FRASE
4.1 PENGERTIAN FRASE
Kalimat dua orang mahasiswa sedang membfaca buku baru di perpustakaan
terdiri dari satu klausa, yaitu dua orang mahasiswa dsedang membaca buku baru di
perpustakaan. Selanjutnya, klausa terdiri dari empat unsur yang lebih rendah
tatarannya, yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, buku baru, dan di
perpustakaan. Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yakni sedang membaca,
buku baru, dan di perpustakaan, dan ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu dua orang
mahasiswa. Di samping itu, masing-masing unsur itu menduduki satu fungsi. Dua
orang mahasiswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, buku
baru menempati fungsi O, dan di perpustakaan menempati fungsi KET. Demikianlah,
unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi
itu sendiri merupakan satuan gramatik yang disebut frase. Jadi, frase ialah satuan
gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi
unsur klausa.
Beberapa contoh, misalnya:
(836) gedung sekolah itu
(837) yang sedang membaca
(838) akan pergi
(839) sakit sekali
(840) kemari pagi
(841) di halaman
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase memunyai dua sifat,
yaitu:
1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa,
maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S,
P, O, PEL, atau KET.
Apabilia frase itu terdiri dari dua kata, misalnya frase akan pergi, sakit sekali,
kemarin pagi, dan di halaman di atas, dengan mudah dapat ditentukan bahwa kedua
kata itu merupakan unsurnya, tetapi apabila frase itu terdiri dari tiga kata atau lebih,
untuk menentukan unsurnya harus diperhatikan adanya prinsip hirarki dalam bahasa.
Misalnya frase gedung sekolah itu, yang terdiri dari tiga kata, yaitu kata gedung,
sekolah, dan itu. Kata itu mungkin berkaitan dengan kata gedung,hingga frase itu
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur gedung sekolah dan kata itu, dan mungkin juga
kata itu berkaitan dengan kata sekolah, sehingga frase gedung sekolah itu terdiri dari
dua unsur, yaitu kata gedung dan frase sekolah itu. Jadi diagramnya mungkin:
gedung sekolah itu
itu
gedung sekolah
gedung
sekolah
Mungkin juga:
gedung sekolah itu
sekolah itu
gedung
sekolah
itu
Frase yang sedang membaca, yang juga terdiri dari tiga kata, yaitu kata yang,
sedang, dan membaca, terdiri dari dua unsur, yaitu kata yang dan frase sedang
membaca, dan tidak mungkin terdiri dari unsur yang sedang dan kata membaca
karena kata yang tidak pernah berkelompok dengan kata tambah. Jadi diagramnya
sebagai berikut:
yang sedang membaca
sedang membaca
yang
sedang
membaca
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa unsur frase itu mungkin berupa
kata, dan mungkin juga berupa frase. Frase baju baru anak itu, misalnya, unsurnya
berupa frase semua, yaitu baju baru terdiri dari dua unsur yang berupa kata, yaitu
kata baju dan kata baru, dan frase anak itu terdiri dari dua unsur yang berupa kata
juga, yaitu kata anak dan kata itu. Diagramnya sebagai berikut:
baju baru anak itu
anak itu
baju baru
baju
baru
anak
itu
Satuan gramatiks eperti rumah sakit, kolam renang, dan lomba tari tidak
termasuk satuan frase, melainkan termasuk satuan kata, yaitu yang disebut
katamajemuk, mengingat satuan-satuan itu memiliki ciri sebagai kata majemuk,
yaitu:
1.
2.
Satuan rumah sakit terdiri dari dua unsur yang berupa kata, yaitu kata rumahd an
kata sakit. Namun demikian, berdasarkan ciri bahwa unsur-unsurnya tidak dapat
dipisahkan atau tidak dapat diubah strukturnya, satuan itu tidak termasuk golongan
frase, melainkan termasuk kata, yaitu katamejmuk. Demikian pula satuan kolam
renang dan lomba tari. Berdasarkan ciri bahwa salah satu atau semua unsurnya
berupa pokok kata, kedua satuan itu tidak termasuk golongan frase, melainkan
termasuk kata, yaitu kata majemuk. Kolam renang terdiri dari unsur kolam yang
berupa kata dan unsur renang yang berupa pokok kata, sedangkan lomba tari terdiri
dari unsur yang berupa pokok kata semua.
Sebaliknya, satuan seperti bukumu, bukuku, dan bukunya yang terdiri dari unsur
yang berupa kata, yaitu kata buku dan unsur yang berupa klitika, yaitu mu, ku, dan
nya, termasuk satuan frase karena klitika masih memunyai sifat bebas seperti halnya
kata, lagi pula satuan-satuan tersebut tidak merupakan kata majemuk. Hal itu dapat
dibuktikan bahwa di samping bukumu, bukuku, dan bukunya terdapat buku barumu,
buku baruku, dan buku barunya, buku matematikamu, buku matematikaku, buku
matematikanya, dan seterusnya.
