yang diteliti. Bentuk ini ada dua
macam, yaitu:
Concurrent validity yaitu suatu pengukuran dan kriteria yang memberikan hasil
yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya, observasi luka untuk tanda
d) Construct validity
Construct validity adalah sejauh mana pengukuran tersebut sesuai dengan
konsep teoritis dari fenomena yang sedang diteliti. Misalnya, berdasarkan teori
fenomena tersebut dipengaruhi oleh umur maka suatu pengukuran yang
mempunyai construct validity bisa memperlihatkan pengaruh tersebut.
2. Validitas Penelitian
12
a) Validitas internal
Validitas internal adalah keadaan yang menunjukkan sampai sejauh mana
perubahan yang diamati dalam suatu penelitian eksperimental, atau kejadian yang
diamati pada penelitian observasi, benar-benar terjadi karena perlakuan (pada
eksperimen) atau karena pengaruh faktor yang dicurugai (pada observasi) dan
bukan pengaruh faktor lain yang tidak diamati. Validitas internal merupakan
validitas estimasi (inferens) yang dibuat terhadap sampel, dengan kata lain bahwa
validitas internal merupakan pengukuran yang akurat (Noor, 2008).
b) Validitas eksternal (generalisasi)
Validitas eksternal dapat diartikan sampai sejauh mana proses untuk
melakukan generalisasi diluar dari hasil pengamatan memerlukan pemikiran/
penilaian tentang karakteristik pengamatan yang layak untuk maksud tersebut.
Penelitian untuk menghasilkan generalisasi memerlukan pengetahuan tentang
mana yang relevan dan mana yang tidak relevan untuk digeneralisasi (Noor,
2008).
Menurut Arikunto (2006) ada dua jenis validitas untuk instrumen
penelitian, yaitu (Siswanto, dkk., 2013):
1. Validitas logis (logical validity), diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui
cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat
validitas yang dikehendaki.
2. Validitas empirik (empirical validity), yaitu peneliti menguji instrumen yang
telah disusun melalui pengalaman atau melakukan uji coba (try out) instrumen.
Untuk mengetahui ketepatan data dalam uji validitas ini diperlukan teknik uji
validitas.
Menurut Anastasi dan Nunnally, validitas dapat digolongkan ke dalam
beberapa jenis, yakni (Siswanto, dkk., 2013):
1. Validitas konstruk/ internal (construct/ internal validity)
Validitas konstruk/ internal adalah mengukur atau menarik kesimpulan
mengenai adanya ciri-cri yang abstrak untuk mana nampaknya tidak mengkin ada
validasi.
2. Validitas isi (content validity)
13
Validitas isi suatu instrumen pengukur adalah sejauh mana instrumen ini
mencakup topik penelitian.
3. Validitas eksternal (external validity)
Validitas eksternal yaitu instrumen yang digunakan bila data yang
diperoleh sesuai dengan data atau informasi yang lain mengenai variabel riset
yang dimaksud.
4. Validitas prediktif (predictive validity)
Memprediksi berarti meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang
akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas
ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.
5. Validitas budaya (cross cultural validity)
Validitas ini penting bagi peneliti di negara yang suku bangsanya sangat
bervariasi (seperti Indonesia). Selain itu, penelitian yang dialkukan sekaligus
dibeberapa negara dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem
validitas budaya. Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian disuatu
negara, belum tentu akan valid jika digenakan dinegara lain yang budayanya
berbeda.
14
dilakukan pengukuran duakali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Reliabilitas adalah kemampuan tes memberikan hasil yang sama/
konsisten bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran (objek) yang sama
dan pada kondisi yang sama pula. Dalam hal tingkat reliabilitas maka ada dua
faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian khusus, yaitu (Noor, 2008):
1. Variasi dari cara penyaringan yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas alat tes
atau regensia yang digunakan, serta fluktuasi keadaan dari nilai yang akan
diukur (umpamanya tekanan darah yang sangat dipengaruhi olah berbagai
faktor dan alat yang digunakan).
2. Kesalahan pengamatan atau perbedaan pengamat yang meliputi adanya nilai
yang berbeda karena dilakukan oleh pengamat yang berbeda, atau adanya nilai
yang berbeda walaupun dilakukan oleh pengamat yang sama.
Untuk meningkatkan nilai reliabilitas tersebut diatas maka dapat dilakukan
beberapa usaha tertentu, yaitu (Noor, 2008):
1.
2.
3.
4.
5.
15
untuk
menghilangkan
kelemahan-kelemahan
pada
uji
16
17