Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

TRANSEKSUAL

PENDIDIKAN BIOLOGI A / KELOMPOK 4


Teolina Ristiani

14304241006

Nurul Halimah

14304241012

Rizky MarAtun Nafis

14304241017

Andini Setya

14304241031

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari zaman ke zaman manusia terus semakin berkembang. Dalam
perkembangannya tersebut, perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor
yang telah dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan
sebagai faktor eksogen. Faktor endogen dan eksogen tersebut menjadikan
individu dikatakan sebagai orang yang normal dan abnormal.
Individu yang mempunyai perilaku abnormal dideskripsikan
mempunyai penyimpangan dari norma statistik, penyimpangan dari norma
sosial, perilaku maladaptif dan distres pribadi. Perilaku abnormal tersebut
dapat diakibatkan oleh lingkungan sosial yang tidak menguntungkan atau dari
pengalaman belajar yang tidak benar. Perilaku yang abnormal salah satunya
adalah transeksual.
Selama ini kaum transeksual menjadi objek pengucilan dan intimidasi
terkait dengan masyarakat negara Indonesia yang dapat dikatakan fanatik
terhadap keyakinanya. Kaum transeksual dianggap rendah dan tidak
bermartabat karena sudah menyalahi kodratnya, bahkan kaum transeksual
juga menjadi objek kekerasan dan kriminalitas dimasyarakat. Padahal kaum
transeksual juga manusia dan mengingat bahwa setiap manusia mempunyai
hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri sesuai dengan keinginan dan
kepercayaannya masing-masing, dalam hal ini perubahan status kelamin.
Untuk mengetahui berbagai sebab terjadinya transgender dan tinjuauan
berbagai norma yang ada dalam kehidupan terhadap kasus transgender tersebut
maka akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah dengan judul Transeksual antara lain :
1. Untuk mengetahui definisi transeksual.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya transeksual.
3. Untuk mengetahui pandangan berbagai norma yang ada terhadap kasus
transeksual.
BAB II
ISI

A. Manusia, Nilai, Norma dan Hukum


Kehidupan manusia tak dapat dipisahkan dengan nilai,
moral dan hukum. Bahkan persoalan kehidupan manusia
terjadi ketika tidak ada lagi peran nilai, moral dan hukum
dalam kehidupan. Nilai-nilai menjadi landasan sangat penting
yang mengatur semua perilaku manusia. Nilai menjadi
sumber kekuatan dalam menegakkan suatu ketertiban dan
keteraturan sosial. Demikian hal, moral sebagai landasan
perilaku manusia yang menjadikan kehidupan berjalan dalam
norma-norma kehidupan yang humanis-religius. Kekuatan
hukum menjadi kontrol dalam mengatur keadilan akan hak
dan kewajiban setiap manusia dalam menjalankan peranperan penting bagi kehidupan manusia. Peran nilai, moral
maupun

hukum

menjadi

bagian

penting

bagi

proses

pembentukan karakter suatu bangsa.


B. Macam-macam Norma
Norma atau kaidah adalah ialah sesuatu yang dipakai untuk
mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang
dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Macam-macam
norma yaitu :
a. Norma keagamaan adalah peraturan hidup manusia yang berisi perintah
dan larangan yang berasal dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan adalah peraturan atau kaidah hidup yang bersumber
dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
c. Norma sopan santun/adab adalah peraturan atau kaidah yang bersumber
dari pergaulan hidup antar manusia.
d. Norma hukum adalah peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh
kekuasaan resmi atau negara yang bersifat mengikat dan memaksa (Hasan
Bassrih Putra, 2013:3).
C. Pengertian Transeksual
Transeksual adalah orang yang identitas jendernya
berlawanan dengan jenis kelaminnya secara biologis. Mereka
merasa terperangkap di tubuh yang salah. Misalnya,
seseorang yang terlahir dengan anatomi seks pria, tapi

