Anda di halaman 1dari 20

1) KANKER SERVIKS

PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ
yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang
paling umum dikenal adalahsquamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga 85
persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan
salah satu faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma, adenosquamous,
adenosarcoma, melanoma dan lymphoma,merupakan tipe kanker serviks yang langka yang
tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan, tidak dapat
ditanggulangi seperti SCC.

B. GEJALA
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala.Segera temui dokter bila Anda
mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:
Pendarahan vagina

Sakit punggung

Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh

Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan kosong.

Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan

Salah satu kaki membengkak

Kebocoran urin atau feses dari vagina


C. PENYEBAB
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau faktor utama
terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan seksual, baik oral
maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko terkena kanker
serviks.Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu memiliki resiko yang lebih
besar.Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung sebelum umur 16 tahun
memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa vaksinasi telah dikembangkan dan secara efektif
membunuh HPV yang menjadi penyebab dari 70 hingga 85 persen kanker serviks. Vaksin
HPV ditujukan untuk anak perempuan dan wanita dewasa dari usia 9 hingga 26 tahun karena
vaksin hanya dapat bekerja sebelum infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat
dilakukan pada wanita yang belum aktif secara seksual pada usia dewasa. Mahalnya harga
vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi, karena vaksin in hanya ditujukan
untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap harus melakukan Pap Smear, bahkan
setelah vaksinasi.
D. FAKTOR RESIKO

a.

Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita
tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks
adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena
kanker serviks.Tetapi hal ini tidak hanya sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia
muda pun bisa terkena kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan.
Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko
kanker serviks.Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam
terjadinya kanker serviks.Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks
dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks.Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda
terhadap kanker serviks.
b. Faktor Kebersihan

Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan, yaitu
yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak
berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti
keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila
Anda mengalami keputihan yang tidak normal.

Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan


melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara lainsifilis, gonore, herpes
simpleks,HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.

Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan


pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas,
misalnya krayon, kardus, dan lain-lain.

Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang
tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
c. Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri,
diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks.
Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk
virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati
serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak
anak, makin sering pula terjadi trauma pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan
sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear,
kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan
semakin baik. Dokter yang tepat dalam melakukan pap smear adalah Dokter kandungan, tetapi
beberapa Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.
E. DIAGNOSIS
Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian
diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi
umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan yang diperbesar

dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan
serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision Procedure
(LEEP), cone biopsies dan punch biposies. Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes
skrining kanker serviks, kepastian diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker
memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi
serviks melalui pencitraan yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk
memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15
menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit. Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop
Electrical Excision Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies.
F. PENGOBATAN
Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah konservatif
untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara yang lain dianjurkan
untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks (trachelectomy). Setelah prosedur
pembedahan, umumnya direkomendasikan untuk menunggu sekurang-kurangnya satu tahun
sebelum melakukan program kehamilan.
Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah bening disaat tahap
akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa kelenjar getah bening
dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi.
Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah sepenuhnya
diangkat melalui trachelectomy.Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk tetap melakukan
pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan skrining
Pap smear.
Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal
(pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening.Terapi radiasi
dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur pembedahan guna
mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor usia dini berukuran besar dapat diobati dengan
terapi radiasi dan kemoterapi dahulu. Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk
mengendalikan kanker secara lokal dengan lebih baik.

Untuk kasus pneumonia community base :


- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
- Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
- Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2)PNEUMONIA

A. Pengertian

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian.
Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat
menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih
setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi
kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau
yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 7678).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)

B. Klasifikasi

Tiga klasifikasi pneumonia.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

a.

Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

b.

Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).

c.

Pneumonia aspirasi.

d.

Pneumonia pada penderita immunocompromised.


(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)

Berdasarkan bakteri penyebab:

Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus
adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum
sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya,
karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap
masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk,
1998, Hal 697).

Pneumonia Akibat virus.


Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala

influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12
hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat
panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi
pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau
atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

Berdasarkan predileksi infeksi:

a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar
dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.

Pneumonia bronkopneumonia

Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa
kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen)
dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan
oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan
bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae.
Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia
yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.

Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2.

Virus: virus influenza, adenovirus

3.

Micoplasma pneumonia

2.1.4. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli
yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

Pencegahan dan faktor resiko

Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya


menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk
mengidentifikasi psien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif
memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang
penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu
draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap
pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi.
Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni)
adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus
terhadap infeksi.
IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas
mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam
waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap
bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.
Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan
yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke
dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai
mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami
bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi,
bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik
dada.
Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang
mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko.
Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.
Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia,
karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris
trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi
masukan alkohol.
Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan,
ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia.
Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum
memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah
ini.

Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah
mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi.
Tindakan preventif : sering melakukan .
Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk.
Pneumonia paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan
prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami
pneumonia jika peralatan tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif :
pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C.
Smeltzer,dkk , Hal 573)

Untuk kasus pneumonia community base :


- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
- Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
- Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

3. BRONKITIS
Pengertian

Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya
suatu peradangan. Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit
pernapasan. Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli
rontgen, bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran
napas. Pada gambaran tersebut cirinya akan tampak sangat ramai dan jelas. Berbeda bila
dalam keadaan normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi
udara. Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran napasnya
tersumbat lendir atau ada peradangan.
Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas yang
ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi grok-grok, bisa
terdengar di bagian dada maupun punggung.

Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada
anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia
dapat juga merupakan penyakit tersendiri.
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi
bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.(Ngastiyah, 2006)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 2004)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi
dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang
sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 2002; Rahayu, 2004)
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis,
Bronkitis pada asma dan sebagainya.
Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi
dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang
sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus
mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan
tentang hal ini masih sangat kurang.
2. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :

a.

Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis,
merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai.
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol
dank arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut
meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut
laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3
tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.

b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang


Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai
batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang
disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3
bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya.
Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak
adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebabpenyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis
kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik
akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas
kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru.
3. Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada
kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat.
a.

Kelainan kongenital

Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor
pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis
yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
2) Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya,
misalnya : mucoviscidosis (cystic pulmonary fibrosis), sindrom kartagener
(bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yg satu
dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis),
bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya
tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
1) Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering
kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis
maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2) Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam
sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap
bronkus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,
Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita
Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan
bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi
sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang
baik.

Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi
udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a.

Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis

b. Non-spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
4. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 4 hari - Batuk
(mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika
tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder

(pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak,
2003).
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya
dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada
bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor
obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor
intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:
a.

Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada
bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan
kemudian timbul bronchitis.

b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi
dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhankeluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul
erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit,
lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang
timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus,
akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan
sebagai berikut ;
a.

Infeksi pertama (primer)


Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi
yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus.
Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme
penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan
infeksi virus tidak dapat (misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan
sebagainnya).

b. Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum
pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi
kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh
kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic
streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya :
streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.
5. Tanda dan Gejala
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas
yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai
berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit
retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi
kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan
menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin
telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni
merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma
pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (2001), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a.

Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

b.

Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

c.

Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar


Menurut Ngastiyah (2006), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu:
a.

Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang
istirahat

b. Daya tahan tubuh klien yang menurun


c.

Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik

d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu


e.

Konsentrasi belajar anak menurun

Gejala awal Bronkhitis, antara lain :


a.

Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai
karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai sesak
napas.

b. Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih dari
seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.
c.

Terjadi kapan saja


Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya grok-grok bahkan
sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. Atau habis lari-lari, ia
kemudian batuk-batuk sampai muntah.

Tanda dan gejala secara umum dapat disimpulkan:


a.

Sering bersin dan banyak sekret atau lendir

b. Demam ringan
c.

Tidak dapat makan dan gangguan tidur

d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada, suprasternal, interkostal dan


subkostal pada inspirasi
e.

Cuping hidung

f.

Nafas cepat

g. Dapat juga cyanosis


h. Batuk-batuk
i.

Wheezing

j.

Iritabel

k. Cemas

6. Komplikasi
a.

Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c.

Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis


e.

Gagal jantung kongestif

f.

Pneumonia

7. Pemeriksaan Penunjang
a.

Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.


8. Penatalaksanaan
a.

Tindakan Perawatan
1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lender/secret.
2) Sering mengubah posisi.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi.
5) Nebulizer
6) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain.

Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang
menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan
sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
1) Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan
malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur;
pasien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya

tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik.
Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu
kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk mengganggu
konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak
bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas
anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah akan
menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari
berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis
lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai kipas angin. Jika suhu
udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok
membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera berhenti
berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya
beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang
batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang
seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan memandikan anak terlalu pagi
atau sore,dan memandikan dengan air hangat.

2) Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik,
sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap
tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis,
kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis harus mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam
paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan
makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh

Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk
dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri
dengan muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang.
Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat
menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu diberikan
minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1) Jangan beri obat antihistamin berlebih
2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3) Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik
tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum
terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak
lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan
setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic
boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic
yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder
misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10
hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan
tuberkolusis

Anda mungkin juga menyukai