4.2 FRASE ENDOSENTRIK DAN EKSOSENTRIK
Frase dua orang mahasiswa dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca
buku baru di perpustakaan memunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik
dengan unsur dua orang, maupun dengan unsur mahasiswa. Persamaan distribusi ini
dapat dilihat dari jajaran di bawah ini.
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
dua orang -- sedang membaca buku baru di perpustakaan
-- mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan
Demikian juga frase sedang membaca yang memunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, yaitu dengan unsur membaca, dan frase buku baru yang memunyai
persamaan distribusi dengan unsurnya, yaitu dengan unsur buku. Frase yang
memunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun
salah satu dari unsurnya, disebut frase endosentrik, dan frase yang tidak demikian,
maksudnya tidak memunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, disebut
frase eksosentrik. Contoh frase eksosentrik ialah frase di perpustakaan dalam klausa
di atas. Frase tersebut tidak memunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Ketidaksamaannya dapat dilihat dari jajaran di bawah ini:
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpusakaan.
dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di - dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru -- perpustakaan
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu::
1. Frase endosentrik yang koordinatif.
2. Frase endosentrik yang atributif..
3. Frase endosentrik yang apositif.
kakaknya
kakaknya
kakaknya
Dari jajaran di atas diketahui bahwa frase yang akan pergi memunyai distribusi
yang sama dengan kataia dan juga frase orang itu.
4.3.1.1 Kategori Kata atau Frase yang Menjadi Unsurnya:
Secara kategorial frase nominal mungkin terdiri dari:
1. N diikuti N, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti
oleh kata atau frase nominal sebagai UP atau Atr. Jadi semua unsurnya berupa
kata atau frase nominal. Misalnya:
(867) rumah pekarangan
(868) ayah ibu
(869) suami istri
(870) gedung sekolah
(871) kakak saya
(872) kapal terbang itu
(873) cincin emas
(874) perusahaan batik
Frase rumah pekarangan (867), ayah ibu (868), dan suami istri (869) terdiri dari
kata nominal semua, yaitu rumah, ayah, dan suami sebagai UP, diikuti kata
pekarangan, ibu, dan istrei sebagai UP pula, sedang frase-frase yang lain terdiri dari
kata nominal, yaitu kata gedung, kakak, kapal terbang, cincin, dan perusahaan
sebagai UP, diikuti nominal, yaitu kata-kata sekolah, saya, itu, emas, dan batik
sebagai Atr.
2.
N diikuti V, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti
kata atau frase verbal sebagai Atr. Misalnya:
(875) mahasiswa lama
(876) acara terakhir
(877) rumah baru
(878) musik klasik
(879) orang bertopi
3.
N diikuti Bil, maksudnya frase ini terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP,
diikuti kata atau frase bilangan sebagai Atr. Misalnya:
(880) orang dua
(881) petani dua orang
(882) telur tiga butir
(883) sawah lima petak
(884) sarung sepuluh helai
4.
N diikuti Ket, maksudnya frase ini terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP,
diikuti kata atau frase keterangan sebagai Atr. Misalnya:
(885) koran kemarin pagi
(886) orang tadi
5.
N diikuti FD, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti
frase depan sebagai Atr. Misalnya:
(887) beras dan delanggu
(888) kiriman untuk ibu
(889) kereta api ke surabaya
(890) penilaian terhadap masalah itu
(891) pengabdian kepada masyarakat
6.
N didahului Bil. Maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP,
didahului oleh kata atau frase bilangan sebagai Atr. Misalnya:
(892) dua ketas kerja
(893) dua buah sepeda baru
(894) lima kodi kain bati
(895) enam penjahat
(896) sepuluh ekor ayam
7.
N didahului Sd, maksudnya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP
didahului oleh kata sandang sebagai Atr. Misalnya:
(897) si Ahmad
(898) sang kancil
8.
yang diikuti N, maksudnya terdiri dari kata yang sebagai penanda, diikuti kata
atau frase nominal sebagai aksisnya. Misalnya:
(899) yang ini
(900) yang itu
9.
yang diikuti V, maksudnya terdiri dari kata yang sebagai penanda diikuti kata
atau frase verbal sebagai aksisnya. Misalnya:
(901) yang akan mengajar
(902) yang sangat menderita
(903) yang tidak naik kelas
(904) yang pandai
(905) c
10. yang diikuti Bil, maksudnya terdiri dari kata yang sebagai penanda, diikuti kata
atau frase bilangan sebagai aksisnya. Misalnya:
Penjumlahan
Telah dikemukakan di atas bahwa secara jelas hubungan makna ini ditandai oleh
kemungkinan diletakkannya kata penghubung dan di antara kedua unsurnya.