merasa bahwa dirinya adalah wanita dan ingin diidentifikasi


sebagai wanita.
Koeswinarno (2005) mengatakan bahwa transeksual
adalah gejala merasa memiliki seksualitas yang berlawanan
dengan struktur fisiknya. Sedangkan menurut Bastaman
(2004) mengatakan transeksual merupakan keinginan untuk
hidup dan diterima sebagai anggota kekompok lawan jenis,
biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman atau tidak sesuai
dengan jenis kelamin anatomisnya dan menginginkan untuk
membedah jenis kelamin serta menjalani terapi hormonal
agar tubuhnya sepadan mungkin dengan jenis kelamin.
Menurut Kartono (2005) transeksual adalah gejala merasa
memiliki seksualitas berlawanan dengan struktur fisiknya.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
transeksual adalah suatu gangguan pada diri seseorang
dimana seseorang tersebut merasa tidak nyaman atau tidak
puas dengan keadaan jenis kelaminnya sehingga untuk
mencapai suatu kepuasan, penderita melakukan perubahan
sesuai dengan yang dia inginkan baik dalam bentuk perilaku
maupun secara fisik.
Menurut Atmojo (dalam Nadia, 2005), membagi jenis
transeksual sebagai berikut.
1. Transeksual aseksual, adalah seorang transeksual yang
tidak berhasrat atau tidak mempunyai gairah seksual yang
kuat.
2. Transeksual homoseksual adalah seorang transeksual yang
memiliki kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang
sama sebelum dia sampai ketahap transeksual murni.
3. Transeksual heterogen adalah seorang transeksual yang
pernah menjalani kehidupan heterogen sebelumnya,
misalnya pernikahan.
D. Transeksual dan Transgender

Pada

pembahasan

diatas

kita

sudah

membahas

mengenai transeksual. Banyak orang yang menyamakan


transeksual dengan transgender, namun faktanya keduanya
memiliki pendefinisian yang berbeda. Transgender adalah
orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai
dengan peran gender pada umumnya. Transgender adalah
orang yang dalam berbagai level melanggar norma kultural
mengenai

bagaimana

seharusnya

pria

dan

wanita

itu.

Seorang wanita, misalnya, secara kultural dituntut untuk


lemah lembut. Kalau pria yang berkarakter demikian, itu
namanya transgender. Orang-orang yang lahir dengan alat
kelamin luar yang merupakan kombinasi pria-wanita juga
termasuk

transgender.

Transgender

ada

pula

yang

mengenakan pakaian lawan jenisnya, baik sesekali maupun


rutin.

Perilaku

transgenderlah,

yang

mungkin

membuat

beberapa orang mengganti jenis kelaminnya, seperti pria


berganti

jenis

kelamin

menjadi

wanita,

begitu

pula

sebaliknya.
E. Penyebab Transeksual
Adapun penyebab transeksual dapat diakibatkan beberapa faktor :
a. Faktor bawaan (hormon dan gen)
Puspitosari dan Pujoleksono (2005) mengatakan
bahwa faktor-faktor terjadinya transeksual adalah
disebabkan oleh faktor biologis yang dipengaruhi oleh
hormon seksual dan genetik seseorang. Peta kelainan
seksual dari lensa biologi dapat dibagi ke dalam dua
penggolongan besar (Nadia, 2005). Penggolongan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Kelainan seksual akibat kromosom
Dari kelompok ini, ada yang berfenotip pria dan ada
pula yang berfenotip wanita. Pada pria dapat terjadi
kelebihan kromosom X, misalnya XXY, XXYY atau XXXYY.
Diduga penyebab kelainan ini karena tidak berpisahnya

kromosom seks pada saat meiosis (pembelahan sel)


yang pertama dan kedua. Pada dasarnya manusia
memiliki 46 kromosom. 23 kromosom diperoleh dari ibu
dan 23 kromosom diperoleh dari ayah. Jadi manusia
memiliki 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom
seks. Untuk perempuan akan memiliki kromosom XX,
untuk laki-laki akan memiliki kromosom XY. Namun,
sekitar 1 dari 1000 bayi yang lahir memiliki kemungkinan
kelainan genetik. Bisa berupa sindroma XXY atau XYY,
yang dapat memicu penyimpangan fisik.
Pada sekitar minggu ke-6 sampai ke-8 janin akan
tidak berkelamin dan berpotensi membentuk kelamin
laki-laki atau perempuan. Bentuk dasar tubuh dan otak
manusia adalah perempuan (karena sel telur selalu
memiliki kromosom X) . Itulah mengapa laki-laki juga
memiliki bentuk tubuh perempuan, seperti puting dan
payudara. Contohnya adalah sebagai berikut :
a. Pada monosomi (2n-1) set kromosom kurang satu
karena salah satu genom hanya terdiri atas 22
kromosom

saja.

Sehingga

kromosom

hanya

berjumlah 45 buah, bukan 46. Contohnya, pada


sindroma turner, yaitu perempuan pendek yang
ditandai dengan tanda kelamin sekunder yang tidak
berkembang. Sindroma xyy, yaitu pria bertubuh
tinggi

dan

agresif.

Serta

sindroma

xxx

yang

merupakan perempuan dengan alat kelamin luar dan


dalam yang tidak berkembang.
b. Pada polisomi, kelainan ditandai dengan kelebihan
jumlah kromosom pada salah satu pasangan. Jika
salah satu pasangan berisi 13 kromosom, sehingga
kelebihan 1 maka disebut trisomi. Jika salah satu
pasangan berisi 4 kromosom sehingga kelebihan 2,
maka disebut tetrasomi. Contohnya pada sindroma

klinefelter (xxy), sindroma (xyy) dan sindroma (xxx).


Pada sindrom klinefelter yaitu lelaki memiliki tanda
perempuan, karena kromosom kelebihan kromosom
seks x.(Heru Santoso, 2009)

2. Ketidakseimbangan hormon
Testis laki-laki yang baru terbentuk melepaskan
sejumlah besar hormon laki-laki selama bulan ketiga
kehamilan, lebih meningkatkan diferensiasi laki-laki. Ini
lonjakan tiba-tiba terjadi lagi hormon pada pria kadangkadang antara minggu kedua dan kedua belas setelah
kelahiran. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada
lonjakan feminisasi sesuai urutan diamati hormon pada
wanita pada usia ini.
Teori biologis telah difokuskan pada jumlah dan jenis
hormon antenatal yang datang dalam kontak dengan
janin. Secara khusus, jika janin terkena tingkat yang
sangat tinggi testosteron, terdapat bukti bahwa seperti
janin akan mengembangkan identitas pria, bahkan jika
bayi lahir dan dibesarkan sebagai seorang
gadis. Juga, jika janin terkena kelebihan androgen atau
kekurangan hormon androgen, maka gendera tipikal
perilaku telah diamati dalam studi penelitian (CohenKettenis &Gooren, 1999). Kasus Reimer dapat digunakan
sebagai sumber utama dukungan untuk penelitian
dengan teori-teori biologis. Menurut teori Toone,

ketidakseimbangan hormon kehamilan dapat


mempengaruhi individu untuk thedisorder.
Beberapa makanan dan obat-obatan dapat memicu
peningkatan hormon tertentu. Juga disaat kehamilan
seorang perempuan akan banyak berubah secara
hormonal. Jika gen janin adalah XX, namun otak
memperoleh hormon testosterone lebih banyak. Maka
bayi akan terlahir perempuan dengan sistem otak lakilaki. Sebaliknya, jika gen janin XY sementara suplai
hormon testosteron tidak memenuhi standar seharusnya
dan hormon perempuan lebih dominan. Maka bayi
cenderung lahir dengan bentuk fisik laki-laki dengan pola
pikir dan kemampuan perempuan.
b. Faktor lingkungan.
Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan transeksual secara
antara lain :
1. Pengasuhan orang tua yang tidak tepat seperti tidak tercukupinya rasa
aman sehingga tidak terdapat norma-norma sebagai pegangan.
2. Trauma pada masa anak-anak, misalnya mendapatkan perlakuan yang
salah (abuse) pada masa anak-anak yang berbentuk fisik (physical),
seksual (sexual), diabaikan (neglect), emosi (emotional). Sehingga
menimbulkan trauma yang dapat mengakibatkan efek jangka pendek
maupun panjang pada seorang anak.

3. Anak laki-laki yang dibesarkan tanpa kehadiran ayah selama periode


waktu yang panjang menunjukkan minat-minat, sikap-sikap dan
perilaku feminin, atau sebaliknya.
4. Keinginan orang tua terhadap anak dengan jenis kelamin yang lain,
sehingga berusaha menjadikan anak perempuan bersikap seperti lakilaki yang tidak pernah dimilikinya atau sebaliknya.
5. Seorang ibu yang membenci dan iri terhadap kejantanan bisa
membentuk perilaku yang kurang jantan pada anak laki-lakinya. Ibu
mungkin mengasosiasikan maskulinitas dengan kekerasan fisik dan
agresivitas, penyalahgunaan seksual dan kekasaran.

F. Ciri-ciri Transeksual
Transeksual memiliki gangguan identitas gender yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis
2. Pada anak-anak, terdapat empat atau lebih ciri, yaitu :
a. Berulangkali menyatakan keinginan atau
memaksakan diri untuk menjadi lawan jenis
b. Lebih suka memakai pakaian lawan jenis
c. Lebih suka berperan sebagai lawan jenis dalam
bermain atau berfantasi menjadi lawan jenis terus
menerus
d. Lebih suka melakukan permainan lawan jenis
3. Pada remaja dan orang dewasa, terdapat keinginan
untuk menjadi lawan jenis, berpindah kelompok lawan
jenis, ingin diperlakukan sebagai lawan jenis, keyakinan
bahwa emosinya adalah tipikal lawan jenis.
4. Rasa tidak nyaman yang terus-menerus dengan jenis
kelamin biologisnya atau rasa terasing dari peran
gender jenis kelamin tersebut.
a. Pada anak-anak, terwujud dalam salah satu hal
diantaranya pada laki-laki merasa jijik dengan
penisnya dan yakin bahwa penisnya akan hilang
seiring berjalannya waktu, tidak menyukai
permainan sterotip anak laki-laki. Pada
perempuan, menolak untuk buang air kecil
dengan cara duduk, yakin bahwa penis akan
tumbuh, merasa tidak suka dengan payudara
yang besar dan menstruasi, merasa benci dan
tidak suka terhadap pakaian perempuan yang
konvensional.
b. Pada remaja dan orang dewasa, terwujud dalam
salah satu hal diantaranya keinginan kuat untuk
menghilangkan karakteristik jenis kelamin
sekunder melalui pemberian hormon atau operasi,

yakin bahwa dia dilahirkan dengan jenis kelamin


yang salah.
5. Menyebabkan distress dalam fungsi sosial dan
pekerjaan (Davidson, Neale dan Kring, 2010)
Menurut Maslim (2002) seseorang dapat dikatakan
sebagai seorang transeksual jika memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Identitas transeksual harus sudah menetap salama
minimal dua tahun, dan harus buka merupakan gejala
dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau
berkaitan dengan kelainan interseks, genetik atau
kromosom.
2. Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai
anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya
disertai perasaan risih atau tidak serasi dengan anatomi
seksualnya.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal
dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip
mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
G. Transeksual Dipandang dari berbagai Norma
1. Norma Agama
Landasan hukum Islam tersebut pada intinya melarang perubahan
segala bentuk ciptaan Allah dalam rangka sebuah kesenangan dan untuk
keindahan bukan suatu hal yang memang penting untuk dilakukan. Pada
QS. An Nisa:119 dijelaskan dalam tafsir Yusuf Ali bahwa orang yang
merubah ciptaan Allah sama saja mengikuti perintah setan. Sedangkan
nilai nilai keagamaan adalah nilai yang bersumber dari Tuhan yang
Maha Esa.
Operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil
(perbaikan atau penyempurnaan) dan bukan penggantian
jenis kelamin menurut para ulama diperbolehkan secara
hukum syariat. Contoh, jika kelamin seseorang tidak
memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air
seni dan mani baik penis maupun vagina, maka operasi

untuk memperbaiki atau menyempurnakannya


dibolehkan, bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin
yang normal. Karena kelainan kelamin seperti ini dapat
dikategorikan sebaigai penyakit sehingga harus dan wajib
diobati. Seperti pernyaataan ulama Hasanain Muhammad
Makhluf (tokoh ulama Mesir) dalam bukunya Shafwatul
Bayan (1987:131), ia mengatakan bahwa: orang yang
lahir dengan alat kelamin tidak normal bisa mengalami
kelainan psikis dan sosial sehingga dapat tersisih dan
mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat normal
serta kadang mencari jalannya sendiri, seperti melacurkan
diri menjadi waria atau melakukan homoseks dan
lesbianisme.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka operasi
perbaikan atau penyempurnaan kelamin boleh dilakukan
berdasarkan prinsip Mashalih Mursalah karena kaidah
fiqih menyatakan Adh-Dhararu Yuzal (Bahaya harus
dihilangkan). Hal ini sejalan dengan hadits Nabi saw.:
Berobatlah wahai hamba-hamba Allah! Karena
sesungguhnya Allah tidak mengadakan penyakit kecuali
mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu
penyakit ketuaan. (HR. Ahmad)
Untuk kasus seseorang yang memiliki kelamin
ganda, islam memperbolehkan mereka untuk melakukan
operasi kelamin. Hal ini bertujuan untuk memperjelas dan
memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat
kelaminnya, maka ia diperbolehkan melakukan operasi
untuk mematikan dan menghilangkan salah satu alat
kelaminnya. Namun , operasi kelamin yang dilakukan,
harus sejalan dengan bagian dalam alat kelaminnya.
Apabila seseorang memiliki penis dan vagina, sedangkan
pada bagian dalamnya ada rahim dan ovarium, maka ia

tidak boleh menutup lubang vaginanya untuk


memfungsikan penisnya. Demikian pula sebaliknya,
apabila seseorang memiliki penis dan vagina, sedangkan
pada bagian dalam kelaminnya sesuai dengan fungsi
penis, maka ia boleh mengoperasi dan menutup lubang
vaginanya sehingga penisnya berfungsi sempurna dan
identitasnya sebagai laki-laki menjadi jelas. Ia dilarang
membuang penisnya agar memiliki vagina sebagai
wanita, sedangkan di bagian dalam kelaminnya tidak
terdapat rahim dan ovarium. Hal ini dilarang karena
operasi kelamin yang berbeda dengan kondisi bagian
dalam kelaminnya berarti melakukan pelanggaran syariat
dengan mengubah ciptaan Allah SWT; dan ini
bertentangan dengan firman Allah bahwa tidak ada
perubahan pada fitrah Allah (QS.Ar-Rum:30). Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Dalam hukum Islam perubahan jenis kelamin di
haramkan hal ini di tetapkan oleh Para ulama Fiqh juga
mendasarkan ketetapan hukum tersebut pada dalil Q.S.
Al-Hujurat

13

yang

menurut

tafsir

Ath-Thabari

mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi segenap


manusia dihadapan Allah dan hukum yang masing-masing
telah ditentukan jenis kelamin dan ketentuan Allah tidak
boleh diubah dan harus dijalani sesuai kodratnya. Yang
kedua juga sama QS. An-Nisa 119 yang berisi tidak boleh
mengubah ciptaan Allah yang sudah ditetapkan, yang ke3 hadist Nabi yang berisi pengutukan kepada para tukang
tato, yang minta ditato yang mencukur alis, memotong

giginya

dengan

tujuan

mempercantik

diri

dengan

mengubah ciptaan Allah, yang keempat hadist Nabi (HR


Ahmad)

menyatakan

Allah

mengutuk

laki-laki

yang

menyerupai wanita dan sebaliknya.


2. Norma Hukum
Operasi kelamin bisa digolongkan termasuk dalam operasi bedah
plastik dan rekonstruksi organ tubuh. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan Pasal 37 ayat (2)
bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat8. Norma yang dimaksud dalam
penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan Pasal 37 ayat (2) adalah norma hukum, agama,
kesusilaan dan kesopanan, sedangkan dalam norma hukum tidak ada
aturan mengenai transgender. Hukum di Indonesia mengenai transgender
sangat tidak sinkron. Indonesia telah meratifikasi Undang- Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia tapi disisi lain hak
asasi kaum Transgender masih tidak pasti. Setelah seorang transgender
melakukan operasi pergantian kelamin bukan berarti masalah ketidakjelasan kelamin yang dialaminya telah selesai, masih ada konsekuensi
hukum yang harus ditanggung atas pergantian kelamin. Konsekuensi
hukum yang harus ditanggung adalah perubahan data kependudukaan.
Data kependudukan adalah berbentuk KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, KTP adalah salah satu produk kebijakan publik, yang
bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia.
3. Norma Kesusilaan dan Norma Kesopanan
Dalam norma kesusilaan dan kesopanan, masalah transeksual atau
pergantian jenis kelamin masih dianggap sesuatu yang aneh dan selalu
mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.
H. Contoh Kasus Transeksual
1. Joe (terperangkap tubuh yang salah)
Joe adalah anak laki-laki 17 tahun dan anak bungsu
dari

lima

bersaudara.

Meskipun

ibunya

sebenarnya

menginginkan anak perempuan, ia tetap menjadi anak


kesayangannya. Ayahnya bekerja sepanjang hari dan
hanya memiliki sedikit kontak dengan anak laki-lakinya.
Sejauh yang dapat diingat Joe, sejak awal telah berpikir
bahwa dirinya adalah seorang gadis. Ia mulai berpakaian
seperti

perempuan

sebelum

berumur

tahun

dan

seterusnya hingga SMP. Ia mengembangkan minat pada


bidang

masak-memasak,

menyulam.
membaca

merajut,

Ketrampilan

tersebut

ensiklopedia.

Kakak

merenda,

dan

diperolehnya

dari

laki-lakinya

sering

mencemoohnya karena ketidaksukaannya pada aktivitas


maskulin.
Joe kebanyakan bergaul dengan anak perempuan,
meskipun ia ingat pernah sangat dekat pada seorang lakilaki ketiak kelas satu SD. Dalam fantasi seksualnya, yang
berkembang sekitar 12 tahun, ia membayangkan dirinya
sebagai seorang perempuan yang melakukan hubungan
seksual

dengan

laki-laki.

Perilakunya

yang

ekstrem

faminin menjadikan dirinya sebagai objek ejekan dan


cemoohan ketika umurnya mencapai 15 tahun. Karena
terbiasa pasif serta asertif, ia berusaha lari dari rumah
dan

berusaha

bunuh

diri.

Karena

tidak

sanggup

meneruskan SMA nya, ia kemudian menggikuti kursus


kesekretarisan, dimana ia menjadi satu-satunya laki-laki
yang berada dikelasnya. Dalam wawancara pertamanya
dengan tertapis ia mengatakan Saya adalah perempuan
yang terperangkan dalam tubuh laki-laki dan saya ingin
menjalani operasi agar saya bisa menjadi perempuan.
(Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2007).
2. Reynaldi
Renaldy merupakan mantan penanyi cilik era-90an
yang sekarang berubah menjadi Dena Rachman. Dan,
perubahan tersebut tidak hanya pada nama, melainkan

juga

pada

tampilannya.

Reynaldi

telah

merupakan

penderita transgender yang sudah dalam perjalanan akan


melakukan operasi kelamin. Reynaldi

mengaku kalau

sejak kecil sudah merasa bahwa dirinya adalah seorang


cewek hanya saja, terjebak di dalam tubuh cowok. Ini
dirasakannya kira-kira sejak berumur lima tahun. Dia
mengungkapkan

bahwa

dirinya

memutuskan

untuk

berpenampilan perempuan sejak mulai duduk di lulus


SMA.

BAB III
KESIMPULAN
1. Transeksual adalah suatu gangguan pada diri seseorang
dimana seseorang tersebut merasa tidak nyaman atau
tidak puas dengan keadaan jenis kelaminnya sehingga
untuk mencapai suatu kepuasan, penderita melakukan
perubahan sesuai dengan yang dia inginkan baik dalam
bentuk perilaku maupun secara fisik
2. a.Faktor bawaan (hormon dan gen)
Kelainan seksual akibat kromosom
Ketidakseimbangan hormon
b.Faktor lingkungan.
3. Pandangan berbagai norma yang ada terhadap kasus transeksual :
a. Norma Agama
Landasan hukum Islam tersebut pada intinya melarang perubahan
segala bentuk ciptaan Allah dalam rangka sebuah kesenangan dan
untuk keindahan bukan suatu hal yang memang penting untuk
dilakukan
b. Norma Hukum
Hukum di Indonesia mengenai transgender sangat tidak sinkron
c. Norma Kesusilaan dan Kesopanan

Dalam norma kesusilaan dan kesopanan, masalah transeksual atau


pergantian jenis kelamin masih dianggap sesuatu yang aneh dan selalu
mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, T.K., Amir, N., Idris, I.K., & Wiguna, T. 2004. Leksikon
Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta : Buku
Kedokteran EGD.
Cohen-Kettenis, P.T., & Gooren, L. 1999. Jurnal : Transsexualism:
A Review Of Etiology, Diagnosis And Treatment. Elsevier
Science. Tanggal akses : 29 April 2015.
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. 2010. Psikologi
Abnormal (9th).Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Durand, V. Mark dan David H. Barlow, 2007. Intisari Psikologi
Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan Bassrih Putra.2013. Manusia, Nilai, Moral dan Hukum.
Diakses
https://www.academia.edu/9075909/manusia_nilai_mor
al_dan_hukum Pada Senin, 26 April 2014 pukul 12:25.
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual. Bandung : CV. Mandar Maju.
Koeswinarno. 2005. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta : Kanisius
Maslim,

R.

2002.

Pedoman

Penggolongan

dan

Gangguan Jiwa. Jakarta : PT. Raja Grapindo.

Diagnosis

Nadia, Z. 2005. Waria Laknat atau Kodrat. Yogyakarta : Galang


Press.
Puspitosari, H dan Pujileksono, S. 2005. Waria dan Tekanan
Sosial. Malang : UniversitaS Muhammadiah Malang.
Q.S Al-Hujurat 13
QS. An-Nisa 119
QS.Ar-Rum:30
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan Pasal 37 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan Pasal 37 ayat (2) Undang- Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai