KELOMPOK 13
JUMAT , 3 JUNI 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANEGARA
KELOMPOK 1
Ketua
: Priscilla sari
(405080050)
Sekretaris
: Meida astriani (405080062)
Penulis
: Hendro suryadi (405080084)
Anggota
: Jacky tansil
(405070061)
Stella kristiani S (405080015)
Yolanda teja
(405080017)
Nia christiana dewi (405080052)
Linda yuliandari (405080102)
catherine chandra
(405080081)
Mario S
(405080105)
Motya Aldirthi (405080142)
TUTOR : dr.Irma
SKENARIO
Definisi
Etiologi dan Epidemiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
Kriteria
Diagnosis (Anamnesis, Pf, PP)
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Pencegahan (KIE)
LEARNING OBJECTIVE
Kejang BBL
Kejang Demam
Kejang lama
Kejang Berulang
Kejang epileptikus
Epilepsi
Tetanus
Status epileptikus
KEJANG
DEFINISI
Gangguan metabolik
-Hipoglikemia
-Hiponatremia
-Hipoksemia
-Hipokalsemia
-Gangguan elektrolit atau
dehidrasi
-Defisiensi piridoksin
-Gagal ginjal
-Gagal hati
-Gangguan metabolik bawaan
Penghentian oba anti epilepsi
Trauma kepala
-Trauma langsung
-Luka goncangan
EPIDEMIOLOGI
Kejang umum
Absens
Mioklonik
Klonik
Tonik
Tonik-klonik
Atonik
Mengeluh aura:
rasa tidak enak di epigastrium, ketakutan, dj vu,
serta halusinasi penciuman
KEJANG MIOKLONIK
Gerakan menyentak,
involunter, mendadak dan
cepat.
Sering kontraksi otot
simetris dengan kehilangan
tonus tubuh dan jatuh
menelungkup ke depan yang
mempunyai kecenderungan
menyebabkan luka pada
wajah dan mulut.
KEJANGATONIK
Disebut jga drop attacks
Kehilangan tonus otot
secara mendadak pada
bagian tubuh tertentu/
keseluruhan sehingga
menyebabkan pasien
terjatuh
Kejang tonik-klonik
1. Fase tonik
Manifestasi awal adalah
kehilangan kesadaran dan kontraksi
tonik otot-otot ekstremitas yang
menyerupai ophistotonus selama 1030 detik. Kontraksi otot-otot
pernapasan dapat menimbulkan
sianosis. Pasien dapat jatuh terlempar
ke tanah
2. Fase klonik
Merupakan fase dimana kontraksi
dan relaksasi terjadi bergantian
selama30-60 detik atau lebih. Sianosis
menghilang , mulut penuh dengan
saliva. Relaksasi otot
spingter/detrusor dapat
menyebabkan inkontinesia urin
3. Pemulihan
setelah pasien pulih,
kesadaran penuh baru
timbul 10-30 menit setelah
onset. Pemeriksaan fisik
biasanya normal, namun
dapat terdapat babinsky
sign.
hemiparesis pada periode
postictal (todds paralysis)
harus diperhatikan karena
menunjukkan kelainan fokal
pada otak
4. Status epileptikus
merupakan kejang yang
terjadi lebih dari 30 menit
tanpa berhenti spontan atau
tanpa adanya fase sadar.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI (2)
KRITERIA KEJANG
AWAL
(KURANG DARI 15 MENIT)
LANJUT
(15-30 MENIT)
BERKEPANJANGAN
(>1 JAM)
Kecepatandenyutjantung
Tekanandarah
Kadarglukosa
Suhupanastubuh
Seldarahputih
Tekanandarah
Guladarah
Disritmia
Edemaparunonjantung
Bukti-bukti adanya
defisit fokal
Kelemahan
Lesi intrakranial vs
Todds paresis
Tonus atau refleks
asimetris
Akut vs kronik
Bukti-bukti adanya
dysmorphisms,
keterlambatan
perkembangan
PEMERIKSAAN
FISIK
Laboratorium
Pungsi Lumbal
Strongly consider
untuk pasien <12
bulan dengan kejang
demam pertama
kalinya
Neuroimaging
Emergent HCT
MRI (nonurgent)
Kejang fokal
Gangguan
kognitif/motorik
Temuan focal
EEG
PEMERIKSAAN
Tidak dilakukan jika
kejang demam
PENUNJANG sederhana
EEG
Status mental
Nervus cranialis
Motorik
Gait
Koordinasi
Refleks
Sensorik
PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS
LUR
ENATALAKSANAAN
Conversion disorder
Somatization
Factitious
Malingering
PSEUDOSEIZURE
KEJANG DEMAM
ETIOLOGI
2. Pada G. I. Tract:
Dysenteri Baciller
3.
Sepsis.
4. Pada tractus Urogenitalis:
Pyelitis
Cystitis
Pyelonephritis
Virus:
1. Terutama yang disertai exanthema:
Varicella
Morbili
Dengue
Exanthemasubitung (virus exanthema
ruam)
EPIDEMIOLOGI
Demam tinggi
Infeksi
Sinkop
Trauma kapitis
Hipoksia
Toksin
Aritmia kordis
FAKTOR
PENCETUS
FAKTOR RESIKO
FAKTOR RISIKO
TERJADINYA EPILEPSI
Diagnosis
Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang,
penyebab kejang di luar SSP.
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam
keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-adik, orangtua).
Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lain.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda
Pungsi Lumbal
Laboratorium
Tata Laksana
Anak kejang
Th/ adekuat
Anak kejang
Diazepam intravena
/intrarektal
Kejang blm
berhenti
5 menit kemudian:
Ulangi pemberian diazepam
dgn dosis dan cara yg sama
Intravena:
Dosis 0,3 0,5 mg/kg diberikan perlahan
-lahan dgn kec 1 2 mg/menit
Dosis max = 20 mg.
Intrarektal:
Dosis 0,5 mg/kg atau
5 mg utk BB < 10 kg
10 mg utk BB > 10 kg
Fenintoin:
Dosis awal 10 20 mg/kg/drip
selama 20 menit setelah dilarutkan
dlm cairan NaCl fisiologis.
Dosis selanjutnya 4 8 mg/kg/hari,
12 24 jam setelah dosis awal.
Pengobatan profilaksis
Profilaksis intermitten
Diazepam (PO) 0,3 mg/kg/kali tiap 8 jam atau intrarektal 5 mg utk BB
<10 kg dan 10 mg utk BB >10 kg,setiap penderita menunjukkan suhu
38,5C atau lebih.
ES : ataksia,mengantuk,irritable dan hipotonia.
American Academy
Of Pediatrics
Profilaksis terus-menerus
Fenobarbital 3 5 mg/kg/hari tdk efektif utk profilaksis intermiten.
Asam valproat 15 40 mg/kg/hari.
Fenintoin dan karbamazepin tdk efektif utk profilaksis kejang demam.
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Anak IDAI 2005:
Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau
kelainan perkembangan yg nyata (cerebral palsy,retardasi mental,
mikrosefali).
Kejang demam lama.
Kejang demam fokal.
Dpt dipertimbangkan pemberian profilaksis bila kejang demam terjadi
pd bayi umur < 12 bln atau kejang multipel dlm satu episode atau kejang
demam > 4x per tahun.
Lama pemberian profilaksis terus-menerus dianjurkan 1 thn setelah
kejang terakhirdihentikan secara bertahap selama 1 2 bln.
KOMPLIKASI
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang
demam dan kematian sampai saat ini belum
pernah dilaporkan.
Tiga sampai enam persen anak anak yang
mengalami kejang demam akan mengalami
epilepsi. Kejang demam kompleks dan
kelainan struktural otak berkaitan dengan
peningkatan resiko terjadinya epilepsi.
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
KEJANG
EDUKASI
ORANGTUA
Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya
benign
Memberikan cara penanganan kejang
Memberikan informasi kemungkinan kejang
kembali
Terapi memang efektif mencegah rekurensi
tetapi mempunyai efek samping
Tidak ada bukti bahwa terapi akan
mengurangi kejadian epilepsi
DIAGNOSA BANDING
Epilepsi
Kejang terjadi karena lepas muatan listrik
yang berlebihan di sel neuron saraf pusat
Manifestasi klinik :
Tidak ada maupun tidak diawali dengan
demam demam, kejang dapat
tonik/klonik/absensce, setelah kejang terjadi
penurunan kesadaran, tidak disertai dengan
infeksi lain.
Pemeriksaan penunjang :
Meningitis/Ensepalitis
Manifestasi klinis yang ditemukan :
EPILEPSI
Cetusan listrik lokal pada substansi grisea
otak yang terjadi sewaktu waktu,
mendadak dan sangat cepat
Secara klinis epilepsi adalah gangguan
paroksismal dimana cetusan neuron
korteks serebri mengakibatkan serangan
penurunan kesadaran, perubahan fungsi
motorik dan sensorik, perilaku atau
emosional yang intermiten dan stereotipik
ETIOLOGI
Etiologi:
Idiopatik
Asfiksia perinatal, ensefalitis, gangguan metabolik dan
malformasi serebri.
SINDROM WEST
LENNONX-GASTAUT SYNDROME
Sindrom Lennox-Gastaut diawali jenis kejang umum yang disebut
kejang motor kecil.
Termasuk kejang myoclonic, atypical absence seizures, dan
kejang lemah.
Atypical absence seizures mungkin diikuti ketidaksadaran yang
singkat dan episodik
Mungkin terjadi dalam siklus dan terkait dengan temuan EEG
yang berbeda dengan yang ada di kejang tidak khas.
TH/ EPILEPSI
Diagnosa positif
ALGORITMA
TATALAKSANA
EPILEPSI
Ya
Tidak
Tidak
Lanjutka
n
terapi
lanjut
Pertimbangka
n,
Atasi dg tepat
Tidak
Tingkatkan
dosis
Hentikan
AED1
Tetap
gunakan
AED2
Tidak
Turunkan dosis
Tambah AED 2
Sembuh
?
Ya
Tidak
lanjut
lanjutan
Lanjutk
an
terapi
Tidak kambuh
Selama > 2
th ?
ya
tidak
Hentikan
pengobatan
Kembali
ke
Assesmen
t
awal
Tidak sembuh
Ya
Tingkatkan
dosis
AED2, cek
interaksi,
Cek
kepatuhan
Tidak
Rekonfirmasi diagnosis,
Pertimbangkan
pembedahan
Atau AED lain
TETANUS
DIAGNOSIS
Tatalaksana
Hiperpireksia
Obstruksi ventilasi
Aspirasi muntahan
Kegagalan mekanisme kompensasi dan regulatorik
STATUS EPILEPTIKUS
KLASIFIKASI
Prestatus
Early status
Established status
Refractory status
Subtle status
DIAGNOSA
Anamnesa
Prestatus
Early status
Established
status
Refractory status
Subtle status
EEG
Alat bantu diagnostik dan alat kontrol keberhasilan th/
Idealnya EEG diulang setelah 24 jam episode kejang utk monitor
kejang berulang yg masih mgkn timbul.
CT-scan/MRI
I/ bila dicurigai adanya riwayat trauma,TIK , gejala neurologis
fokal,penurunan kesadaran atau curiga terjadinya herniasi.
Pungsi lumbal
Dicurigai bila ada meningitis,harus ditunda smp kejang berhenti dan
tanda vital telah kembali stabil.
Pem lab
Darah tepi,analisis gas darah,elektrolit,gula darah,fs ginjal,fs hati
harus dilakukan bila e/ masih blm jelas.
DIAGNOSA
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Langkah penanganan:
PENATALAKSAAN