Misalnya:
(916) suami (dan) istri
(917) nusa (dan) bangsa
(918) pembinaan dan pengembangan
(919) penanaman modal asing dan pembangunan daerah instri
2.
Pemilihan
Secara jelas hubungan makna ini ditandai oleh kemungkinan diletakkannya kata
atau di antara unsurnya. Misalnya:
(920) Senin atau Selasa
(921) ayah (atau) ibu
(922) Januari atau Februari
(923) dua (atau) tiga hari lagi
3.
Kesamaan
Dalam frase Yogyakarta, kota pelajar secara semantik unsur Yogyakarta sama
dengan unsur kota pelajar. Kesamaannya secara jelas ditandai oleh kemungkinan
diletakkannya kata adalah di antara unsurnya, menjadi Yogyakarta adalah kota pelajar.
Demikianlah, pertemuan unsur Yogyakarta dengan kota pelajar dalam frase
Yogyakarta, kota pelajar menimbulkan hubungan makna kesamaan. Contoh lain,
misalnya:
(924) Bapak Suharto, presiden RI
(925) Gadjah Mada, universitas perjuangan
(926) Ahmad, mahsiswa fakultas sastra
(927) Kakak saya, Ahmad
4.
Penerang
Dalam frase buku baru kata baru yang berfungsi sebagai Atr menerangkan kata
buku yang berfungsi sebagai UP, atau dengan kata buku. Demikianlah, pertemuan
unsur baru dengan unsur buku menimbulkan hubungan makna penerang, maksudnya
unsur Atr merupakan penerang bagi UP. Hubungan makna in secara jelas ditandai
oleh kemungkinan diletakkannya kata yang di antara unsurnya sehingga di samping
buku baru kita dapati buku yang baru. Contoh-contoh yang lain, misalnya:
(928) acara terakhir
(929) pohon rindang
(930) rumah bagus
(931) binatang buas
(932) mahasiswa rajin
5.
Pembatas
Dalam frase rumah mereka unsur mereka yang berfungsi sebagai Art
menyatakan makna pemilik: rumah (kepunyaan) mereka; dalam frase gedung
sekolah unsur sekolah yang berfungsi sebagai Art menyatakan makna tujuan:
gedung (untuk) sekolah; dalam frase beras Delanggu unsur Delanggu yang berfungsi
sebagai Art menyatakan makna asal: beras (dari) Delanggu; dan dalam frase cincin
emas unsur emas yang berfungsi sebagai Atr menyatakan makna bahan; cincin
(yang terbuat daripada) emas.
Berbagai hubungan makna yang dinyatakan oleh Atr dalam frase - frase di atas di
sini dirangkum dalam satu huungan makna, yaitu hubungan makna pembatas.
Unsur Atr sebagai pembatas bagi UP. Hubungan makna ini ditandai oleh tidak
mungkinnya diletakkan kata yang, dan, atau, dan adalah di antara unsur frase yang
terdiri dari N diikuti N. Contoh lain, misalnya:
(933) jendela rumah
(934) pembangunan Indonesia
(935) anggota DPR
(936) pekerja pabrik
(937) buku sejarah
Jumlah
Dalam frase dua jembatan unsur dua yang berfungsi sebagai Atr menyatakan
hubungan makna jumlah bagi kata jembatan yang berfungsi sebagai UP. Contoh lain,
misalnya:
(946) dua orang petani ini
(947) sepuluh helai sarung
(948) lima kilogram beras merah
(949) dua puluh liter minyak tanah
Dalam frase-frase di atas unsur dua orang, sepuluh helai, lima kilogram, dan dua
puluh liter menyatakan hubungan makna jumlah bagi unsur petani, sarung, beras
merah, dan minyak tanah.
8.
Sebutan
Dalam frase Drs. Ahmad kata Drs. menyatakan makna nama gelar kesarjanaan;
dalam frase Letkol Suaji kate Letkol menyatakan makna nama gelar kepangkatan;
dalam frase Haji Dasuki kata Haji menyatakan makna nama gelar keagamaan;
dalam Ibu Dosan kata Ibu menyatakan makna nama panggilan. Makna-makna
tersebut dirangkum menjadi satu makna, yaitu sebutan. Beberapa contoh, misalnya:
(950) Kak Amin
(951) Bapak Menteri
(952) Bapak Suharto
(953) Dr. Sudibya
(954) Si Kunyil
Index:
Klitika
Aksis
:
: